Berita

ilustrasi/net

Pertahanan

Eks Anggota Gafatar Teraniaya, Pemerintah Harus Tanggung Jawab!

RABU, 20 JANUARI 2016 | 19:17 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Kasus pembakaran pemukiman eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) oleh massa di Mempawah, Kalimantan Barat mengulang berbagai kisah yang sama ketika massa menggunakan kekerasan dan pengrusakan properti atas nama kebencian.

"Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat, keduanya mesti bertangggungjawab mencegah agar hal seperti ini tidak marak dan ditiru di wilayah lain di negeri ini,” tulis pakar politik, Muhammad AS Hikam, di halaman facebooknya, beberapa saat lalu (Rabu, 20/1).

Baca: Rakyat Sudah Main Bakar, Main Kayu


Mantan menteri di era Presiden Gus Dur ini setuju bila Gafatar diminta mempertanggungjawabkan kegiatan-kegiatannya secara hukum. Belakangan, organisasi ini diduga telah melakukan berbagai kegiatan yang menyimpang dan dikaitkan dengan kasus-kasus menghilangnya para pengikutnya dan berpindah ke Kalimantan Barat untuk membuat komunitas eksklusif.

"Tetapi saya tidak setuju jika cara-cara yang digunakan oleh massa adalah dengan merusak seperti yang terjadi di Kalbar,” tegasnya.

Di Indonesia, lanjut Hikam, potensi munculnya kelompok-kelompok seperti Gafatar sangat besar karena kemajemukan masyarakat dan juga berkembangnya berbagai pemikiran dan ideologi yang dianggap berlawanan dengan arus utama. Konflik sosial akibat fenomena ini dengan mudah tersulut. Jika ditumpangi oleh kepentingan tertentu, bisa merusak hubungan sosial yang harmonis dan mengganggu ketertiban serta keamanan masyarakat.

"Gafatar hanya salah satu dari kelompok 'pinggiran' (fringe groups) yang kita jumpai di negeri ini," terang tokoh intelektual Nahdlatul Ulama ini.

Hikam mengatakan, seharusnya pemerintah dan alat negara cepat tanggap dan hadir dalam mengantisipasi dampak negatif, baik yang muncul dari kelompok ini maupun dari reaksi massa.

Hal itu karena ajaran dan kegiatan yang dimiliki kelompok seperti Gafatar acap menciptakan ketersinggungan, kesalahpahaman, kecurigaan, dan kemarahan di dalam masyarakat, apalagi jika isu-isu terkait agama menjadi bagian dari persoalan. [ald]

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Menhut Kebagian 688 Ribu Hektare Kawasan Hutan untuk Dipulihkan

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14

Jet Militer Libya Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05

Profil Mayjen Primadi Saiful Sulun, Panglima Divif 2 Kostrad

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46

Nutrisi Cegah Anemia Remaja, Gizigrow Komitmen Perkuat Edukasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41

Banser dan Regu Pramuka Ikut Amankan Malam Natal di Katedral

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33

Prabowo: Uang Sitaan Rp6,6 Triliun Bisa Dipakai Bangun 100 Ribu Huntap Korban Bencana

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11

Satgas PKH Tagih Denda Rp2,34 Triliun dari 20 Perusahaan Sawit dan 1 Tambang

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43

Daftar 13 Stafsus KSAD Usai Mutasi TNI Terbaru

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36

Prabowo Apresiasi Kinerja Satgas PKH dan Kejaksaan Amankan Aset Negara

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35

Jelang Malam Natal, Ruas Jalan Depan Katedral Padat

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34

Selengkapnya