Berita

Ilustrasi/Net

Jaya Suprana

OPINI JAYA SUPRANA

Pilpres Ulang Kenya

JUMAT, 22 SEPTEMBER 2017 | 07:35 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

KEBETULAN saya sedang mempelajari Kenya, maka saya tertarik pada sebuah berita tentang Mahkamah Konstitusi Kenya mendadak 1 September 2017 memaklumatkan sebuah keputusan untuk membatalkan hasil Pemilu Kenya yang sebenarnya penyelenggaraannya sudah dirampungkan pada tanggal 8 Agustus 2017.

Revolusioner

Lembaga tertinggi hukum Kenya memutuskan bahwa penyelenggaraan pilpres ulang wajib diselenggarakan dalam waktu selambat-lambatnya 60 hari setelah dimaklumatkan.


Keputusan membatalkan hasil pilpres Kenya 8 Agustus 2017 cukup menghebohkan sebab merupakan suatu keputusan revolusioner yang sebelumnya belum pernah terjadi di bumi Kenya.

Keputusan dibuat berdasar protes yang diprakarsai oleh pemimpin oposisi dan mantan perdana menteri Kenya, Raila Odinga yang menilai penyelenggaraan Pilpres Kenya 2017 sarat beban kecurangan dalam proses teknis penyelenggaraan mau pun dalam penghitungan suara.

Keputusan pembatalan hasil pilpres tersebut selaras dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh para pengawas pilpres dari Amerika Serikat, Europa Union mau pun Africa Union.

Berarti petahana Presiden Uhuru Kenyatta batal atau minimal tertunda untuk kembali duduk di tahta kepresidenan Kenya.

Peristiwa politik ini penting bagi sejarah demokrasi di Kenya yang berarti juga penting bagi sejarah demokrasi di seluruh benua Afrika.

Kekerasan

Berdasar pengalaman buruk pada pilpres 2007 di saat Raila Odinga dikalahkan oleh Mwai Kibaki yang kemudian disusul dengan huruhara kekerasan yang menelan korban lebih dari seribu nyawa warga maka tentu diharapkan musibah tersebut tidak terulang kembali pada tahun 2017 akibat MK menolak hasil pilpres Kenya 8 Agustus 2017.

Sebenarnya Presiden Kenyatta sudah menyatakan dirinya akan sepenuhnya tunduk kepada keputusan MK. Namun disayangkan bahwa sang Presiden sempat menghujat para hakim sebagai "crooks" bahkan bersumpah akan memecat para hakim MK apabila dirinya sudah terpilih kembali untuk duduk di singgasana kepresidenan.

Kini memang tiba masa krisis terhadap demokrasi di Kenya. Keputusan pembatalan hasil pilpres Kenya jelas akan memancing perhatian lebih besar dari masyarakat dan pers internasional.

Hasil transparan, kredibel tanpa kekerasan dari pilpres ulang Kenya akan memperkokoh pilar-pilar demokrasi Kenya apalagi setelah sistem hukum Kenya telah membuktikan diri kedigdayaannya.

Belajar

Sebenarnya tidak ada salahnya dalam hal pemilu Kenya berkenan belajar dari Indonesia. Syukur Alhamdullilah, bangsa, negara dan rakyat Indonesia telah membuktikan kemauan dan kemampuan menyelenggarakan pilkada, pileg dan pilpres secara jujur, terbuka, transparan selaras dan sesuai inti sukma apa yang disebut sebagai demokrasi.

InsyaAllah, bangsa, negara dan rakyat Kenya akan berhasil menyelenggarakan pilpres ulang pada belahan akhir tahun 2017 secara benar-benar jujur, aman dan damai sebagai pesta demokrasi tanpa kekerasan.

Jangan sampai tertetes setetes darah rakyat pun. Apa yang terjadi di panggung politik Kenya serta merta merupakan suri keteladanan bagi segenap negara-negara termasuk yang relatif muda usia di benua Afrika. [***]

Penulis adalah pembelajar geopolitik dunia masa kini

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya