Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Anakronisme Nasionalisme

RABU, 26 JULI 2017 | 07:32 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

SEBAGAI warga Indonesia, adalah wajar apabila saya selalu berupaya menggelorakan semangat nasionalisme demi menjunjung tinggi kepentingan Indonesia pada segenap bidang kehidupan termasuk ekonomi. Maka dalam hal penanaman modal di dalam negeri, saya selalu lebih mengharapkan peran para pemilik modal yang warga Indonesia ketimbang para pemilik modal yang warga asing.

Namun para ilmuwan ekonomi penganut aliran neo-liberalisme yang sebenarnya sekadar terminologi kedok aliran neo-imperialisme era globalisasi meyakini bahwa apa yang disebut sebagai nasionalisme pada hakikatnya sudah anakronis alias ketinggalan zaman .  

Bahan Baku Obat



Di pertengahan tahun 2017, Pemerintah Indonesia menghapus 35 bidang usaha dari Daftar Negatif Investasi (DNI) dalam paket kebijakan ekonomi jilid X. Kini investor asing bisa sepenuhnya atau menanamkan modal 100 persen untuk menguasai bidang-bidang usaha tersebut.  

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mencontohkan sejumlah bidang usaha yang terbuka lebar untuk asing, yaitu industri perfilman, seperti pertunjukan bioskop, restoran, bar, kafe, dan industri cold storage atau mesin pendingin. Bidang lainnya adalah penyelenggaraan transaksi perdagangan secara elektronik yang nilai investasinya di atas Rp 100 miliar. Selain itu, pemerintah juga membuka sepenuhnya bisnis bagi investor asing di bidang pengusahaan jalan tol dan bahan baku obat. Kebijakan terbaru ini mencegah supaya investasi di Indonesia tidak turun.  

Darmin menjelaskan, untuk industri bahan baku obat, misalnya, dalam DNI sebelumnya hanya dibuka 85 persen, tetapi kini 100 persen bisa dikuasai asing. Ini dilakukan agar ada perusahaan asing yang mau membuka pabrik pembuatan bahan baku obat di dalam negeri.

Pariwisata


Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, kebijakan mengundang masuk asing dalam usaha restoran adalah untuk memberi fasilitas dan kemudahan bagi sektor pariwisata di Indonesia. Sebelumnya, asing hanya diizinkan memiliki porsi 51 persen saham. Arief menyebut Pulau Komodo di Labuan Bajo banyak dikunjungi wisatawan dari Italia. Sayangnya, di sana tak terdapat restoran dengan menu khas Italia.

Meski begitu, investor asing yang modal usahanya kurang dari Rp 10 miliar wajib bermitra dengan UKM setempat. Langkah tersebut demi melindungi para pelaku usaha kecil dan menengah.

Selain untuk melayani wisatawan, pertimbangan lainnya adalah soal kompetisi. Kalau Indonesia melarang asing berinvestasi hingga 100 persen, kata dia, maka asing akan menanamkan modalnya di negara lain. Kebijakan ekonomi ini bertujuan untuk mendorong adanya modernisasi terhadap bangsa. Selain itu, kebijakan terbuka yang dilakukan pemerintah dapat memancing munculnya investor serta inovasi baru.   

Anakronis


Akibat lain padang lain belalang , maka sementara Donald Trump sedang sibuk menggelorakan semangat nasionalisme dengan slogan "America First ", Pemerintah Indonesia menggelorakan semangat globalisme dengan slogan "Asing First" . Saya percaya sepenuhnya kepada kearifan dan kebijaksanaan Pemerintah Indonesia yang pasti ingin mempersembahkan kebijakan yang terbaik untuk negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Mustahil pemerintah akan merugikan negara, bangsa dan rakyatnya sendiri.

Kebetulan secara pribadi saya mengenal Darmin Nasution dan Arief Yahya sebagai para putra terbaik Indonesia yang benar-benar menghayati tugas pengabdian yang mereka emban secara emosional, rasional maupun profesional. Maka adalah wajar apabila kini saya tidak lagi merasa ragu namun benar-benar yakin bahwa sudah tiba saatnya saya mengganti semangat nasionalisme dengan semangat globalisme demi dapat lebih menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar tidak terlalu anakronis alias ketinggalan perkembangan zaman yang secara luar biasa cepat serta terus menerus berubah. [***]

Penulis adalah warga Indonesia yang cinta Indonesia

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya