nasaruddin umar/net
nasaruddin umar/net
DUNIA pendidikan keagamaan kita dari dulu sampai sekarang masih menggunakan pola pengajaran monoreligion dalam arti masing-masing agama diajarkan tersendiri kepada para peÂmeluknya. Misalnya peserta didik yang beragama Islam diajarkan agama Islam, yang beragama Protestan diajarkan agama ProtÂestan, yang beragama Katolik diajarkan agama Katolik, yang beragama Hindu diajarkan agama Hindu, yang beragama Budha diajarkan agama Budha, dan seterusnya. Kementerian Agama bertanggung jawab untuk membantu menyiapÂkan fasilitas, termasuk guru-guru agama sesÂuai dengan kebutuhan peserta didik.
Konsekwensi pendidikan monoreligion, peÂserta didik didoktrin untuk memahami dan meyakini agamanya yang paling benar, sedang-kan agama lain tidak benar, walaupun harus diÂakui keberadaannya dan diserukan untuk berÂtoleransi satu sama lain, sebagai konsekwensi negara kita negara Pancasila, yang mengakui sejumlah agama. Doktrin monoreligion yang mengendap di dalam alam bawah sadar peÂserta didik melekat sepanjang masa. Akhirnya setiap orang berusaha untuk mempertahankÂan dengan berbagai cara untuk menyatakan agama yang dianutnyalah yang paling benar. Jika sang pengajarnya berasal dari kelompok garis keras, bisa saja mendramatisasi sedeÂmikian rupa supaya anak-anak didiknya memÂperjuangkan kebenaran Tuhan sebagaimana yang telah didoktrinkan kepadanya dan menÂdoktrinkan kebencian terhadap agama lain.
Doktrin monoreligion sebagai satu-satunya agama yang benar diwarisi turun temurun, dari generasi ke generasi. Secara implisit doktrin monoreligion diperkenalkan sebuah asumsi utama: Semua agama mempunyai misi yang baik tetapi tidak semua agama benar. Yang benar tentu saja satu-satunya agama yang teÂlah didoktrinkan ke dalam dirinya, baik di sekoÂlah maupun di dlam rumah tangga. Akibatnya ada suasana batin menganggap dirinya lebih baik, menempuh jalan paling benar, dan selain agama yang dianutnya dianggap tidak benar dan sesat. Kalau perlu ditanamkan kebencian terhadap agama lain.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05
Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51
Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24
Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50
Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25
Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59
Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42
Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25