Berita

Ilustrasi/Net

Jaya Suprana

Mencari Keridhaan Allah

SELASA, 13 FEBRUARI 2018 | 07:17 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

KETIKA memberikan kuliah umum di pesantren Ma'had Al Zaitun, Indramayu, 9 Februari 2018, Jenderal Gatot Nurmantyo ditanya tentang kenapa Presiden Jokowi memecat Panglima TNI. Sebagai jawaban, Jenderal Gatot Nurmantyo berkisah riwayat Jenderal Khalid bin Walid.

Pedang Allah Yang Terhunus


Pada zaman pemerintahan Khalifah Sayyidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang sehingga mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.


Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid.Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, “Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus.”

Pada suatu ketika, di saat Jenderal Khalid bin Wahid sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, “Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang! Segera menghadap!”

Menerima kabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan?  

Namun sebagai prajurit sejati yang taat pada atasan, beliau pun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.

Preventif

Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, “Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Apa betul saya di pecat?” “Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!” jawab Khalifah. “Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?”

“Kamu tidak punya kesalahan.”

“Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?”

“Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik.”

“Lalu kenapa saya dipecat?” tanya Jenderal Khalid.

Khalifah Umar bin Khatab menjawab, “Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang sombong."

”Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!”

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis beliau berbisik, “Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!”

Prajurit Biasa

Setelah dipecat, Khalid bin Wahid kembali maju ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin. Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat.

Lalu, ada di antara mereka yang bertanya, “Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat. ”Khalid bin Walid menjawab, “Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah.”

Mencari Keridhaan Allah


Ketika berita Jenderal Gatot Nurmantyo berkisah tentang Khalid bin Wahid terviralkan maka timbul reaksi pro namun juga kontra dari pihak yang berseberangan paham dengan Gatot Nurmantyo. Bahkan ada yang menuduh Gatot Nurmantyo sombong, arogan, terkebur, tidak tahu diri, lancang karena menyamakan diri dengan panglima perang ”Pedang Allah yang Terhunus” .

Tanpa berani melibatkan diri ke dalam kemelut polemik politik tingkat tinggi, selama berpendapat belum dilarang di persada Nusantara tercinta ini saya pribadi memberanikan diri untuk berpendapat bahwa kita bisa memetik banyak hikmah dari kisah Khalid bin Wahid. Betapa rendah hati sahabat Nabi yang mulia ini. Beliau penuh keluhuran, kemuliaan,  populer, profesional, disiplin dan tak pernah berbuat kesalahan sehingga punya jabatan tinggi.

Namun, ketika jabatan tinggi itu dicabut beliau tak terpengaruh. Beliau tetap berbuat yang terbaik. Karena memang tujuan perjuangan hidupnya semata-mata hanya mencari keridhaan Allah.[***]


Penulis adalah Seorang Pembelajar Makna Keluhuran Budi Pekerti


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya