Berita

Dahlan Iskan/Net

Dahlan Iskan

Humor Beneran

SELASA, 21 MEI 2019 | 03:30 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SUNGGUH mati. Selama ini saya hanya menemukan ini di humor: main sex di atas pesawat.

Ternyata sungguhan. Bahkan sampai jadi urusan pengadilan pula. Di Amerika. Yang bisa jadi cerita ringan. Yang sesekali harus muncul di disway. Toh pembaca disway melarang saya menulis tentang humor yang lain: cebong dan kampret.

Di Amerika yang mirip humor ini menjadi cerita serius. Yang melakukan ini orang yang sangat kaya. Punya beberapa helikopter. Punya pesawat. Korbannya anak di bawah umur. Ini yang juga membuat serius.


Pun perancang pesawat. Juga menganggap ini serius. Tidak disangka kecanggihan teknologi pesawat bisa dimanfaatkan untuk nge-sex di atas pesawat.

Pelaku yang kaya itu berumur 51 tahun. Dua tahun lalu. President director sebuah perusahaan broker keuangan. Warisan dari orang tuanya. Di negara bagian New Jersey. Namanya: Stephen Bradly Mell.

Awalnya bukan salah pengusaha itu. Ia justru menolong teman. Untuk membantu anak teman itu. Sang anak masih gadis. Berumur 16 tahun. Bercita-cita ingin menjadi pilot.

Sang ibu minta tolong Bradly. Agar anaknya diperkenalkan ke  dunia pesawat. Bahkan agar mulai dilatih bagaimana bisa menerbangkan pesawat. Bradly memang memiliki ijin menerbangkan pesawat. Ia sudah punya SIM pilot ketika umurnya baru 16 tahun. Di Amerika sangat biasa orang awam memiliki ijin pilot.

Pun waktu ke Alaska tahun lalu. Saya melihat satu perkampungan besar. Di setiap depan rumah mereka ada pesawat yang lagi parkir.

Bradly menyanggupi permintaan ibu sang gadis. Bradly pun menjadi mentor gadis itu. Menjadi akrab. Tidak lagi hanya bicara soal pesawat. Juga yang lain-lain. Lama-lama menyerempet soal sex.

Si gadis juga sering dikirimi gambar-gambar. Lewat HP-nya. Lama-lama merembet ke soal oral sex. Lalu dipraktekkan. Di beberapa tempat: di rumah, di hotel, di pesawat.

Bradly juga sering mengirim  gadis itu text. Lewat SnapChat. Sering juga Bradly minta foto si gadis. Dalam posisi telanjang. Atau dalam pose yang menggiurkan.

Yang jadi berita besar adalah: di pesawat itu. Semua koran lokal di New Jersey menulisnya sebagai berita besar. Yang jadi sumber tulisan ini. Bahkan koran-koran nasional ikut meramaikannya.

Hari itu Bradly menerbangkan pesawatnya dari Somerset di New Jersey. Hanya berdua dengan si gadis. Menuju Cape Cod di Massachusetts. Pulang-pergi.

Somerset adalah kota kecil di New Jersey. Kota elite. Banyak tokoh tinggal di situ. Gubernur New Jersey tinggal di situ. Lapangan golf milik Presiden Donald Trump tidak jauh dari situ. Inilah sebuah distrik yang jumlah kudanya lebih banyak dari manusianya.

Cape Cod adalah kota kecil di pinggir pantai di Massachusetts. Jarak itu kira-kira 1 jam penerbangan. Dengan pesawat kecil seperti itu. Melewati atasnya kota New York.

Setelah pesawat mencapai ketinggian yang diijinkan, Bradly memindahkan kemudi ke otomatis. Ke auto-pilot. Keduanya lantas pindah ke tempat duduk belakang. Pesawat disuruh terbang sendiri. Terjadilah permainan itu. Di sepanjang penerbangan. Pulangnya juga.

Tentu tidak terpikirkan oleh perancang auto-pilot: penemuannya bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan seperti itu di udara.

Lama-lama Bradly minta agar si gadis memasang IUD. Atau minum pil anti hamil. Agar tidak hamil. Bradly terus merengek agar si gadis melaksanakan keinginannya itu.

Sang ibu akhirnya tahu apa yang terjadi. Diadukanlah Bradly. Disertai bukti-bukti. Terutama text yang pernah dikirim lewat HP.

Semua terkejut. Padahal Bradly punya banyak lembaga sosial. Termasuk menyediakan pesawat untuk keadaan darurat. Bagi yang sakit.

Yang memberatkan Bradly adalah: si wanita masih di bawah umur. Bradly tidak bisa berkelit dengan alasan senang sama suka. UU di Amerika sangat keras untuk kejadian seperti itu.

Saat kasus ini dibawa ke pengadilan Bradly langsung mati kutu. Buktinya terlalu lengkap. Bradly langsung mengakui kesalahannya. Tidak perlu diadili. Hakim akan langsung menjatuhkan putusan: hari ini waktu Amerika. Atau nanti malam waktu Jakarta.

Hukumannya bisa lima tahun penjara. Ditambah lima tahun lagi kerja sosial. Bradly tidak ditahan karena membayar uang jaminan. Sebanyak Rp 14 miliar. Ditambah rumah ibunya di South Carolina.

Bradly kini memang tinggal bersama ibunya. Istrinya sudah mengajukan gugatan cerai. Tiga anaknya ikut ibunya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya