Berita

Korea Selatan/Net

Dunia

Kapok Dengan MERS, Korea Selatan Tidak Ingin 'Hancur' Karena Covid-19

RABU, 06 MEI 2020 | 18:06 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Jika ingat, sekitar lima tahun yang lalu atau 2015, sebagian dari dunia mengalami epidemi Middle East Respiratory Syndrome (MERS), salah satunya adalah Korea Selatan.

Dikatakan oleh Perwakilan Korea Foundation untuk Diplomasi Kesehatan dan Penasihat Pusat Penyakit Menular Universitas Seoul, Dr Youngmee Jee, MERS adalah tamparan keras bagi sistem kesehatan Korea Selatan.

Mimpi buruk terhadap MERS juga masih dirasakan oleh negeri ginseng hingga mungkin Korea Selatan menjadi salah satu negara yang "berlebihan" dalam penanganan awal Covid-19. Tetapi hal tersebut membuat Korea Selatan berhasil mengendalikan wabah hingga bisa mulai secara bertahap kembali menjalankan sektor ekonominya.


Pada 3 Januari, belum seminggu sejak China melaporkan adanya wabah Covid-19 kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Korea Selatan sudah menyalakan alarm bahaya.

Dalam hal ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Korea (KCDC) bekerja sama dengan beberapa instansi mulai memperketat pintu masuk di Bandara Internasional Incheon dari Wuhan.

"Tiga hari setelahnya, 6 Januari, Korea Selatan mulai mendata siapa saja yang pernah melakukan perjalanan ke Wuhan dan mengalami gangguan pernapasan," ujar Jee dalam webinar bertajuk "Indonesia-Korea Cooperation in Dealing with Covid-19" yang diselenggarakan oleh CSIS Indonesia, Rabu (6/5).

Sementara pada 17 Januari, Korea Selatan sudah menyediakan pedoman terkait pengujian dan isolasi bagi setiap pemerintah daerah.

"Korea Selatan mulai meningkatkan status dari Biru (level 1) ke Kuning (level 2) pada 20 Januari. Seminggu setelahnya ke level 3 dan 23 Februari ke level 4 atau tertinggi," paparnya.

Dari pengalaman MERS, Jee mengatakan, pengujian sangat sangatlah penting untuk mengatasi penyakit menular. Sehingga ketika muncul wabah Covid-19, pemerintah Korea Selatan gerak cepat dalam hal memproduksi alat pengujian Covid-19.

"Guna memproduksi tes Covid-19 secara masal, Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan langsung berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan farmasi," ungkap Jee.

"Pada 31 Januari misalnya, Korea Selatan hanya memiliki 18 laboratorium untuk pengujian Covid-19. Namun pada 9 Maret meningkat menjadi 114 laboratorium. Sehingga pengujian di Korea bisa mencapai 30.000 hingga 40.000 sampel per hari," papar Jee.

Dari 640.237 orang yang dites per Selasa (5/5), hanya 1,7 persen atau 10.804 orang yang dinyatakan positif Covid-19.

"Pengujian juga sangat penting untuk mencari kasus asymptomatic (tanpa gelaja) sehingga bisa segera diisolasi dan tidak menyebarkan infeksi," ujarnya.

Terkait pelacakan kontak, kembali belajar dari pengalaman MERS, pemerintah menggunakan GPS yang dihubungkan dengan aplikasi yang kembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Selain itu juga menggunakan CCTV dan laporan transaksi kartu kredit.

"Ketika MERS, hal tersebut menimbulkan persoalan mengenai data privasi. Namun pemerintah sudah mengamandemen aturan yang memungkinkan pemerintah membuka data pribadi saat krisis terjadi," sambung Jee.

Dengan banyaknya jumlah kasus Covid-19, sulit bagi rumah sakit untuk bisa menangani pasien dalam sekali waktu. Guna mengakali hal tersebut, Jee mengatakan, pemerintah mendirikan pusat perawatan komunitas untuk para pasien yang memiliki gejala ringan.

Korea Selatan sendiri memiliki 329 rumah sakit khusus untuk Covid-19 dan 16 pusat perawatan komunitas pada 15 Maret.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya