Berita

Klaim ISIS Di Balik Serangkaian Teror Di Paris Diragukan

SENIN, 16 NOVEMBER 2015 | 03:37 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Klaim Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) berada di balik serangkaian aksi teror yang mengguncang Paris, Perancis, pada Jumat lalu diragukan. Karena ISIS disangsikan bisa mudah masuk ke negara tersebut.

"ISIS tidak akan bisa bergerak semudah itu. Karena Perancis adalah negara  yang sangat digdaya di Eropa," ungkap pengamat hubungan internasional Zarmansyah kepada Kantor Berita Politik RMOL (Minggu, 15/11).

Menurut dosen London School of Public Relations ini, Presiden Perancis Francois Hollande yang juga menyebut ISIS sebagai dalang dalam aksi teror tersebut hanya untuk menenangkan massa. "Ini untuk bisa menjawab pertanyaan publik saja, untuk menenangkan," ungkap master jebolan Paris-Sorbonne University ini.


Dalam amatannya, teror tersebut tersebut murni persoalan homeland security Perancis, yang berpengaruh kepada peran intelijen sebagai mata dan telinga. "Kalaupun ISIS tidak akan bergerak tanpa adanya peluang dari dalam. Peluang dari dalam yang mentrigger," imbuhnya.

Dia menjelaskan, saat ini setidaknya ada empat persoalan di Perancis. Pertama, kesenjangan antara Paris Utara yang kaya dengan Paris Selatan yang miskin. "Wilayah miskin tidak jauh dari tempat keadian, yang semakin hari semakin besar," ucapnya.

Kedua, persaingan antara kelompok politik. Yaitu, ultrakanan, konservatif, dan sosialis. Ketiga, polarisasi sikap masyarakat terkait independensi Uni Eropa terhadap Amerika Serikat.

Dia menambahkan, Perancis dan Jerman tidak mau Eropa berpihak kepada AS seperti waktu perang dingin. Karena itu Perancis negara yang paling terakhir menyatakan bergabung dalam aliansi dalam perang Irak tahun 2003.

Keempat, persoalan bagaimana keterlibatan Perancis di Suriah. Sebagaimana diketahui Rusia sudah terlibat mem-back-up rezim Assad.

"Konfigurasi dari semua persoalan ini kemudian men-trigger homeland security Perancis menjadi mandul sehingga terjadi tragedi berdarah yang sangat memalukan. Baru kali ini terjadi seperti ini dalam sejarang Perancis," tandas doktor jebolan Ankara University, Turkey ini. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya