Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

ARTIKEL JAYA SUPRANA

Ekspor Kebencian

KAMIS, 31 AGUSTUS 2017 | 07:25 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

DALAM penerbangan ke Pyongyang pada medio Agustus 2017 kebetulan saya dan Ibu Aylawati Sarwono duduk berdampingan dengan seorang lawyer warga negara Amerika Serikat yang cepat-cepat memanfaatkan kesempatan memperoleh visa Republik Rakyat Demokratik Korea mumpung pelarangan belum dimulai.

Demi menghindari dampak tidak diinginkan bagi sang lawyer, lebih baik nama beliau tidak saya sebut di naskah ini.

Teroris    


Dalam perbincangan, terungkap bahwa sang lawyer USA telah melanglang buana, ternyata malah belum pernah ke Indonesia. Ibu Ayla menanyakan alasan sang lawyer belum pernah berkunjung ke Indonesia, yang dijawab oleh sang lawyer USA bahwa dirinya memang tidak sudi ke Indonesia karena penduduk Indonesia mayoritas Islam.

Ibu Ayla lanjut bertanya apa hubungan penduduk Indonesia mayoritas Islam dengan sang lawyer USA tidak sudi berkunjung ke Indonesia. Sang lawyer menjawab: "Islam is terorist ". Ibu Ayla balas menjawab "United States of America is terorist!".

Sang lawyer tidak terima negaranya disebut teroris sementara Ibu Ayla tidak terima Islam disebut teroris, maka kedua belah pihak sengit berdebat mengenai terorisme. Akibat kewalahan menghadapi Ibu Ayla yang memang tidak pernah mau kalah debat dan meyakini Amerika Serikat adalah biang terorisme, maka sang lawyer USA bertanya mengenai pendapat saya dengan dalih basa basi bahwa penampilan saya yang gundul kayak biksu terkesan lebih toleran ketimbang Ibu Ayla.

Charlottesville


Sang lawyer USA keliru memilih saya sebagai teman debat sebab kebetulan saya baru saja menyimak berita terbaru tentang angkara murka kekerasan yang meledak di Charlottesville yang terletak di negara bagian Virginia di bumi Amerika Serikat.

Saya langsung mendukung pernyataan Ibu Ayla bahwa Amerika Serikat adalah biang terorisme dengan menampilkan fakta konflik geopolitik yang terjadi di Irak, Suriah, Libya, Afghanistan, Vietnam, Korea di mana USA memang leluasa menjabarkan jabatan diri sebagai "polisi dunia" yang pada hakikatnya sekadar kedok pelampiasan angkara murka imperialisme dengan aksi-aksi kekerasan terstruktur, sistematis dan masif berdampak tidak kalah mengerikan ketimbang apa yang disebut sebagai terorisme.

Di dalam negeri sendiri, Amerika Serikat juga gemar melakukan terorisme mulai dari pembantaian massal terhadap penduduk asli Amerika, Pesta Teh Boston 1773, angkara murka "Bombingham" karya Ku Klux Klan menewaskan empat gadis murid sekolah minggu di 16th street Baptist Chruch di Birmingham 1963, sampai ke bom bunuh diri Timothy McVeigh menewaskan 168 orang di Oklahama City 1995.

Ibu Ayla makin sengit mendebat dengan tuduhan bahwa sang lawyer USA menderita Islamophobia yang sepenuhnya saya benarkan sehingga sang lawyer USA benar-benar ketereran dikeroyok dua warga Indonesia yang tersinggung akibat pernyataan tidak sudi ke Indonesia akibat mayoritas penduduknya Islam seenaknya dihakimi secara sepihak sebagai teroris oleh seorang warga sebuah negara yang sama sekali tidak bersih terorisme.

Ekspor Kebencian


Demi mengakhiri debat kusir tanpa ada pihak mau kalah, akhirnya saya menegaskan "You have the right to hate . Your country also has the right to hate. But you and your country have no right to export your hate to other person and other country!" (Anda berhak membenci. Negara Anda juga berhak membenci. Tetapi Anda dan negara Anda tidak berhak mengekspor kebencian Anda dan negara Anda ke orang lain dan negara lain !).

Akhirnya sang lawyer USA menyerah debat sambil berjanji akan berkunjung ke Indonesia akibat mengaku diri sudah tersadar bahwa Islam bukan teroris dan Indonesia bukan negara dan bangsa yang membenarkan terorisme! [***]

Penulis adalah pembelajar geopolitik kekerasan

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya