Berita

Ilustrasi/Net

Muhammad Najib

Pelajaran Politik Dari Kisah Musa Dan Firaun Dalam Al Qur'an

SELASA, 28 APRIL 2020 | 17:12 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

JIKA dibaca secara konprehensif kisah-kisah Musa dan Firaun di dalam Al Qur'an, maka ia menggambarkan prilaku para politisi baik yang berada di atas maupun di bawah.

Yang di atas atau yang sedang berkuasa, terus berjuang bagaimana untuk mempertahankan kekuasaannya. Tabiat para penguasa sejak dulu tampaknya tidak pernah berubah, yakni selalu ingin ingin mempertahankan kekuasaan selama-lamanya.

Sementara bagi mereka yang berada di bawah, khususnya yang tertindas atau merasa diperlakukan tidak adil, akan berjuang untuk menuntut hak dirinya atau kelompoknya, dengan alasan demi ditegakkannya.


Dengan kata lain, selama keadilan belum ditegakkan, maka akan muncul tuntutan dari bawah, yang bila tidak direspon dapat berubah menjadi ancaman bagi para penguasa.

Paradigma ini muncul jika potret dibuat dengan perspektif atas vs bawah, atau penguasa vs rakyat, yang dalam bahasa Al Qur'an mereka yang berada di bawah sering disebut dengan mustadh'afin atau kelompok yang lemah.

Potret seperti inilah yang sering ditampilkan oleh para tokoh agama atau politisi yang menggunakan simbol-simbol atau idiom-idiom keagamaan yang sedang berada di kelompok mustadafin dalam perjuangannya.

Jika fenomena yang ada dipotret dengan perspektif lain seperti keberhasilan vs kegagalan, maka fenomena Musa dan Firaun akan memberikan potret yang tidak kalah menariknya, dan sarat dengan pelajaran yang bisa dipetik.

Kisah Firaun sebagai panglima perang sekaligus seorang Raja, yang dibantu oleh pengusaha sukses bernama Karun dan teknokrat atau ilmuwan tangguh bernama Haman, tidak sepenuhnya menampilkan wajah kekuasaan yang buruk.

Kolaborasi tiga kekuatan kunci ini juga melahirkan kisah sukses sebuah negara, yang maju peradabannya, kuat politik dan militernya, serta makmur rakyatnya.

Sampai saat ini berbagai bentuk peninggalan sebagai tanda prestasi Firaun, baik yang berbentuk bangunan yang indah dan kokoh seperti Istana, makam  (piramid), dan kuil masih bisa dilihat di Luxor dan Giza, Mesir.

Begitu juga yang berupa perhiasan emas, kereta kencana, mumi hewan piaraan, maupun mumi para penguasa, tersimpan rapi di Museum Kairo. Sebagian bisa dilihat di Museum Louvre, Paris. Padahal semua ini dibuat lebih dari 3.000 tahun lalu.

Dilihat dari sisi ini, maka kerajaan yang dipimpin Firaun sejatinya sangat sukses. Kesalahannya terletak pada: Pertama, menghadapi kesuksesan yang diraihnya, seharusnya Firaun bersyukur dan tetap rendah hati atas segala anugrah yang diterimanya dari sang Khaliq.

Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, keberhasilan membuat ia menjadi sombong, yang dalam istilah Al Qur'an disebut thagut atau thaga yang arti harfiahnya: melampaui batas.

Kedua, ia berlaku diskriminatif terhadap rakyatnya yang minoritas. Keturunan Israel atau bani Israel saat itu hidup sebagai budak di negri Mesir yang sangat makmur. Status budak merupakan status sosial terendah, dengan kondisi ekonomi yang sangat terbatas dan dibatasi.

Ketiga, ia terlalu percaya dengan kekuatan atau kesaktian para dukun atau orang pintar yang mengabdi di Istana. Hal ini membuatnya bukan saja lupa pada Tuhannya, bahkan sampai berani menantang Tuhan itu sendiri.

Dalam perspektif Al Qur'an, hal inilah yang menjadi alasan Tuhan untuk menegurnya. Kisah Musa dan Firaun merupakan kisah paling detail dan paling banyak disebutkan di dalam Al Qur'an, terkait urusan kekuasaan, penguasa dan rakyatnya.

Hal ini seharusnya dibaca sebagai indikator, betapa pentingnya bagaimana mengurus negara secara baik dan benar. Masalah ini juga menjadi indikasi bahwa ujian kekuasaan merupakan ujian yang abadi yang terus berulang dalam kehidupan manusia.

Sayangnya, kebanyakan manusia khususnya para politisi tidak pandai mengambil pelajaran.

Pada umumnya saat berada di bawah ia berlaku baik, jujur, dan ikhlas dalam berjuang, akan tetapi setelah di atas berubah menjadi serakah, kejam dan dan lupa akhirat, yang mengakibatkan kebanyakan penguasa tumbang dengan cara sangat tragis dan menyedihkan.

Padahal Al Qur'an sudah mengingatkannya dengan cara yang sangat lugas dan gamblang. Wallahua'lam.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya