Berita

Pascaledakan Bom, Ini Yang Dilakukan Tim Crisis Center Kemenpar

SENIN, 18 JANUARI 2016 | 22:32 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Insiden serangan, ledakan dan bom bunuh diri di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat pada Kamis kemarin terjadi saat Kementerian Pariwisata sedang giat-giatnya melakukan berbagai promosi wisata untuk menggenjot jumlah wisatawan mancanegara.

Kejadian itu mengkhawatirkan mengingat pariwisata merupakan sebagai sektor yang paling terpukul. Apalagi, hampir semua media asing intensif memberitakan insiden di kawasan yang sering dikategorikan sebagai Ring Satu itu. Bahkan terus menerus menjadi bahan trending topic di twitter dan bahan obrolan di Facebook.

Maka tak heran, para pelaku bisnis pariwisata bahkan sudah tepuk jidat, isyarat bakal paceklik datang.  Namun beruntung, tak lebih dari 2×24 jam, berita-berita terorisme mulai meredup. Kalau masih ada running news, tidak sampai membuat paranoid orang yang hendak traveling ke Jakarta dan Indonesia.

"Tapi rupanya itu semua tidak terjadi! Badai cepat berlalu, jika tertangani dengan cepat dan tepat. H+3 suasana betul-betul sudah kembali normal, seperti tidak terjadi apa-apa lagi. Bahkan pos polisi itu sudah ditutup dengan  tulisan #IndonesiaBerani #IndonesiaDamai di atas bahan vinil merah putih," jelas Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan persnya, (Senin, 17/1).

Dia menjelaskan Crisis Center Kemenpar langsung bergerak setelah insiden bom terjadi. Menurutnya, suasana krisis, entah disebabkan oleh alam (nature), sosial (orang) atau teknologi, ada tiga hal yang harus diantisipasi. Yaitu, Emergency (E) atau darurat, Urgency (U) atau mendesak dan  Contingency (C) atau tanggap. Di Kemenpar, dia mengkombinasi dari berbagai sumber penangan crisis, terutama di sektor pariwisata. "Ada tiga tahapan tim crisis center bergerak. Pertama, tahap Emergensi. Kedua, tahap Rehabilitasi. Ketiga, tahap Normalisasi," jelas Doktor Ekonomi lulusan Unpad Bandung itu.

Pada tahan emergency, dia menguraikan, dimulai persis ketika kejadian itu berlangsung, atau 14 Januari. Hingga 16 Januari masa tanggap darurat itu berlangsung. Ada tiga level lagi khusus untuk tanggap darurat itu. Pertama immediate respons, atau merespons dengan cepat. Seperti asessment on impact, apa penyebab krisis, kontak emergency respons team, bisa polisi atau lembaga yabg terkait, lalu inmediate media respons,” jelas Arief Yahya.

Memberikan keterangan pers, masuk dalam poin ketiga dari immediate reapons ini. Press conference itu penting untuk menjelaskan kepada publik, pelaku bisnis dan industri yang berada di dalam koordinasinya, untuk memberi koridor dan arah. Ada pegangan yang bisa dipercaya publik dan kredibel untuk memberikan penjelasan resmi.

Mengapa itu mendesak? Keterangan cepat itu akan menenangkan publik, sehingga mereka bisa memutuskan sesuatu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. "Dalam kasus Thamrin lalu, kami menyampaikan bahwa polisi telah melakukan penanganan, dan dalam 5 jam sudah terkendali dengan baik. Statemen ini membuat industri pariwisata merasa lega, aman dan tidak was was,” katanya.

Langkah emergency selanjutnya, kata dia, adalah suspense advertising. Pukul 16.00 Menpar mengumumkan, atas dasar pertimbangan etik, maka seluruh tayangan promosi Wonderful Indonesia di semua channel dihentikan dalam waktu 7 hari. Karena Polisi berhasil membereskan situasi, maka pukul 19.00 kami mencabut penundaan promosi pariwisata itu, jadi masa hold itu cuma 3 jam saja,” jelasnya.

Lalu, lanjutan langkah emergency adalah Assure Industry. Memastikan semua sektor yang berada di bawah kemenpar tetap beroperasi dengan normal. Kami sudah cek 14 hotel di seputar kawasan Thamrin, semua aman. Tidak ada yg cancellation, tidak ada yang check out lebih cepat. Kami sudah sudah pantau perhotelan dan penerbangan di Bali, Batam, Jogja, semua aman,” jelasnya.

Saat ini, memasuki fase Rehabilitasi, dari 17-31 Januari 2016. Kerusakan paling parah akibat insiden Thamrin itu adalah image Pariwisata Indonesia. Itulah yang sedang kami rehabilitas di mata dunia internasional. Selanjutnya 1-14 Februari masanya, normalisasi, memastikan semua berlangsung normal seperti biasanya.

"Ilmu ini penting, karena krisis bisa saja terjadi di mana saja, dan kapan saja. Kita tidak pernah meminta, tapi kalau dia datang kita wajib tahu, langkap apa saja yang harus dilakukan," demikian Marketeer of The Year 2013 ini. [zul]

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Israel Lancarkan Serangan Darat ke Lebanon Barat Daya

Selasa, 08 Oktober 2024 | 16:05

Prabowo Disarankan Perbesar Anggaran Pertahanan

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:59

Lampaui Target, Peserta Pameran TEI ke-39 Tembus 1.460 Exhibitor

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:57

Khofifah Kuatkan Kehidupan Beragama Lewat Pesantren

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:49

Bikin Bingung Pemilih, Trump dan Istri Beda Pandangan Soal Aborsi

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:46

Tampung Keluhan Hakim, DPR Pertimbangkan Revisi UU Kehakiman

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:40

Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut Semaya di Nusa Penida

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:34

Perdana, Wakil Myanmar Bakal Hadiri KTT ASEAN di Laos

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:26

Harga Pangan Bervariasi: Beras Turun, Minyak Goreng Naik

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:25

Bikin Ngeri, Timnas Jepang Panggil 22 Pemain di Eropa

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:24

Selengkapnya