Berita

Ilustrasi/Net

Muhammad Najib

Mengapa Jejak Bangsa Mongol Hilang Tanpa Bekas?

SABTU, 11 APRIL 2020 | 10:56 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

AIR sungai Tigris berubah warna menjadi hitam bercampur merah, menjadi kesan yang melekat sampai sekarang, khususnya di kalangan ummat Islam bila mendengar nama bangsa Mongol, yang menggambarkan kebrutalannya saat menaklukkan Kota Bagdad yang menjadi simbol kekuasaan sekaligus kemajuan umat Islam pada masa itu.

Bila hendak memahami bangsa Mongol, maka harus dimulai dari cerita seorang anak ketua suku Kiyan, di Pegunungan Burhan Haldun, dekat sungai Onon dan Herlen, Mongolia, yang lahir pada 1162 M, bernama Temujin. Saat berusia 9 tahun, ayahnya diracun suku Tartar. Menjelang menemui ajalnya, sang ayah berpesan agar kelak Temujin membalaskan dendamnya.

Kehidupan Temujin dan keluarganya semakin menderita, karena hak dirinya menggantikan ayahnya sebagai kepala suku direbut. Lebih dari itu, dirinya dan keluarga diusir keluar dari sukunya karena dikhawatirkan akan menuntut haknya di kemudian hari. Temujin dan keluarga harus berjuang untuk bisa bertahan hidup dari ganasnya alam, ancaman hewan buas, ancaman suku lain, dan tentu ancaman kelaparan.

Dengan motifasi membalas dendam dan kemarahan pada banyak pihak, dirinya tumbuh-besar, kemudian berhasil mengalahkan semua suku di stepa yang sangat luas, kemudian mempersatukannya dengan tekad baru, yakni menaklukkan dunia. Sejak saat itulah ia mendapatkan gelar Jenghis Khan, yang berarti sang pemimpin semesta atau raja diraja.

Ekspidisinya ke luar Mongol dimulai dengan menyerang China yang menjadi tetangganya di Selatan, kemudian bergerak ke Barat sampai ke Laut Kaspia di Utara Iran. Setelah Jenghis Khan meninggal, anak cucunya melanjutkan ambisinya hingga menguasai hampir seluruh Asia, Rusia dan sebagian Eropa.

Di dunia Islam pergerakan pasukkan Mongol tertahan ketika hendak merebut Mesir. Jika Mesir bisa ditaklukannya, maka terbuka bagi bangsa Mongol untuk menghancurkan Al Quds/Yerusalem, Makkah, dan Madinah, sebagaimana mereka menghancurkan Bagdad.

Bangsa Mongol yang mengandalkan kekuatan militer untuk menaklukkan bangsa-bangsa lain di dunia, berhenti hanya sampai pada cita-cita menguasai dunia secara fisik, sebagaimana dicanangkan sang pendirinya Jengis Khan. Dengan kata lain, tidak ada keinginan untuk memajukan ataupun memakmurkan rakyat dari negara-negara yang ditaklukannya.

Itulah sebabnya mereka tidak bisa menghargai aset yang dimiliki oleh sebuah bangsa, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Bangunan-bangunan indah, karya sastra dan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi, semuanya dilemparkan sebagai barang yang tidak berharga dan dianggap tidak berguna.

Sebenarnya Islam di awal perkembangannya juga sangat mengandalkan kekuatan militer. Itulah sebabnya kata-kata: "Islam, jizyah (kompensasi), atau qital(perang)", sebagai pilihan yang selalu ditawarkan oleh panglima pasukan muslim saat hendak memasuki sebuah wilayah baru.

Bedanya, setelah menaklukkan setiap wilayah baru penguasa-penguasa Muslim membuka pintu dan menerima warisan peradaban yang dicapai bangsa-bangsa yang ditaklukannya. Bangunan-bangunan yang indah bukan saja dirawat, akan tetapi dikembangkan sehingga lebih luas dan lebih indah.

Begitu juga ilmu pengetahuan, sain dan teknologinya dipelajari dan dikembangkan. Seni musik, sastra, dan berbagai bentuk seni yang lain terus dikembangkan. Tentu semua ini tidak bisa dilepaskan dari panduan atau tuntunan nilai-nilai Islam yang tertuang dalam Al Qur'an dan keteladanan Rasulullah yang bisa dirujuk dalam hadits.

Hal inilah yang menjelaskan bagaimana umat Islam mendapatkan warisan ilmu kedokteran, matematika, dan astronomi dari bangsa India. Ilmu filsafat, hukum, ilmu sosial, dan pemerintahan dari bangsa Eropa. Sementara seni dalam berbagai bentuknya didapat dari bangsa Persia. Selanjutnya teknologi pembuatan kertas, mesiu, dan keramik dipelajari dari China.

Hal ini pula yang menjelaskan mengapa kita sulit untuk menunjuk mana ilmu yang bersumber dari Islam dan mana yang bukan. Demikian pula dalam bidang sastra dan seni, mana yang disebut dengan seni, sastra, atau musik Islam.

Yang paling kentara bisa dilihat dalam seni bangunan atau arsitektur. Lengkungan masjid atau istana di Andalusia  (Spanyol), beda dengan yang bisa dilihat di Turki, dan beda lagi di Persia, juga di India. Akan tetapi semuanya dapat dikategorikan sebagai arsitektur Islam.

Dengan kalimat yang sederhana dapat disimpulkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk membangun peradaban, sementara bangsa Mongol tidak.

Islam membawa misi untuk menjaga, merawat, dan membangun setiap jengkal tanah di muka bumi yang diamanhkan Tuhan, kemudian melindungi serta memakmurkan segenap isinya, khususnya umat manusia sebagai bagian dari pengabdian pada yang maha kuasa, seraya berharap imbalan di akhirat kelak nanti. Wallahua'lam.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya