Berita

Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar (kanan)/RMOL

Dunia

Wamen Mahendra: Diskriminasi Kelapa Sawit Eropa Hambat Perdamaian Di Kolombia

SELASA, 05 NOVEMBER 2019 | 17:14 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Isu diskriminasi kelapa sawit oleh Uni Eropa memang meresahkan. Tidak hanya bagi Indonesia, namun juga produsen lain seperti Kolombia dan negara-negara berkembang.

Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar bahkan menyebut diskriminasi kelapa sawit ini telah menghambat proses perdamaian antara pemerintah Kolombia dan pemberontak FARC.

"Di sini ada persoalan lain. Jadi kelapa sawit ditanam, diharapkan bisa panen, dijual. Begitu masuk ke Eropa didiskriminasi. Seperti yang saya bilang tadi, mother of the all double standard. Jadi mereka mengharapkan peace, namun di lain pihak di-banned,” ujarnya.

Mahendra menjelaskan, di Kolombia, para pemberontak FARC memiliki sumber pendapatan dari koka dan tanaman narkoba lainnya. Hasil penjualan tersebut kemudian dibelikan senjata.

Tanaman tersebut jelas bertentangan dengan hukum, sehingga FARC memproduksi kelapa sawit. Sementara untuk mengakhiri konflik, pemerintah kemudian memberikan hak atas lahan untuk digunakan memproduksi kelapa sawit oleh mantan pemberontak FARC dalam perjanjian damai 23 Maret 2016.

Dengan adanya kebijakan dari Eropa ini, Mahendra berharap negara berkembang tidak berpaku atau bergantung pada cara pandang pola perdagangan hubungan ekonomi negara maju.

"Yang mesti dilakukan justru sadar bahwa mayoritas 10 besar dari ekonomi dunia adalah negara berkembang. Jadi (kita) bukan hanya produsen, tapi juga konsumen," pungkasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya