Berita

Nasaruddin Umar/Net

Mempersiapkan Khaira Ummah (48)

Sinkron Dengan Kearifan Lokal

KAMIS, 06 APRIL 2017 | 09:48 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

INDAHNYA hubungan antara universal­itas Islam dan dan keuni­kan budaya lokal dijelas­kan oleh S.H. Nasser dalam buku kecil­nya Ideal and Realities of Islam. Buku ini menguraikan sinkro­nisasi antara nilai-nilai Islam yang bersifat universal dan bu­daya dan peradaban lokal. Satu sama lain tidak saling mengor­bankan tetapi saling mengisi dan sangat menguntungkan untuk dunia kemanusiaan. Menurut­nya, antara keduanya tidak per­lu diperhadap-hadapkan karena nilai-nilai universal Islam bersifat terbuka, dalam arti fleksibel dan dapat mengakomodir berbagai nilai-nilai lokal. Bukti keterbukaan itu, Islam dapat diterima dari Tim­bektu, ujung barat Afrika sampai Merauke, ujung Timur Indonesia. Peradaban Islam adalah perada­ban kemanusiaan. Disebut apa saja peradaban itu asal sejalan dengan nilai-nilai universal, atau yang biasa juga disebut ajaran dasar  Islam, dapat diterima se­bagai peradaban Islam. Mungkin memang pada awalnya ada suatu masa penyesuaian tetapi masa itu tidak perlu terlalu lama kare­na esensi nilai-nilai Islam sejalan dengan asas kemanusiaan. Tidak heran jika Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dapat me­nyaksikan sendiri ajaran agama yang dibawanya menyebar ke berbagai penjuru dunia. Menu­rut Thomas Carlile, tidak ada se­orang tokoh selain Nabi Muham­mad yang mampu menyaksikan ajaran yang dikembangkannya dianut hampir separuh belahan dunia.

Misi peradaban Nabi Muham­mad Saw bukan memulai dari nol atau membangun sesuatu dari awal, tetapi bagaimana melestari­kan yang sudah baik dan mengem­bangkan yang masih sederhana, dan mengkreasikan sesuatu yang belum ada. Ini dipertegas da­lam hadis Nabi: Innama bu’itstu li utammi makarim al-akhlaq (Ses­ungguhnya aku diutus untuk me­nyempurnakan akhlak mulia). Tamma berarti menyempurnakan yang sudah ada dan akhlaq ialah sebuah kreasi yang positif, apak­ah itu berupa benda atau non benda. Dengan demikian, nilai-nilai local tidak perlu terancam dengan kehadiran Islam. Kearifan local sesungguhnya juga adalah kearifan Islam. Dalam Islam, tidak mempertentangkan antara keari­fan lokal dan nilai-nilai universal, yang penting untuk mengabdi ke­pada kepentingan kemanusiaan.

Ketegangan konseptual terjadi manakala nilai-nilia universal di­pahami secara kaku di satu sisi, sementara di sisi lain berhadapan dengan fanatisme buta penganut nilai-nilai lokal. Pemandangan seperti ini sering terjadi, tetapi bi­asanya dapat diselesaikan den­gan kearifan tokoh penganjur kedua belah pihak. Titik temu atau jalan tengah biasanya diambil melalui persepakatan adat-istia­dat setempat. Dalam Islam hal ini dimungkinkan karena penerapan nilai-nilai Islam tidak serta-merta harus dilakukan sekaligus. Tuhan Yang Maha Kuasa pun memberi waktu 23 tahun untuk turunnya keseluruhan ayat Al-Qur’an. Pen­erapan nilai-nilai Islam dikenal perinsip tadarruj, yaitu penerapan nilai-nilai secara berangsur, tahap demi tahap. Selain itu juga dike­nal dengan sedikit demi sedikit (taqlil al-taklif) hingga pada saat­nya menjelma menjadi nilai-nilai yang utuh.


Keutuhan nilai-nilai universali­tas Islam dicapai melalui sinergi antara nilai-nilai lokal dengan aja­ran dasar Islam. Islam dirasakan sebagai kelanjutan sebuah tra­disi yang sudah mapan di dalam masyarakat. Bukannya meng­hadirkan sesuatu yang serba baru melalui penyingkiran nilai-nilai lokal. Bisa dibayangkan, bagaimana nilai-nilai lokal Minang­kabau yang matriarchal bisa menyatu dengan nilai-nilai Islam yang cenderung patriarchal. Pe­nyatuan kedua sistem budaya ini ternyata melahirkan sintesa kebu­dayaan yang indah, yang sering dilukiskan sebagai: Adat bersendi Syara’, Syara’ bersendi Kitabul­lah. Perjumpaan peradaban Islam dan nilai-nilai lokal sangat mengesankan. Meskipun asal-usul Islam berasal cukup jauh dari kepulauan Nusantara tetapi keduanya bisa berangkulan mesra sa­tau sama lain.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya