Berita

nasaruddin umar:net

Meraih Ketenangan Batin (23)

Menggapai Haqq al-Yaqin

SENIN, 13 JUNI 2016 | 09:18 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

KEYAKINAN paripurna bisa mengantarkan ketenangan batin. Keyakinan yang se­jati (al-haqq al-yaqin) bisa menafikan semua keraguan yang membawa kegelisahan. Lawan keyakinan adalah keraguan (al-syak). Jika ting­kat keragunnya lebih tinggi lagi disebut al-dhan, yaitu pengetahuan yang hanya didukung oleh asumsi-asumsi yang kurang masuk akal atau sulit dicerna pikiran. Sepanjang manusia diliputi keraguan dan syakwasangka maka sepanjang itu manusia tidak akan pernah merasakan ketenangan batin. Itulah sebabnya dalam berbagai tempat di dalam Al-Qur'an mengecam sikap kemusyrikan dan kemunafikan yang sesungguhnya sejenis dengan keraguan. Syirik, ragu, munafik, dan bimbang merupakan antitesa dari keyakinan.

Menurut Imam Al-Gazali dalam kitab Ihya' 'Ulum al-Din, keyakinan memiliki tiga tingkatan. Pertama, 'ilm al-yaqin, yaitu pengetahuan yang meyakinkan orang melalui dalil-dalil atau alasan logika yang amat jelas. Kedua, 'ain al-yaqin, yaitu pengetahuan yang meyakinkan orang di samp­ing melalui dalil-dalil atau logika juga didukung oleh bukti-bukti nyata. Ketiga, haq al-yaqin, yaitu pengetahuan yang meyakinkan orang, selain den­gan dalil, logika, dan bukti nyata, juga diperkokoh dengan keyakinan batin. 'Ilm al-yaqin dalam istilah tasawuf biasa disebut sebagai pemilik akal, ’ain al-yaqin, biasa disebut dengan pemilik ilmu, dan haq al-yaqin, biasa disebut pemilik ma'rifah. Dengan demikian urutannya berdasarkan perkiraan prosentasi ialah al-dhan (30 %), al-syak (50 %), 'ilm al-yaqin (70 %), 'ain al-yaqin (80 %), dan haq al-yaqin (90 % ke atas). Wahyu Al-Qur'an harus diyakini 100% kebenarannya oleh umat Islam karena bersumber dari Allah Swt melalui Jibril.

Konsekwenis tingkatan-tingkatan keyakinan itu menjadikan seseorang sering menampilkan keyakinan yang fluktuatif, kadang naik dan kadang turun. Ada pengetahuan yang menuntut kita untuk memaksimalkan tingkat dan usaha pencarian kalau perlu sampai ke tingkat haq al-yaqin, yaitu pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah swt. Sedangkan selebihnya menyesuaikan. Untuk berangkat dari al-dhan ke al-syak biasanya me­merlukan waktu dan kesadaran yang cukup. Dari al-syaq naik menjadi yakin di level 'ilm al-yaqin, 'ain al-yaqin, dan apalagi haqq al-yqin tentu lebih berat lagi dan menuntut upaya sungguh-sungguh (mujahadah) dan telaten (istiqamah). Untuk yang terakhir diperlukan hidayah dan pertolongan (ma'unah) dari Allah Swt.


Dalam dunia ilmu pengetahun, keraguan terhadap sesuatu adalah wajar, bahkan terkadang memang harus kita berangkat dari keraguan (skeptis), teru­tama ketika kita berusaha untuk menjelaskan suatu fenomena. Epistimologi keilmuan mengharuskan adanya sikap skeptis bagi seorang ilmuan. Kita harus berangkat dari keraguan. Dari keraguan lahir upaya untuk melakukan penelitian atau pendala­man untuk menemukan kesimpulan. Kesimpulan sementarapun juga masih harus diragukan sehingga perlu diadakan pengetesan kembali (recheck). Jika kesimpulan sudah diumumkan dan tidak ada kebera­tan apalagi membantah teori yang kita temukan itu, maka postulat itu meningkat posisinya ke jenjang lebih tinggi.

Sebaliknya pengetahuan yang sudah berada di level haq al-yaqin tidak perlu diragukan lagi. Bahkan fenomena atau postulat yang ada harus tunduk kepada apa yang sudah menjadi keya­kinan kita itu. Kapan keraguan masih ada maka boleh jadi menimbulkan masalah tersendiri bagi setiap orang. Contoh, meragukan keyakinan yang sudah dari 'sono'-nya sudah diyakini apa ada- Nya sehingga tidak perlu di otak-atik lagi. Para ulama khususnya para wali lebih banyak mem­pertahankan keyakinan mereka dalam level haq al-yaqin dalam hal-hal yang bersifat gaib seperti Rukun Iman yang ada enam itu. Mempertanyakan keberadaan rukun iman bisa menjadi masalah fundamental di dalam diri kita. Allahu a'lam. ***

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya