Berita

yusril ihza mahendra

Jokowi Terpaksa Gunakan APBN 2015 kalau RAPBN 2016 Gagal Disahkan

JUMAT, 30 OKTOBER 2015 | 07:17 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pembicaraan tingkat dua atau pengambilan keputusan terhadap RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2016 menjadi salah satu agenda Rapat Paripurna ke-9 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2015-2016 di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta hari ini (Jumat, 30/10).

"Pembahasan RAPBN kini memasuki hari-hari yang menegangkan," jelas Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra dalam pesan singkatnya Kamis malam (29/10).

Pembahasan RAPBN 2016 menjadi perdebatan panas di internal DPR. Mayoritas partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih bersikeras menolak pengesahan RAPBN 2016 tersebut karena dinilai tidak pro rakyat.


Sehingga, semestinya diketok pada 22 Oktober, menjadi molor hingga batas akhir yang ditentukan UU, yaitu 30 Oktober atau hari ini. (Baca: Keputusan KMP, RAPBN 2016 Tidak Pro Rakyat)

"Kalau kompromi tidak tercapai dalam menyelesaikan beberapa isu penting seperti suntikan dana ke BUMN maka potensi deadlock makin besar," sambung mantan Menteri Sekretaris Negara ini.

Menurutnya, kalau terjadi deadlock sampai tangal 30 Oktober, tidak ada pilihan kecuali voting, "KIH dan KMP" kembali akan berhadap-hadapan. "Dengan putusan MA dalam perkara TUN Golkar dan PPP, KMP kelihatan tambah solid," imbuhnya.

Ditambah lagi Partai Demokrat, semakin memperkuat KMP.  Demokrat selama ini memang menyebut dirinya sebagai penyeimbang. Tapi dengan kehadiran SBY dalam pertemuan bersama tokoh-tokoh partai KMP pekan lalu memberikan isyarat dalam hal pembahasan APBN pemikiran Fraksi PD nampak kian sejalan dengan pemikiran partai-partai KMP.

"Sikap PAN memang belum jelas mengenai RAPBN ini. Nampak suara PAN terbelah," sambungnya.

Pakar hukum tata negara ini menambahkan, andai ada voting dalam pengesahan RAPBN dan mayoritas menyetujui, tidak ada masalah. RUU akan disahkan menjadi UU. Namun andai mayoritas menolak, pengesahan RAPBN gagal. "Presiden Jokowi tahun depan mau tidak mau harus gunakan APBN tahun 2015," tandasnya. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya