Rudi langsung lemas menyaksikan membludaknya pembeli tiket kereta di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Calon penumpang antre berbaris panjang di empat loket tiket. Ia khawatir bakal tak kebagian tiket ke Bandung untuk keberangkatan esok hari.
"Besok saya harus ke Bandung, ada meeting dengan perusahaan Singapura, habis itu ke Jakarta lagi kemudian terbang pulang ke Pontianak," kata Rudi.
Celingak-celinguk resah, panÂdangannya kemudian tertuju keÂpada dua kotak berwarna putih di samping ATM bank pemerintah. Letaknya hanya tiga meter dari barisan tempatnya mengantre.
Di bagian atas kedua kotak ada layar LED yang menampilÂkan banner berjalan bertuliskan "Kiosk Elektronik Pembelian Tiket Kereta" berwarna merah menyala terang. Rudi memutusÂkan keluar dari barisan menuju ke mesin itu. Tiba di depannya ia kembali celingukan.
Di tengah kebingungan, seÂorang satpam bernama Zainal Abidin menghampiri. "Bisa peÂsan tiket di sini Pak. Tapi bayar tunai," kata Zainal. Daripada antÂre, Rudi memberanikan memeÂsan di mesin tiket yang masih asing baginya. Untungnya, ada Zainal yang memberitahukan cara mengoperasikan mesin yang diberi nama Train Ticket Machine (TTM) itu.
Diawali dengan membuka menu di layar sentuh. Tampilan layar berganti menambilkan tiket kereta yang akan dipesan. Di sudut kanan atas layar juga keluar angka 380. Angka itu menunjukkan lamanya detik untuk memesan tiket.
Penggguna mesin ini dibatasi hanya sekitar 6 menit saja untuk memesan tiket. Mungkin agar orang di belakangnya tak menÂgantre lama. Kalau masih lama tak beda dengan antre di loket.
Dibatasi waktu, Rudi pun berusaha tangkas. Mulai dari mengÂinput data tanggal perjalanan, stasiun asal, stasiun tujuan, dan jumlah penumpang. Ia memeÂsan dua tiket kereta api Argo Parahyangan untuk keberangakatan esok hari. Beruntung, masih tersedia kursi kosong. Harga dua tiket Rp 210 ribu.
Usai mengisi data perjalanan, di layar muncul kolom pengiÂsian identitas. Mulai dari nama penumpang hingga nomor KTP. Beres. Tahap terakhir adalah pembayaran.
"Bayar langsung ya Pak," Zainal memberitahu. Rudi memiÂlih menu pembayaran tunai.
Dibimbing Zainal, Rudi dimÂinta memasukkan uang seharga tiket yang dipesan ke lubang di mesin. Dari dalam dompet, Rudi mengeluarkan dua lembar uang pecahan Rp 100 ribu dan selemÂbar uang pecahan Rp 10 ribu.
Mesin ini hanya menerima uang yang tidak lecek. Tiga lemÂbar uang mulus yang dimasukÂkan Rudi langsung ditelan. Tak lama, keluar selembar struk tanda transaksi berhasil, Di struk itu tercantum nomor tiket yang bisa dicetak di fasilitas Cetak Tiket Mandiri (CTM), masih di stasiun ini juga.
Saat transaksi berakhir, waktu di layar masih menyisakan 100 detik. Jadi, Rudi hanya mengÂhabiskan waktu kurang 5 menit untuk mendapatkan tiket. Jauh lebih singkat dibanding antre di loket yang bisa mencapai setengah jam sebelum dapat giliran.
"Lebih baik beli di sini (mesin TTM), daripada ngantre lama. Inovasi seperti ini sangat baik," ucap Rudi yang terlihat senang karena struk tiket sudah ditangan. Tak lama buang lalu, dia melangkah ke CTM untuk mencetak tiket. Kode di struk diinput. Tak lama keluar printer mengeluarkan dua tiket berÂwarna biru.
Di mesin TTM dipasang stiker yang mencantumkan pembaÂyaran bisa menggunakan uang elektronik jaringan ALTO dan T-Money. Tapi entah mengapa tak bisa bertransaksi dengan kartu. Pemesan tiket diminta memilih pembayaran tunai.
"Untuk kartu debit dan kredit belum bisa," kata Zainal yang menjadi kepala regu petugas keamanan di Pintu Utara Stasiun Gambir. Ia pun tak memberikan penjelasan lebih jauh.
Untuk diketahui, di hari jadinÂya yang ke-70, PT Kereta Api Indonesia (KAI) meluncurÂkan dua produk teranyarnya, yakni, Train Ticketing Machine (TTM) dan Digital Book Jejak Kenangan Kereta Api di Jawa.
"Produk-produk yang kami luncurkan bertepatan dengan peringatan HUT KA yang ke-70 ini merupakan bukti bahwa PT KAI tak henti berinovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa kereta api," ujar Dirut PT. KAI, Edi Sukmoro.
Edi menjelaskan, TTM meruÂpakan mesin pembelian tiket KA dalam bentuk vending maÂchine yang dapat mengeluarkan produk kereta api.
"Pada mesin ini masyarakat tinggal memilih tanggal perÂjalanan, stasiun asal, stasiun tuÂjuan, jumlah penumpang, mengÂinput data berupa nama, nomor identitas, tanggal lahir dan nomor telepon," katanya.
Setelah itu, jelas dia, calon penumpang KA akan langsung melakukan pembayaran di mesin itu menggunakan kartu debit atau kredit dan kartu prepaid tanpa dikenakan biaya tambahan.
Untuk tahap awal, mesin ini hanya disediakan di stasiun KA Gambir dan di Stasiun Bandung. "Sembilan mesin di Gambir dan satu mesin di Stasiun Bandung. Kedepan, mesin ini akan kami sediakan di seluruh stasiun keÂberangkatan," katanya.
Pemantauan Rakyat Merdeka di Stasiun Gambir, calon penumpang masih bingung mengÂgunakan mesin TTM. Sekali-kali ada orang yang melihat fasilitas ini. Namun tak meÂmanfaatkannya.
Salah satunya, Indah. Usai antre 30 menit untuk mendapat tiket di loket, ia baru melihat mesin TTM. "Tahu gitu saya beli tiket di sini. Habisnya nggak ada petunjuk seperti spanduk kalau bisa pesan tiket di mesin ini," celetuknya.
Benar kata Indah. Sosialisasi keberadaan fasilitas baru pemeÂsan tiket di stasiun ini masih minim. Padahal, keberadaan mesin TTM ini bisa mengurangi antrean di loket untuk membeli tiket.
Beli Tiket di Mesin, TNI dan Lansia Tidak Dapat DiskonZainal Abidin, kepala regu satpam di Pintu Utara Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, punya tugas tambahan selain menjaga keamanan. Yaitu, membantu calon penumpang yang hendak memesan tiket di mesin TTM.
Fasilitas baru ini untuk memudahkan calon penumpang memÂbeli tiket tanpa antre di loket. "Mesinnya (TTM), baru ada dua. Sebenarnya ngga di Stasiun Gambir saja, di Stasiun Senen juga sudah ada mesin kayak gini," sebut Zainal.
Zainal menceritakan, sebelum mesin TTM ditaruh di lobby Pintu Utara, Stasiun Gambir, seluruh satpam yang berjaga di Pintu Utara diberikan training mengenai cara menggunakannya.
Pintu Utara dipilih karena di tempat ini terdapat loket pembelian tiket khusus di luar hari keberangkatan. "Kalau mau beli tiket di hari keberangkatan, harus di Pintu Selatan," katanya.
Menurut Zainal, proses meÂmahami cara kerja mesin TTM ini gampang-gampang susah. Sekarang dia memastikan suÂdah paham bagaimana caranya menggunakan mesin itu. Bahkan, ia telah banyak membantu calon penumpang memesan tiket di mesin ini.
Sebenarnya, kata Zainal, ada seorang petugas khusus yang standby di samping mesin pemeÂsanan tiket itu. Namun, sang penÂjaga yang berasal dari perusahaan operator mesin TTM itu terkaÂdang tidak berada di tempat.
"Sekarang orangnya (penjaga) sedang istirahat, jadi saya yang bantu," katanya.
Pemantauan Rakyat Merdeka, sekalipun mesin TTM diletakkan di dekat loket, calon penumpang lebih memilih membeli tiket secara konvensial: bayar kepada petugas loket.
Sejumlah pengantre tiket di loket mengaku, tidak mengerti cara menggunakan mesin itu. Lantaran itu, mereka rela antre lama untuk mendapatkan tiket di loket.
Menurut Zainal, ketika antrean di loket sudah mencapai lima orang, sebaiknya calo penumpÂang bisa beralih ke mesin pemeÂsan tiket. Ia pun sudah mengimÂbau kepada pengantre. Namun tak digubris. Padahal, biaya yang dikeluarkan untuk membeli tiket sama. "Tapi diskon tiket untuk anggota TNI dan lansia nggak bisa didapat di mesin, harus ke loket," terangnya.
Khusus untuk anggota TNI dan lansia mendapatkan diskon tiket sebesar 25 persen. Cukup menunjukkan kartu anggota bagi TNI dan KTP seumur hidup unÂtuk lansia. Petugas di loket akan langsung memotong harga tiket yang harus dibayarkan.
Mesin Tiket Akan Disediakan di MalPT Kereta Api Indonesia (KAI) telah mengen
alkan Train Ticketing Machine (TTM) yakni vending machine yang bisa mencetak tiket kereta. Rencananya, mesin tersebut akan dipasang di mal untuk mempermudah masyarakat memÂbeli tiket kereta api.
"Kami berharap masuk ke mal," ujar Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro saat pelunÂcuran prototype mesin itu di Bandung, Senin lalu.
Edi menjelaskan, vending machine bernama TTM itu merupakan pengembangan dari E-Kiosk yang sudah lebih dulu di perkenalkan. "E-Kiosk itu sama persis, hanya saja keluarnya dalam bentuk struk yang harus di print di stasiun," kata dia.
Dengan memesan tiket kereta lewat vending machine tersebut, tidak perlu lagi mencetak tiket dari struk tanda pembeÂlian. "Kalau ini TTM, langsung keluar 'boarding-pass', orang tidak perlu lagi mencetak di stasiun lagi," kata Edi.
Edi mengatakan, tahap awal PT Kereta Api akan memasang mesin TTM itu di semua staÂsiun besar di Indonesia tahun ini. "Kalau memang itu bagus, lebih lancar, masyarakat meÂnyenangi, kalau perlu di mall dibuat itu," kata dia.
Protipe TTM diperkenalkan di depan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Cara pengÂgunaan alat itu sempat diperÂtunjukkan saat jajaran direksi PT KAI memperkenalkan alat tersebut.
Caranya, pengguna tingÂgal memasukkan nama dan identitasnya, memilih kereta api, jadwal, dan tujuan pemÂberangkatanya, sebelum mengÂgesekkan kartu debet atau kartu kredit untuk pembelian tiket tersebut. Lewat mesin itu, calon penumpang bisa memeÂsan tiket tiga bulan sebelum jadwal pemberangkatan dan maksimal untuk empat orang penumpang.
Tahap awal PT Kereta Api akan memasang mesi pemeÂsanan tiket kereta itu di Stasiun Gambir dan Stasiun Bandung. Sembilan unit ditempatkan di Stasiun Gambir, dan satu unit di Stasiun Bandung.
Pelayanan kemudahan memÂbeli tiket merupakan cara unÂtuk meningkatkan jumlah penÂumpang kereta api. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan pemerintah meÂnargetkan pertumbuhan jumlah pengguna moda transportasi kereta api naik 15 persen.
"Memang targetnya 15 persen, tapi ini panjang sekali," ujar Jonan.
Jonan mengatakan jumlah pengguna moda transportasi itu bakal tumbuh sejalan dengan tuntasnya jalur kereta api Trans Sumatera, Trans Sulawesi, dan Trans Papua.
"Kalau semua pembangunan jalur kereta api yang saya sebutkan itu beroperasi, harapannya, jumlah angkutan kereta api, baik penumpang maupun barang, naik dua kali lipat dalam waktu 10 tahun sejak dioperasikan," katanya.
Berdasarkan perhitungan Jonan, kenaikan dua kali lipat itu menembus 1 miliar penumpang. "Kalau dua kali lipat, kira-kira sepuluh tahun lagi mungkin penumpang kereta api lebih dari 1 miliar (orang). Sekarang hampir 400 juta penumpang setahun, kira-kira 1 juta orang sehari," kata dia. Satu miliar penumpang dalam setahun itu setara dengan tiga juta penumpang kereta per hari.
Jonan juga menargetkan peÂnambahan rute baru kereta api di Sumatera, Sulawesi, serta Papua tersebut bakal mendongkrak keÂnaikan jumlah angkutan barang menggunakan kereta api.
"Waktu saya menjalankan kereta api, 11 bulan lalu, angÂkutan barang kira-kira hampir 40 juta ton per tahun. Sekarang saya berharap lima tahun lagi sekurangnya 80 juta atau 100 juta ton, ini kerja keras luar biasa," ucapnya.
Pesan Tiket Juga Bisa Lewat PonselSebelum mesin penjual tiket kereta api tersedia di sejumlah stasiun besar seperti Stasiun Gambir, penjualan tiket kereta api tidak hanya on the spot di loket stasiun. Pembelian tiket juga dapat dilakukan di toko waralaba dengan menukarkan struk di mesin pencetak tiket di stasiun.
Tidak hanya itu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga meluncurkan aplikasi pemeÂsanan tiket via online dengan tambahan aplikasi di ponsel Android, IOS, dan ponsel lain. Sebelumnya, calon penumpang dapat memesan tiket secara onÂline di
www.kereta-api.co.id atau melalui aplikasi ponsel BlackBerry "Paditrain".
Aplikasi yang bernama KAI Access tersebut dapat diunduh secara gratis di Playstore, BlackBerry Application Word, dan App Store. Aplikasi ini diÂluncurkan demi memudahkan pengguna jasa kereta api dalam memesan tiket KA jarak jauh.
"Jadi, tidak usah dua kali datang ke stasiun. Ini meÂmudahkan pengguna," kata Direktur Komersial PT KAI, Bambang Eko Martono, daÂlam acara peluncuran aplikasi KAI Access di lobi selatan Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Dalam aplikasi itu, mereka menawarkan berbagai fitur, di antaranya Booking Ticket, Schedule, Booking Check, History, Profile, News, Maps, dan About. "Aplikasi ini meÂmudahkan user untuk melakuÂkan pemesanan tiket dan juga memperoleh informasi seputar jadwal dan rute kereta api," ujar Bambang.
Cara mengaktifkannya pun mudah. Calon penumpang baru yang belum memiliki akun di KAI Access dapat melakukan registrasi dan memasukkan identitas diri, seperti nama, identitas lengkap, nomor ponÂsel, e-mail, dan password.
Nomor ponsel dan e-mail bertujuan untuk melakukan verifikasi apakah aplikasi tersebut sudah benar diunÂduh dengan identitas yang didaftarkan. Apabila veriÂfikasi telah berhasil maka aplikasi langsung dapat diÂgunakan. ***