Berita

Ahmad Ali/Net

Politik

Presiden Diminta Evaluasi Aparat Kepolisian Jayapura

JUMAT, 14 APRIL 2017 | 17:29 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Presiden Joko Widodo diminta mengevaluasi sejumlah aparat kepolisian di Papua karena dinilai tidak netral dalam pelaksanaan pilkada di Kabupaten Jayapura.

Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Ali menjelaskan, ketidaknetralan polisi itu terlihat dalam kasus penetapan, penangkapan, dan penjemputan paksa 19 kepala distrik se-Kabupaten Jayapura. Kesembilan belas orang ini bahkan saat ini berstatus sebagai tersangka.

Ahmad Ali yang telah melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh adat dan 19 kepala distrik itu mengatakan proses penangkapan tersebut tidak wajar. Ini lantaran polisi mengerahkan anggota bersenjata ke rumah kepala distrik, hingga melakukan penjemputan ke Jakarta. Termasuk pencekalan sejumlah kepala distrik di Bandara Sentani.
 
"Cara polisi melakukan penangkapan 19 kepala distrik melukai cara keadilan, cara aparat tidak wajar, dan kepala distrik bukan teroris atau penjahat. Mereka hanya menyurati atasannya, atas kondisi di daerahnya," tegas Ahmad Ali dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/4).

Untuk itu, sebagai wakil rakyat yang telah mendengar langsung keluhan kepala distrik, ia akan meminta kepada presiden untuk melakukan evaluasi kepolisian di Papua.

Tak hanya itu, Ahmad menegaskan bahwa kasus menjadikan 19 kepala distrik sebagai tersangka karena membuat rekomendasi kepada Kemendagri atas kondisi masyarakat pasca pilkada, bukan merupakan kasus pidana yang bisa dibawa ke ranah pengadilan negeri.

“Seharusnya kalau surat rekomendasi 19 kepala distrik yang dianggap sebagai pelanggaran pilkada, harusnya dibawa ke Mahkamah Konstitusi, bukan polisi yang menjadikan kepala distrik sebagai tersangka dan disidangkan di pengadilan negeri," ujar politisi Nasdem itu.

Lebih lanjut, ia menilai penangkapan hingga penyidangan kepada para 19 kepala distrik di Pengadilan Negeri kelas I Jayapura adalah proses rekayasa yang sengaja diciptakan untuk kepentingan dan kekuasan kelompok tertentu.

“Ini adalah rekayasa kepada kepala distrik dan upaya untuk membungkam mulut rakyat untuk menutup kebenaran” pungkasnya. [ian]

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya