Berita

Nasaruddin Umar/Net

Pancasila & Nasionalisme Indonesia (2)

Background Indonesia (2)
JUMAT, 28 JULI 2017 | 08:36 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

SEMENJAK zaman purba masyarakat di kawasan Nu­santara sudah mengenal sistem kepercayaan dan budaya. Mereka mengenal kepercayaan yang dapat dikategorikan animisme, yaitu kepercayaan tentang adanya roh-roh yang memi­liki kekuatan gaib dan dinamisme yang keper­cayaan terhadap benda yang dianggap sakti karena memiliki kekuatan sebagai efek ditem­pati atau merupakan perwujudan roh para le­luhur. Sejumlah sistem kepercayaan sebagian leluhur bangsa Indonesia sudah mengenal kepercayaan monoteisme, yang menyembah hanya satu Tuhan. Contohnya masyarakat Bugis Makassar dan Mandar sudah menge­nal konsep Ketuhanan Yang Maha Esa yang menurut istilah Bugis disebut "Dewata Sew­wae" (Tuhan Yang Satu).

Penerimaan sejumlah masyarakat Indone­sia terhadap ajaran Islam dapat dilacak melalui kebiasaan dasar masyarakat Indonesia yang spiritual-religius. Islam sebagai agama yang mengembangkan ajaran monoteisme tidak ter­lalu diperkenalkan di dalam masyarakat Indo­nesia karena mereka sudah berpengalaman mengenai Tuhan Yang Maha Esa.

Sistem budaya di dalam masyarakat menu­rut beberapa ilmuan adalah bersifat matrial-spiritual. Masyarakat sudah memiliki sistem kepercayaan, yaitu animisme yang percaya kepada roh nenek moyang mereka berse­mayam di dalam batu-batu besar, gunung, po­hon besar. Roh itu disebut Hyang. Selain ani­mism, juga dikenal di antara mereka menganut sistem kepercayaan dinamisme, yaitu percaya terhadap benda-benda yang dianggap mem­punyai kekuatan gaib seperti batu, keris, dan benda-benda yang disakralkan lainnya.


Pola kehidupan masyarakat prasejarah In­donesia digambarkan bersifat nomaden, yaitu berpinda-pindah tempat, berkelompok-kelom­pok, hidup kolektif, dan mata pencaharian di dalam menyambung hidup ialah berburu dan bercocok tanam. Sebagian di antaranya su­dah mulai mengenal perubahan dan kesa­daran lingkungan. Mereka lebih memilih mene­tap (sedentary) dan mulai mengorganisir hidup dan komunitas mereka, mulai belajar berco­cok tanam, dan mulai menerapkan sistem adat yang diikuti dan ditaati oleh komunitas mereka. Mereka juga sudah mulai menjinakkan sejum­lah binatang lalu menernakkannya, susunya di­ambil, dagingnya dimakan, dan juga digunakan membajak lahan. Mereka juga sudah menge­nal mata angin dan bintang-bintang, dan meng­gunakannya sebagai pedoman dalam berlayar dan bercocok tanam. Menurut penelitian Prof. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rum­pun bahasa Austronesia yaitu bahasa Melayu (Indonesia sekarang), Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.

Dengan demikian, masyarakat prasejarah Indonesia sudah mengenal sistem budaya dan kepercayaan, serta tradisi kehidupan yang kompleks. Karena wilayah Nusantara berkep­ulauan (maritim), bukan daratan (continental), maka sudah barang tentu masyarakat prase­jarah Indonesia memiliki perbedaan dengan masyarakat daratan seperti Arab, Afrika, Ero­pa, Australia, dan Amerika. Yang perlu dicer­mati di masa depan ialah semakin memperi­hatinkannya prestasi sosial kaum remaja kita. Mungkin kita juga bertanggung jawab atas ke­mundurannya. 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya