Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
SECARA harfiah kata hajar aswad berarti batu hitam. Hajar Aswad sesungguhnya tidak hitam pekat tetapi lebÂih kepada hitam kemerah-merahan yang menempel di sudut selatan, sebelah kiri pintu Ka’bah. KetinggianÂnya 1,10 m dari permukaan tanah Ka’bah. Hajar Aswad dahulu berupa satu batu yang berdiameter kurang lebih 30 cm. Namun karena faktor usia, beberapa kali mengalami pemugaran Ka’bah, banjir di zaman Nuh yang menghancurkan banÂgunan awal Ka’bah, ditambah lagi pencongÂkelan paksa batu ini oleh kelompok-kelompok sempalan dengan berbagai kepentingan, memÂbuat batu itu pecah berkeping-keping. SekaÂrang kepingan-kepingan batu itu terpasang rapi di dalam sebuah bingkai cekung, yang seukuÂran dengan kepala manusia. Ada yang mengaÂtakan masih ada delapan keping seukuran biji korma ditanam di dalam bingkai Hajar Aswad.
Pada mulanya Hajar Aswad disebutkan daÂlam hadis riwayat Tirmizi, Rasulullah Saw perÂnah bersabda "Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan lebih putih dari pada susu. Lalu, dosa-dosa Bani Adam lah yang membuatÂnya hitam." Pendapat lain pernah dilontarkan oleh Prior-Hey, seorang geolog, pada tahun 1953 memublikasikan Catalog of Meteorites yang telah bertahun-tahun disusunnya, mengaÂtakan bahwa Hajar Aswad adalah batu meteor. Anggapan Prior-Hey bersumber dari pendapÂat Kahn, seorang geolog lainnya, pada tahun 1936 berpendapat Hajar Aswad adalah meteÂorit aerolit, yakni meteorit yang tersusun oleh senyawa-senyawa penyusun batuan dan tidak didominasi oleh Besi dan Nikel yang berlimpah sebagaimana halnya meteorit besi.
Pada masa Nabi Ibrahim a.s, bersama puÂtranya, Nabi Ismail, berusaha memugar Ka’bah kembali dengan meninggikan bangunannya dan mengangkut batu dari berbagai gunung. Setelah bangunan Ka’bah hampir selesai, Nabi Ibrahim masih merasa kekurangan sebentuk batu untuk diletakkan di Ka’bah sesuai dengan bentuk aslinya. Nabi Ibrahim meminta pada anaknya, Nabi Ismail, "Pergilah engkau mencari batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia." Nabi Ismail menemukan batu itu lalu Nabi Ibrahim a.s bertanya, "Dari mana kamu dapat batu ini?" Nabi Ismail menjawab: "Batu ini aku terima dari yang tidak memberatÂkan cucuku dan cucumu (Jibril)." Setelah Hajar Aswad diletakkan di sudut dinding Ka’bah, Nabi Ibrahim mencium batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail a.s. Hingga sekarang Hajar Aswad itu tidak pernah sepi dari ciuman jamaah haji dan umrah. Siapa saja yang bertawaf di Ka’bah disÂunnahkan mencium Hajar Aswad.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33