Berita

Kuala Lumpur Summit 2019/Net

Muhammad Najib

Menyingkap Berbagai Persoalan Umat Islam Di Balik KL Summit

KAMIS, 19 DESEMBER 2019 | 13:25 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

KL Summit yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia dijadwalkan akan berlangsung selama tiga hari, dimulai Kamis (19/12). Perhelatan ini akan dihadiri setidaknya oleh 250 peserta yang berasal dari 52 negara Muslim mewakili sekitar 1,8 miliar penduduk muslim atau sekitar 24 persen populasi umat manusia di dunia.

Diantara yang hadir terdiri dari pejabat negara, politisi, dan para cendekiawan. Mereka akan membahas berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam saat ini. Diantara persoalan yang akan dibahas antara lain: Masalah Islamophobia, berbagai tindakan diskriminatif dan intimidatif yang dialami minoritas Muslim, serta para pengungsi akibat perang berkepanjangan di negara-negara Arab.

Masalah suku Uighur di Xinjiang, China, etnis Rohingnya di Myanmar, kelaparan akibat perang di Yaman, dan pengungsi akibat perang di Suriah, menjadi isu yang sudah mulai muncul ke permukaan melalui berbagai media resmi.

Masalah ini menjadi berlarut-larut, tidak bisa dilepaskan dari realitas tercerai-berainya kekuatan negara-negara Muslim, baik karena faktor internal berupa perebutan kekuasaan, maupun karena faktor eksternal akibat politik adu domba dan belah bambu yang dijalankan negara-negara kolonial.

Bagi para pengamat politik internasional, yang lebih menarik bukanlah fakta-fakta di atas yang sudah menjadi pengetahuan umum, akan tetapi bagaimana perkembangan aliansi regional maupun global diantara negara-negara Muslim menyikapi masalah-masalah di atas. Mengingat pola aliansi yang muncul sangat dinamis, dan tentu akan ikut menentukan kemana arah dan bagaimana arah penyelesaiannya.

Saudi Arabia secara terbuka menyatakan tidak setuju dengan pertemuan negara-negara Muslim di luar dari wadah OIC (OKI). Karena itu Saudi Arabia tidak akan mengirim delegasi sebagai peserta. Bagi Riad upaya mencari penyelesaian persoalan umat Islam di luar OKI akan semakin melumpuhkan OKI yang sudah lama mati suri.

Lebih dari itu, Saudi Arabia yang memotori sekaligus menjadi markas OKI, tentu merasa wibawanya sebagai salah negara muslim penting semakin tergerus.

Pakistan yang semula sangat bersemangat dan menjadi salah satu motor dari pertemuan di KL kali ini, tiba-tiba menyatakan tidak mengirimkan delegasi. Sejumlah sumber berspikulasi, ketidakhadirannya akibat tekanan dari Riad. Hubungan dekat Riad-Islamabad, dan besarnya ketergantungan ekonomi Pakistan pada Saudi Arabia, tentu menjadi pertimbangan utama bagi Islamabad.

Sebaliknya Turki dan Qatar yang menjadi saingan Saudi Arabia di Timur Tengah mengirimkan orang nomor satunya, Recep Tayyip Erdogan dan Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Pertemuan mereka di KL menandai menguatnya poros Ankara-Doha yang mendapat dukungan baru dari Malaysia, selain semakin mendekatkannya mereka dengan perwakilan negara-negara Muslim yang hadir.

Kehadiran Hassan Rouhani sebagai Kepala Negara Iran di KL, juga dapat dimaknai sebagai sebuah kemenangan politik Teheran atas Riad dalam memperebutkan hati umat Islam. Menyusul kemenangan militernya dalam memperebutkan pengaruh di kawasan Timur Tengah. Saudi Arabia meskipun didukung penuh Amerika dan NATO, tetap kedodoran menghadapi Iran.

Perdana Mentri Mahathir Mohamad dalam pembicaraannya via telpon dengan Raja Salman menyatakan secara jelas bahwa KL Summit tidak dimaksudkan untuk meyaingi OKI, akan tetapi tidak bisa dibantah bahwa berkumpulnya para pemuka ummat Islam di KL sebagai upaya mencari jalan lain, akibat ketidakberdayaan OKI dalam menghadapi berbagai persoalan umat Islam di dunia.

Seharusnya para pemimpin Saudi Arabia yang menjadi rumah bagi dua tempat suci umat Islam berani introspeksi diri, mengapa mereka mulai ditinggalkan. Paling tidak ada empat hal yang perlu dievaluasi: Pertama, hubungan ekonomi, politik, dan militer Riad-Washington telah membuat Saudi Arabia tidak leluasa mengambil kebijakan, termasuk yang terkait dengan kepentingan bangsa dan negaranya sendiri.

Kedua, Hubungan Riad-Tel Aviv yang semakin mesra, telah menjauhkan Saudi Arabia dari Palestina yang menjadi rumah bagi Al Quds yang merupakan kota suci ketiga bagi Ummat Islam.

Ketiga, keterlibatan militer Saudi Arabia secara langsung di Yaman yang telah menimbulkan korban harta benda dan kemanusiaan berkepanjangan, telah menimbulkan banyak kritik, baik terkait senjata yang digunakan maupun persoalan kemanusiaan yang ditimbulkannya.

Keempat, upaya Saudi Arabia memblokade tetangganya Qatar secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang rasional. Meskipun sudah berlangsung lama, tidak ada upaya yang serius untuk islah.

Fakta-fakta di atas mungkin tanpa disadari telah menggerus wibawa Saudi Arabia di dunia Islam, kemudian secara perlahan umat Islam meninggalkannya.

Di era dimana "logika kekuatan" lebih banyak dipraktikan oleh para pemimpin dunia dibanding "kekuatan logika", seperti yang kita saksikan terutama di Amerika, Israel, China dan India. Kecendrungan seperti ini tampaknya akan terus berlangsung entah sampai kapan. Karena itu, umat Islam perlu mengimbanginya dengan mengkonsolidasi kekuatan yang dimilikinya, baik yang berupa kekuatan ekonomi, politik, maupun militer.

Disinilah arti penting KL Summit yang kini sedang berlangsung di Malaysia. Semoga saja mereka sukses dan ada kesepakatan kongkrit yang dihasilkannya.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

UPDATE

Kini Jokowi Sapa Prabowo dengan Sebutan Mas Bowo

Minggu, 28 April 2024 | 18:03

Lagi, Prabowo Blak-blakan Didukung Jokowi

Minggu, 28 April 2024 | 17:34

Prabowo: Kami Butuh NU

Minggu, 28 April 2024 | 17:15

Yahya Staquf: Prabowo dan Gibran Keluarga NU

Minggu, 28 April 2024 | 17:01

Houthi Tembak Jatuh Drone Reaper Milik AS

Minggu, 28 April 2024 | 16:35

Besok, MK Mulai Gelar Sidang Sengketa Pileg

Minggu, 28 April 2024 | 16:30

Netanyahu: Keputusan ICC Tak Membuat Israel Berhenti Perang

Minggu, 28 April 2024 | 16:26

5.000 Peserta MTQ Jabar Meriahkan Pawai Taaruf

Minggu, 28 April 2024 | 16:20

Kepala Staf Angkatan Darat Israel Diperkirakan Mundur dalam Waktu Dekat

Minggu, 28 April 2024 | 16:12

Istri Rafael Alun Trisambodo Berpeluang Ditersangkakan

Minggu, 28 April 2024 | 16:05

Selengkapnya