Berita

ilustrasi/net

On The Spot

Meski Hujan Mulai Turun Asap Tetap Serbu Pontianak

Anak-anak Kembali Pergi Sekolah
SELASA, 27 OKTOBER 2015 | 10:11 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Asap karena kebakaran hutan terus menyerbu sejumlah daerah, antara lain Pontianak, Kalimantan Barat.

Akibatnya, banyak yang terkena infeksi saluran perna­fasan (ISPA), terutama anak-anak. Lantaran itu, banyak sekolah diliburkan, terutama sekolah dasar, seperti SDN42, Pontianak Kota.

SD ini sempat diliburkan selama dua pekan pada masa puncak kabut asap sebulan lalu. Kini, para siswa sekolah itu telah kembali bersekolah. "Mungkin khawatir ketinggalan pelajaran kalau muridnya terlalu lama diliburkan," kata Wasis Lestarto, orangtua salah seorang murid sekolah ini, kemarin.

Saking parahnya, asap kadang menyerbu hingga ke dalam kelas, sehingga sangat meng­ganggu proses belajar-mengajar. Bahkan, membuat para siswa, guru dan staf sekolah terancam terkena ISPA.

"Jika sedang banyak, asap juga terasa masuk ke kantor-kantor, seperti di kantor saya. Terasa bau asapnya," cerita Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Padahal, lanjut Wasis, kan­tornya yang terletak di Jalan A Yani I, Pontianak, jauh dari hutan. Bahkan, katanya, di Kota Pontianak sudah hampir tidak ada hutan. Asap itu, menurutnya, terbawa angin dari hutan-hutan terbakar yang jaraknya cukup jauh dari Pontianak.

Asap juga kadang masuk ke dalam rumah-rumah. "Sesekali, asap masuk ke rumah. Kalau sudah begitu, terasa sesak nafas kita," kata Wasis yang tinggal di Komplek Mekarsari II, Desa Pal IX, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya ini.

Wasis berharap, asap tak lagi menyerbu. Apalagi, dua anaknya masih kecil-kecil. Anak per­tamanya baru duduk di kelas dua SD. Sedangkan anak ked­uanya masih balita. Tadi malam, dia harus meninggalkan dua anaknya itu lantaran ada tugas ke Sanggau, Kalimantan Barat.

"Alhamdulillah, malam ini agak cerah," katanya sembari menunggu Bus Damri yang akan membawanya dari Pontianak menuju Sanggau.

Dia juga berharap, hujan yang mulai turun tiga hari lalu di sekitar rumahnya pada pukul 1 dini hari, kembali mengguyur Pontianak dan sekitarnya.

"Hujannya masih sedikit, belum terlalu berpengaruh. Asap yang terbawa angin dari hutan-hutan yang terbakar, masih banyak setelah hujan itu," ceritanya.

Sebelum berangkat, Wasis terlebih dahulu memastikan, stok masker di rumahnya masih ada. Sebab, masker penting untuk mengurangi asap yang terhirup saluran pernafasan saat kabut asap melanda.

Di jalan-jalan di sekitar Pontianak, banyak orang memakai masker jika kabut asap datang. Mereka berkegiatan sembari memakai alat penutup hidung dan mulut itu.

Latar Belakang
Penderita ISPA Meningkat di Kalimantan Barat


Kementerian Kesehatan mencatat, 425.377 orang terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), akibat dampak ke­bakaran lahan dan hutan di tujuh provinsi sejak Juni lalu.

Menurut Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, sebagian orang yang terserang ISPA sem­pat dilarikan ke rumah sakit. "Seperti warga di Palangkaraya. Tapi, mereka boleh pulang karena dinyatakan sehat setelah dirawat," ujarnya di komplek parlemen beberapa waktu lalu.

Dia menyarankan agar masyarakat mengurangi kegiatan di lu­ar rumah, menggunakan masker, dan menjaga daya tahan tubuh guna menghindari penyakit ini. "Anak kecil, orang tua, dan ibu hamil jangan terlalu banyak terpapar asap," tandasnya.

Nila mengaku ikut prihatin atas mereka yang terkena dampak kabut asap di tujuh daerah itu. Pemerintah daerah diminta lebih aktif melarang warga keluar ru­mah ketika angka Indeks Standar Pencemaran Udara berada di antara 300-500.

Nila mengatakan, jumlah penderita ISPA meningkat di beberapa daerah. "Peningkatan terjadi sebesar 15-20 persen," kata dia.

Peningkatan penyakit ISPA terjadi di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. ISPA, kata Nila, terjadi akibat bakteri di udara dengan indeks standar pencemaran di atas 300.

Bekas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, dampak asap mengganggu paru-paru dan pernapasan. Kematian bisa terjadi karena ISPA yang memburuk menjadi pneumo­nia. "Bila tidak tertangani den­gan baik dan daya tahan tubuh rendah, bisa berakibat fatal," katanya.

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengungkap­kan, sebanyak sembilan orang meninggal serta 40 juta orang terpapar asap.

Masalah kabut asap yang mencemari berbagai wilayah di Indonesia pada tahun ini, dimulai pada Juni. Kombinasi kebakaran hutan dan musim kemarau, menyebabkan polusi asap terjadi di Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan. Pembebasan lahan untuk ditanami kelapa sawit, merupakan salah satu penyebabnya.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, 550 ribu dari 1,7 juta hektare hutan dan lahan yang terbakar merupakan lahan gam­but. "Kami sudah mengebom air dan membuat hujan buatan, tapi belum padam," kata dia.

Senin pekan lalu, Dinas Kesehatan Riau mengungkapkan sebanyak 63.497 warganya men­derita sakit akibat terpapar asap sejak Juni lalu. Kepala Dinas Kesehatan Riau Andra Sjafril menyatakan, sebanyak 52.852 orang dari mereka terserang ISPA.

Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan merilis asap telah me­nyebabkan 86.450 warga men­derita ISPA. Angka itu melonjak dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 55.115 orang. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jadi "Pengacara", Anies Ajak Publik Berjejaring di LinkedIn

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:09

Prabowo Tak Perlu Ganti Kapolri

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:05

Zaken Kabinet Prabowo Bakal Rekrut Profesional dari Parpol?

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:52

KPK Amankan Uang Lebih dari Rp10 Miliar dalam OTT di Kalsel

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:32

4 Boks Dokumen Disita Kejagung dari 5 Ruangan KLHK

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:23

Adi Prayitno: Sistem Pilkada Serentak Perlu Dievaluasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:00

Pemuda Katolik Sambut Baik Pengangkatan Uskup Bogor jadi Kardinal

Senin, 07 Oktober 2024 | 18:49

Andra Soni Janjikan Rp300 Juta per Desa Jika Jadi Gubernur Banten

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:45

Polda Metro Jaya Dalami Asal Puluhan Ribu Pil Ekstasi di PIK

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:21

Peringati Setahun Perang Gaza, Hizbullah Serang Kota Haifa Israel

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:18

Selengkapnya