Berita

nasaruddin umar:net

Meraih Ketenangan Batin (40)

Hindari Keserakahan!

JUMAT, 01 JULI 2016 | 09:23 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

KESERAKAHAN pangkal kesusahan hidup. Keserakahan seolah-olah menjadi musuh semua agama dan ajaran-ajaran moral lainnya. Keserakahan sebuah kosa kata yang hampir tidak pernah ditemukan konotasi positif­nya. Apalagi di dalam Is­lam, banyak ayat dan hadis mengingatkan kita untuk menjauhi keserakah­an, karena sifat ini bukan hanya merusak indi­vidu tetapi juga keluarga dan masyarakat. Sikap serakah membiarkan diri meraup harta keka­yaan sebanyak-banyaknya, sementara orang lain dibiarkan menjadi penonton. Keserakahan termasuk penyakit sosial karena biasanya prib­adi yang serakah bukan hanya rakus tetapi juga pelit, kikir, sombong, angkuh, dan memiliki am­bisi berlebihan dan perilaku yang melampaui batas.

Dalam Al-Qur'an ditampilkan sejumlah raja digjaya tetapi tamak yang berujung kehinaan karena serakah. Fir'aun, Tsamud, Namrud, 'Ad, Abrahah, dan sejumlah tokoh lain merasakan kekecewaan di akhir hayatnya karena keser­akahan. Tokoh dan pemimpin dunia kontempo­rer juga tidak sedikit jumlahnya berakhir den­gan kehinaan karena keserakahan.

Para filosof semenjak zaman kuno mencela sikap keserakahan. St. Augustine (354-430) mengidentifikasi tiga jenis keserakahan manu­sia yaitu keserakahan kekuasaan, keserakahan seksual, dan keserakahan harta benda. Keser­akahan yang terakhir menjadi cikal bakal lahir dan berkembangnya sistem kapitalisme. Sebe­lum kapitalisme lahir, keserakahan manusia ter­hadap harta benda merupakan perbuatan yang tidak terpuji. Bahasa agama dan bahasa filsafat sampai abad pertengahan masih memandang kapitalisme itu sebagai dosa dan aib yang har­us dijauhi.


Milik pribadi di masa lampau bukan sekadar sumber pendapatan tetapi memiliki fungsi so­sial dan penggunaannya selalu dibatasi oleh kepentingan-kepentingan sosial dan keperluan negara. Karena itu, menurut sejarahwan R.H. Tawney, sampai abad pertengahan konsep kepemilikan pribadi atas harta tidak begitu pop­ular. Sampai sekarang, di sejumlah etnik da­lam sejumlah wilayah kepulauan nusantara kita masih kental dengan istilah kepemilikan kolektif seperti hak-hak adat, tanah ulayat, tanah adat, tanah waqaf, dan sebagainya.

Keserakahan terhadap harta benda sesudah abad pertengahan seakan mendapatkan legiti­masi logika dan agama. Nilai-nilai luhur agama­pun direaktualisasikan untuk mendukung konsep kapitalisme, sehingga kapitalisme yang dulu di­anggap aib kini semakin eksis di dalam opini pub­lik. Lahirnya karya monumental Max Weber "The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism" di­anggap memberikan pupuk yang menyuburkan faham kapitalisme. Namun sasaran positif yang dituju buku ini ialah memberikan semangat pem­bebasan manusia dari belenggu mistisme dan khurafat yang menyelimuti umat beragama saat itu. Weber tidak ingin agama dijadikan dasar un­tuk meligitimasi keterbelakangan, kemelaratan, dan kepasrahan terhadap nasib.

Ekonomi pasar bebas yang lahir dari cara pandang kapitalisme dianggap sebagai pem­bunuh berdarah dingin. Tak terhitung jumlah ke­matian akibat kelaparan yang ditimbulkan oleh sistem ini. Ada yang menyejajarkan ekonomi pasar bebas dengan faham radikalisme yang melahirkan teroris. Para teroris memang kejam membunuh orang tak berdosa tetapi jumlah korbannya konkret dan terukur. Ekonomi pasar bebas korbannya lebih masif dan tak terukur. Energi lebih kuat di balik fenomena pasar be­bas ialah semangat untuk memiliki, menguasai, dan memonopoli. Ujung dari pasar bebas tidak lain adalah keserakahan. Jauhi keserakahan!  ***

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya