MPR RI bekerja sama dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Palangkaraya menggelar sosialisasi Empat Pilar MPR. Sosialisasi yang diikuti 400 peserta dari anggota KNPI, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat berlangsung di GPU Tambun Bungai, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis sore (27/4).
Wakil Ketua MPR Mahyudin membuka sosialisasi Empat Pilar MPR. Selain Mahyudin, sebagai pemateri juga diisi anggota MPR dapil Kalimantan Tengah Agati Suli Mahyudin, dan anggota MPR Fraksi PAN Hang Ali Saputra Syah Pakan.
Dalam sambutannya, Mahyudin menjelaskan bahwa sosialisasi diperlukan karena MPR melihat masih ada ancaman terhadap negara. Dari dalam negeri, sekarang ini, diam-diam penyebaran paham-paham komunis masih saja ditemukan. Bahkan di kaca mobil secara terang-terangan ditempel simbol komunis, palu arit.
Juga pengaruh globalisasi menyebab nilai-nilai yang ada di masyarakat menjadi luntur. Dulu budaya gotong royong mewarnai masyarakat Indonesia, karena pengaruh budaya luar berubah menjadi individualis. Akibat globalisasi, semua dianggap modern, padahal kadang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
Namun, walaupun ideologi sedang menghadapi berbagai ujian, alhamdulillah ideologi bangsa Indonesia lulus dari ujian.
"Buktinya, kita masih utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau gagal menghadapi ujian itu maka kita sudah bercerai berai," kata Mahyudin.
MPR melaksanakan sosialisasi empat pilar sebagai langkah antisipasi terhadap tantangan kebangsaan yang dihadapi sekarang. Tantangan kebangsaan itu baik internal maupun ekternal. Secara internal misalnya, kuatnya rasa kesukuan, kedaerahan, fanatisme, pemahaman agama yang keliru. Sehingga menimbulkan radikalisme, penegakan hukum yang dianggap tidak optimal atau tajam ke bawah dan tumpul ke atas.
Kemudian, tantangan secara ekternal menghadapi globalisasi. Negara yang dikenal budaya gotong-royong, bersaudaraan yang kuat, berubah menjadi invidualistik.
"Kalau masalah itu terus terjadi maka persatuan kita terancam. Oleh karena itulah MPR melaksanakan sosialisasi agar rakyat Indonesia betul-betul mencintai bangsanya, betul-betul memahami ideologi negaranya. Sehingga persatuan dan kesatuan tak tergoyahkan walaupun diganggu oleh negara-negara asing," demikian Mahyudin.
[wah]