Berita

Anies Baswedan mendapat banyak kiritikan soal instalasi seni bambu Getah Getih di Bundaran HI/RMOL

Politik

Fahira Idris: Semakin Berprestasi, Anies Akan Semakin Dicaci

SENIN, 22 JULI 2019 | 08:33 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Pembongkaran instalasi seni bambu Getah Getih di Bundaran HI, Jakarta, beberapa hari lalu ternyata memicu sejumlah 'buntut' kurang sedap bagi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Sejumlah kritik langsung diarahkan kepada Anies.

Dalam pandangan Anggota DPD RI, Fahira Idris, kritikan yang ditujukan kepada Anies akan makin besar ketika sang Gubernur mampu menunjukkan prestasi. Tujuannya, mendegradasi berbagai capaian yang diraih Jakarta dan program pembangunan yang mulai dirasakan warga Ibu Kota.

Menurut Fahira, intensitas ‘serangan’ terhadap Anies biasanya meningkat di saat-saat Gubernur DKI Jakarta ini membuat terobosan baru atau saat Pemprov mendapat prestasi.


“Amatan saya, semakin sering Pemprov DKI membuat terobosan atau mendapat apresiasi, serangan akan semakin intensif. Sebenarnya jika isu yang jadi tema kritikan atau ajang cacian kepada Anies substanstif, tidak masalah," ucap Fahira melalui rilis yang diterima redaksi RMOL, Senin (22/7).

"Namun, sering sekali yang jadi ‘peluru’ hal-hal tidak penting. Sudah tidak penting, dilebarkan kemana-mana yang mengarah kepada serangan personal dan pembunuhan karakter serta dikait-kaitkan dengan isu SARA,” tambah dia.

Seperti soal instalasi bambu Getah Getih di Bundaran HI yang dipajang guna kepentingan Asian Games 2018. Instalasi tersebut memang hanya berdurasi enam bulan saja.

Instalasi tersebut mendadak dijadikan ‘peluru’ untuk menyerang Anies saat waktunya memang harus dibongkar. Saat semua terklarifikasi, termasuk pendanaan yang merupakan bantuan dari 10 BUMD DKI, kini pesan dari instalasi seni berbahan bambu—bukan bahan lain misalnya baja—yaitu menaikkan potensi ekonomi bambu dan memberdayakan petani dan seniman bambu, malah dibelokkan ke soal-soal lain yang sama sekali tidak substantif.

“Kita kebanjiran baja impor asal Tiongkok itu fakta. Kenapa tidak terima dan malah membelokkan fakta ini menjadi sentimen ras. Kalau terminologi Tiongkok saja mereka tidak paham bagaimana mau menjadi pengkritik yang cerdas. Jika paradigma berpikir mereka terus seperti ini, bisa gawat negeri ini,” lanjut  Fahira.

Di negara demokrasi, kata Fahira, konsekuensi menjadi seorang pemimpin adalah harus siap dikritik, dihujat, dicaci, bahkan difitnah. Rentetan prestasi tidak akan menjamin seorang pemimpin mendapat pujian apalagi pengakuan.  Malah mungkin semakin berprestasi, serangan akan semakin menjadi.

"Ada pemimpin yang biasa-biasa saja, tetapi karena dukungan publikasi ditampilkan seperti dewa tanpa cela. Demikian juga sebaliknya, ada pemimpin berprestasi dan hasil kerjanya dirasakan rakyat, tetapi ‘dibonsai' menjadi tidak bisa apa-apa karena prestasinya ditutupi oleh isu-isu tidak substansi yang diembuskan dengan masif dan rapi,” pungkas Fahira.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya