Berita

Tim medis Korea Selatan saat melakukan sterilisasi/AFP

Dunia

Soal Virus Corona, Dunia Gagal Belajar Dari SARS Dan MERS

RABU, 04 MARET 2020 | 01:30 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Wabah virus corona yang menginfeksi puluhan ribu orang di puluhan negara di dunia menjadi bukti nyata kurangnya penelitian global tentang cara-cara untuk memerangi penyebaran penyakit menular.

Para ahli menilai bahwa otoritas kesehatan gagal mengambil pelajaran dari kasus virus SARS pada awal tahun 2000-an yang menewaskan 774 orang di seluruh dunia serta virus MERS yang menewaskan lebih dari 850 orang.

Meskipun para ilmuwan telah menanggapi kedua penyakit tersebut, merumuskan rencana perawatan dan akhirnya membuat vaksin, para ahli mengatakan bahwa tanggapan dunia soal virus corona baru yang saat ini menunjukkan belum ada upaya yang berkelanjutan dan terkoordinasi pada penyakit menular.


"Terlalu sering, gelombang perhatian penelitian dan investasi yang dihasilkan oleh wabah baru dengan cepat berkurang ketika wabah itu mereda dan prioritas lainnya terjadi," kata asisten profesor di Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Yale, Jason Schwartz kepada AFP (Selasa, 3/3).

"SARS dan MERS menunjukkan ancaman kesehatan global yang ditimbulkan oleh coronavirus dan perlunya investasi berkelanjutan untuk lebih memahami virus-virus ini dengan memperhatikan strategi pencegahan dan pengobatan," sambungnya.

Hal senada juga diutarakan oleh seorang ahli virus di Pusat Nasional untuk Penelitian Ilmiah Perancis, Bruno Canard. Dia mengatakan bahwa beberapa negara, terutama anggota Uni Eropa, meluncurkan program penelitian terkoordinasi setelah SARS.

Tetapi krisis keuangan tahun 2008 menekan pendanaan penelitian tersebut. Dia menyayangkan kurangnya dukungan finansial atas penelitian ilmiah tersebut.

Canard meambahkan bahwa saat ini ada tujuh coronavirus yang diketahui yang dapat menular di antara manusia. Karena itulah, menurutnya, penting dilakukan penelitian terkoordinasi agar bisa bisa menghasilkan pengobatan spektrum luas terhadap jenis coronavirus tersebut, mengingat profil mereka mirip secara genetik.

Sementara itu, profesor virologi dan presiden International Society for Antiviral Research (ISAR) yang berbasis di Belgia, Johan Neyts mengatakan bahwa dunia kehilangan peluang setelah SARS, yang terkait erat dengan coronavirus baru.

"Jika kita berinvestasi sejak 2003 di epidemi SARS mencari obat yang akan aktif melawan corona sekarang kita bisa memiliki persediaan yang akan aktif terhadap (virus) yang baru ini," kata Neyts kepada AFP.

"Kami melewatkan kesempatan. Ini adalah serangan teroris terhadap virus yang bisa kami cegah, lebih banyak orang akan mati, sungguh memalukan," tambahnya.

Neyts sendiri mengakui bahwa untuk melakukannya upaya ilmiah, para peneliti membutuhkan dana pemerintah.

Neyts memperkirakan biaya menemukan pengobatan coronavirus yang aman untuk dikelola dalam skala 250 juta hingga 300 juta euro.

Selain pendanaan, penelitian medis juga membutuhkan waktu yang bisa mencapai hitungan tahun.

"Untuk mengembangkan molekul (melawan virus corona), itu membutuhkan waktu bertahun-tahun," katanya.

"Anda perlu melakukan uji klinis dan untuk itu Anda perlu orang yang sakit dengan virus," tambahnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya