Berita

Dahlan Iskan

Hakim Hongcouver

MINGGU, 12 MEI 2019 | 04:05 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

LIHATLAH cara Kanada memperoleh hakim terpercaya. Misalnya yang ikut mengadili dokter ahli saraf dari Singapura itu: DR. Dr. Gobinathan Devasthasan. Yang menjatuhkan hukuman yang menghebohkan itu. (baca DisWay xxx).

Nama hakimnya: Geoffrey B Gomery.

Untuk jadi hakim di pengadilan Vancouver itu Gomery harus melamar. Tidak ada hakim karier di sana. Lowongan itu dibuka ketika ada hakim yang pensiun.


Siapa saja boleh melamar: hakim, pengacara, jaksa, dosen, atau siapapun. Lamaran ditujukan ke kementerian kehakiman. Akan disaring oleh tim penilai. Ahli dan independen.

Testnya sederhana. Bisa mengisi jawaban secara online. Atas pertanyaan tim. Yang pertanyaan itu diketahui oleh publik.

Pertanyaan itu menyangkut dua kelompok: kemampuan bahasa dan kapasitas/integritas. Publik bisa tahu kapasitas setiap pelamar. Termasuk kapasitas Gomery.

Misalnya ia jawab 'yes' untuk dua pertanyaan dan 'no' untuk dua pertanyaan lain. Semua di bidang bahasa.

Yang ia jawab 'yes' adalah: tanpa latihan lagi apakah Anda mengerti kalau membaca bahan-bahan peradilan dalam bahasa Inggris ('yes') dan Perancis ('yes').

Tanpa latihan lagi apakah Anda mengerti bila diskusi hukum dengan kolega Anda dalam bahasa Inggris ('yes') dan Perancis ('yes'). Tapi untuk dua pertanyaan berikut Gomery jawab yes dan no.

Tanpa latihan lagi apakah Anda mengerti kalau diajak bicara hukum dengan counsel di pengadilan dalam bahasa Inggris ('yes') dan Perancis ('no').

Tanpa latihan lagi apakah Anda bisa mengajukan pembelaan hukum secara lisan dalam bahasa Inggris ('yes') dan Perancis ('no').

Tentu Gomery sebenarnya bisa menjawab 'yes' dan 'yes'. Tapi ia bisa terjebak dalam kejujuran intelektual kalau ia menjawab 'yes' semua.

Pertanyaan berikutnya adalah latar belakang pendidikan dan kelanjutan pendidikan. 'Kelanjutan pendidikan' itu perlu ditanyakan karena hakim adalah sebuah profesi. Keberlanjutan pendidikan sangat penting bagi pengemban profesi. Agar keilmuannya terus meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Gomery menyebutkan bahwa ia lulusan Queen University. Itu umum. Yang tidak umum adalah: bidang studinya matematika dan politik.

Lantas mengambil bidang hukum untuk magisternya. Di University of Totonto.
Dari situ Gomery pergi ke Inggris. Masuk perguruan tinggi kelas satu: Oxford University. Meraih gelar hukum dengan pujian. Setelah itu pun masih banyak kursus dan seminar hukum yang ia ikuti.

Pertanyaan lain: penghargaan apa saja yang pernah diterima dalam karirnya sebagai orang hukum. Sederet award ia tuliskan.

Yang agak 'dalam' adalah pertanyaan tentang pengalaman hidupnya. Khususnya yang terkait dengan keanekaragaman masyarakat Kanada. Dan keunikan mereka.

Anda sudah tahu: separo rakyat Kanada bicara dalam bahasa Inggris. Separo lagi berbahasa Perancis. Separonya lagi berbahasa Kanton. Terutama separo yang di Vancouver. Begitu banyak orang Hongkong di Vancouver. Sampai kota itu belakangan disebut juga Hongkouver.

Gomery menulis pengalaman pribadinya: lahir dan besar di Montreal. Dari bapak ibu Anglophone dan protestan. Anglophone adalah keturunan Inggris dan tetap berbahasa Inggris di lingkungan berbahasa Inggris di luar Inggris.

Tapi ia kuliah di Toronto. Dan ketika orang tuanya cerai Gomery punya ibutiri Francophone: keturunan Perancis dan berbahasa Perancis di lingkungan berbahasa Perancis di Kanada. Dari sini Gomery sangat paham budaya Francophone. Karena ia tinggal bersama ibutirinya itu.

Tapi Gomery juga sering mengunjungi ibunya yang kawin lagi dan tinggal di Halifax. Itu membuat Gomery paham keanekaragaman Kanada.

Pertanyaan lain adalah tentang letigasi. Gomery menjawab: sangat mutlak seorang hakim harus ahli dalam letigasi. Dan memang Gomery punya track record di bidang letigasi.

Gomery mengakui bahwa ia tidak punya pengalaman langsung di bidang hukum keluarga. "Tapi ayah saya adalah ahli hukum bidang keluarga," katanya.

Sering kali, tulisnya, saat makan malam pun ayah mendapat tilpon. Dari klien. Yang minta konsultasi bidang hukum keluarga. Ayahnya lantas memberi kuliah 'hukum keluarga' sambil makan.

Gomery juga merasa beruntung pernah tinggal di Inggris. Dua anaknya lahir di London. Dengan demikian, tulisnya, saya pernah melihat Kanada dari perspektif luar Kanada.

Itu juga membuat pemahamannya tentang demokrasi dan hukum lebih baik. Inggris adalah negara dengan demokrasi tertua di dunia. Yang pemilunya 'hari ini' perdana menteri barunya sudah dilantik 'besok jam 9 pagi'. Karena pemilunya begitu jujurnya.

Meski dari keluarga mampu Gomery pernah bekerja di pabrik dengan upah UMP. Yakni saat ia menjadi mahasiswa. Ia bisa tahu budaya masyarakat dengan pendapatan terendah. Lalu ia pindah gereja ke Unitarian. Pemahamannya tentang agama lebih luas lagi.

Waktu pindah ke Vancouver Gomery lebih paham soal lesbian dan gay. Yang menjadi kenyataan sehari-hari. Tentu ia juga menjadi lebih sering makan di Chinese food restoran.

Sebenarnya sangat menarik pandangannya tentang hakim, demokrasi dan konstitusi. Tapi tulisan ini akan menjadi sangat berat kalau membahas itu.

Intinya masih banyak yang harus kita perbuat. Untuk bisa menjadi negara demokrasi dengan hukum yang tegak. Ada negara demokrasi yang kurang transparan. Ada negara tidak demokratis tapi lebih transparan. Tentu ada negara demokratis dan sangat transparan.

Yang terakhir itu Kanada, salah satunya. Demokrasinya begitu dewasa. Pemilunya begitu jujur. Hukumnya begitu tegak. Pengadilannya begitu terpercaya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya