Berita

Blue Mosque/Net

Muhammad Najib

Kekalahan Turki Memperkuat Cengkraman Penjajah Di Dunia Arab

MINGGU, 05 APRIL 2020 | 10:07 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

PASCA runtuhnya Turki Usmani akibat kalah dalam perang dunia pertama melawan sekutu yang merupakan gabungan dari Inggris, Perancis, dan Rusia, mengakibatkan hampir seluruh negara Arab dalam status dijajah. Kalaupun ada yang masih merdeka, maka posisi politik, militer, dan ekonominya sangat lemah berhadapan dengan negara-negara Eropa pemenang perang.

Negara-negara Arab yang dulunya disatukan oleh semangat Islam di bawah dinasti Umayyah dan Abbasiyah, kini tercerai-berai dan dikavling-kavling oleh penjajah yang datang dari kawasan Eropa yang dahulu dikalahkannya dalam Perang Salib.

Syarif Hussein yang yang berambisi memimpin bangsa Arab, kemudian mendeklarasikan diri sebagai khalifah dengan pusat pemerintahan di Makkah, sekaligus mengangkat putranya yang bernama Ali sebagai pangeran (putra mahkota). Pada saat itu dua putranya yang lain: Faisal sebagai raja yang berkuasa di Irak dan Suriah, serta Lebanon, dan Abdullah menjadi raja di Yordania.

Meskipun semua kedudukan yang dimiliki oleh anak-anaknya diperoleh berkat bantuan Inggris, sebagai imbalan atas dukungannya mengusir Turki dari tanah Arab, akan tetapi Hussein merasa Inggris tidak sepenuhnya menepati janjinya.

Karena itu, Hussein melanjutkan perjuangannya melalui jalur diplomasi dan politik, khususnya terkait Palestina yang tidak diserahkan Inggris karena keterikatannya dengan Yahudi internasional sesuai perjanjian Balfour, yang isinya akan menjadikan Palestina sebagai rumah bagi penganut Yahudi, yang kemudian menjadi cikal-bakal negara Israel.

Keberpihakan Inggris kepada Yahudi disebabkan beberapa faktor: Pertama, mulai tumbuhnya kekuatan Yahudi Internasional yang berbasis di Amerika, baik dalam bidang ekonomi maupun politik, sekaligus sebagai imbalan yang diperoleh atas dukungannya pada Sekutu dalam perang dunia pertama sesuai perjanjian Balfour.

Kedua, untuk tetap merangkul komunitas Yahudi di kawasan Eropa yang dianiaya oleh musuh utama sekutu waktu itu, yakni Nazi Jerman menjelang dan selama perang, sesuai adagium: "musuh dari musuhmu adalah temanmu".

Ketiga, di samping sudah memberikan kekuasaan pada anak-anak Hussein di wilayah Suriah (termasuk Lebanon dan Yordania) serta Irak, penjajah Inggris tentu tidak ingin Syarif Hussein terlalu kuat, karena dikhawatirkan bisa mengganggu penjajah di kemudian hari.

Bersamaan dengan itu (1918-1919) hubungan tidak harmonis antara Hijaz dan Najd memanas, disebabkan perebutan wilayah Al Khurma. Walaupun tentara Najd yang dipimpin Abdul Aziz unggul, Inggris turun-tangan melerai sehingga terjadi gencatan senjata. Dengan menyerahkan wilayah yang disengketakan kepada penguasa Najd, maka disepakati sebuah perdamaian antara keduanya.

Tahun 1924 ketegangan antara dua kabilah besar ini muncul kembali, puncaknya terjadi ketika Syarif Hussein melarang warga Najd melakukan ibadah umrah dan Haji. Hal ini yang menjadi alasan Abdul Aziz memerintahkan pasukannya untuk kembali mengepung Hijaz.

Syarif Hussein kembali meminta bantuan Inggris. Kali ini Inggris enggan turun tangan dengan alasan tidak ingin ikut campur terkait isu agama. Syarif Hussein kemudian berusaha meminta bantuan anak-anaknya, akan tetapi semuanya tidak berdaya. Akibatnya Hijaz lepas dari tangannya.

Keengganan Inggris untuk turun tangan kembali, bukan mustahil dilandasi kekhawatiran jika Syarif Hussein kuat, apalagi jika mendapat dukungan dari negara-negara Arab dan negara-negara Muslim, maka ambisinya menjadi Khalifah dunia Islam bisa menjadi ancaman baru bagi penjajah Inggris.

Sejak saat itu wilayah Hijaz yang menaungi kota suci Makkah dan Madinah beralih ke tangan dinasti bin Saud, dan kemudian diberi nama Kerajaan Saudi Arabia yang secara resmi dideklarasikan pada 1932, dengan raja pertamanya Abdul Aziz bin Abdul Rahman.

Kolonial Inggris dan Perancis terus mengontrol wilayah ini, meskipun tidak jarang menghadapi perlawanan baik dalam bentuk perlawanan politik maupun bersenjata. Secara bertahap Inggris maupun perancis kemudian memberikan kemerdekaan sembari terus memecah wilayah Arab, sehingga banyak muncul negara mini yang berbasis suku atau kabilah.

Di wilayah Palestina kelompok Yahudi dan Palestina terus bertarung memperebutkan wilayah yang sama sampai sekarang. Sementara keturunan Syarif Hussein hanya bisa mempertahankan kekuasaannya di wilayah Yordan.

Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari berbagai peristiwa yang terjadi pada episode ini, dimana aspek politik dalam arti kekuasaan, ekonomi, dan agama yang tumpang-tindih dan tidak mudah dipilah.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya