. Keluarga besar Nahdhatul Ulama (NU) Jakarta Barat menggelar peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dan Istighosah Islam Nusantara, di Saung Rawa Lele Jl Peta Barat No 33, Kalideres, Jakarta Barat, Senin malam (3/4).
Hadir dalam acara itu tokoh muda NU yang juga Koordinator Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah Indonesia I (Jawa dan Sumatera), Nusron Wahid dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Ribuan massa NU yang hadir mengenakan pakaian muslim memadati lokasi acara yang dimulai dengan pembacaan tahlil.
Hadir juga sejumlah tokoh dan ulama NU Jabar, diantaranya KH Muchtar Ghozali (Cengkareng) KH Amin Kadaung (Tegal Alur), KH Salwan (Kapuk), Kyai Sirodj Ronggalawe, Kyai Endang Ahmad Syah, KH Muhammad Ali, dan KH Mahfud.
Dalam sambutan usai pembacaan tahlil, Nusron mengatakan, silaturahmi yang dilakukan dalam kegiatan ini bukan untuk provokasi, tapi menyampaikan apa yang perlu diketahui oleh warga Nahdhiyyin bahwa pasangan calon yang paling berpihak kepada kaum Nahdhiyyin adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Kalau ada orang NU ngapain milih yang lain dalam Pilkada. Dan Pak Djarot ini orang Jawa Timur yang NU tulen maka kita pilih pasangan nomor urut dua," ujar Nusron.
Nusron mengatakan, kalau Basuki-Djarot menang dalam Pilkada DKI, dipastikan nanti sekolah dan madrasah NU yang saat ini kondisinya kurang baik akan dibantu. Kemudian, mereka yang saat ini belum mendapatkan beasiawa juga akan diberikan pada kepemimpinan Basuki-Djarot ke depan.
Keberpihakan Basuki-Djarot terhadap kaum nahdhiyyin dan umat Muslim secara umum juga bisa dilihat dalam berbagai kebijakannya. "Oleh Pak Djarot yang orang NU, makam ulama dilestarikan. Makam Mbah Priok sudah dijadikan cagar budaya religius. Dan makam para ulama di Betawi semua dilestarikan dan kalau ziarah lebih nyaman," imbuh Nusron.
Ia juga mengingatkan bahwa Basuki-Djarot punya program KJP Santri. Dengan KJP Santri, anak orang Jakarta meski nyatri di Pulau Jawa seperti Jombang, Kudus, Situbondo, Sukabumi, Banten dan daerah lainnya akan dapat KJP Santri dari Basuki-Djarot.
"Supaya tradisi ta'alim tak berhenti. Dalam Islam, tak semua harus berperang dan mencari nafkah. Harus ada satu golongan yang
tafakkur fiddin, agar nanti kalau pulang dari mondok bisa merawat umat. Mereka inilah santri-santri yang kini diperhatikan Pak Djarot," jelas Nusron.
Sementara Djarot dalam sambutannya mengatakan, sebenarnya Pemda DKI sudah menjalankan KJP Santri khusus bagi warga Jakarta yang mondok di luar Jakarta. Yakni yang tidak mampu atau membutuhkan biaya maka bisa dapat KJP Santri, dimanapun mondoknya.
"Sekarang sedang kita data pondok mana saja yang menerima santri dari Jakarta. Sehingga kita punya hubungan dan kaitan dengan pondok pesantren yang bersangkutan. Ini perlu disampaikan karena kita ingin santri mondok di pesatren yang mengajarkan Islam
rahmatan lil 'alamin. Kita tak mau mondoknya di tempat yang mengajarkan Islam garis keras, mengajarkan Islam Wahabi, fundamentalis, ISIS, dan yang sejenisnya," jelas Djarot.
"Ini bukan diskriminasi tapi karena kita ingin di Indonesia ini Islam yang menyatu dan Bhinneka Tunggal Ika," tambahnya.
Djarot juga menegaskan, bahwa garis perjuangan yang dibangunnya sejak dulu adalah di jalan NU. Yakni di jalan Islam yang pancasilais karena ini negara Pancasila. Jalan merawat Bhinneka Tunggal Ika untuk menciptakan dan merawat NKRI berdasarkan UUD 1945.
"Meski banyak tantangan tapi saya yakin ini jalan kebenaran yang membawa faedah bagi bangsa Indonesia," tukas politisi PDI Perjuangan itu.
[rus]