Berita

ilustrasi/net

On The Spot

Temukan Dua Sapi Luka, Disemprot Obat Anti Lalat

Pemeriksaan Kesehatan Hewan Kurban
SABTU, 12 SEPTEMBER 2015 | 09:19 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Sinar matahari sangat terik. Abdullah ngadem di bedeng yang ditinggalinya sepekan terakhir di lahan kosong Kompleks Sandang, Palmerah, Jakarta Barat. Bertelanjang dada, kakek berusia 72 tahun ini rebahan di bale kayu. Belum sempat terlelap, bedengnya didatangi tiga orang. Dua di antaranya mengenakan pakaian ala petugas medis: blazer putih dan hijau.
 
Blazer putih biasa dikenakan para dokter. Sedangkan blazer hijau layaknya seragam petugas operasi. Dua petugas perempuan itu bukan hendak memeriksa kesehatan Abdullah yang sudah lanjut usia. Sasaran mereka adalah ternak yang dijaga pria asal Solo itu.

Di lahan milik Haji Asmuri ini, Abdullah menjaga puluhan sapi yang belum lama didatangkan dari pasar hewan Siyono Harjo, Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Sapi-sapi itu akan dijual sebagai hewan kurban.

Keluarga Asmuri, pemilik lahan ini sudah belasan tahun menggeluti usaha musiman jelang Idul Adha: jual hewan kurban. Selama belasan tahun pula, Abdullah yang masih kerabat dengan Asmuri, dipercaya mengurus ternak yang akan dijual.

Tiga petugas yang datang ke tempat penjualan hewan kurban ini berasal dari Suku Dinas (Sudin) Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan (KPKP) Kota Jakarta Barat. Mereka hendak memeriksa kesehatan 37 ekor sapi kurban yang dijual keluarga Asmuri.

Abdullah mempersilakan petugas melakukan pemeriksaan kesehatan. Mengenakan masker penutup mulut dan hidung serta sarung tangan, ketiga petugas memeriksa satu per satu sapi kurban.

Pemeriksaan meliputi mata, mulut, hidung, telinga hingga anus. Layaknya pemeriksaan kesehatan terhadap manusia, dengan stateskop para petugas itu juga mengukur denyut jan­tung sapi. Juga suhu badannya. Hasilnya dicatat. Terakhir, petu­gas memeriksa semua bagian tubuh hewan berkaki empat itu.

Ditemukan dua sapi yang luka di bagian kaki. Kepada petugas yang melakukan pemeriksaan, Abdullah mengatakan luka itu disebabkan sapi-sapi ini sangat lincah sehingga meronta ketika hendak dibaringkan agar beristi­rahat. Sapi yang lincah menun­jukkan hewan ini sehat.

Petugas lalu menyemprotkan obat anti lalat ke luka di kaki kedua sapi. Cairan obat berwar­na biru menutupi luka terbuka itu. Pemberian obat ini agar luka tak dikerubungi lalat yang bisa menyebabkan infeksi maupun pembusukan daging.

Setelah melakukan pemerik­saan selama dua jam, petugas yang dipimpin Kepala Seksi Perternakan dan Kesehatan Hewan Sudin KPKP Jakarta Barat, Sri Astuti ini menyimpul­kan, semua sapi kurban ini sehat dan layak dijual.

Sempat cemas karena petugas menemukan sapi yang luka, Abdullah akhirnya tersenyum lebar mendengar hasil ini. Namun ada sapi yang diberi tanda silang merah dari cat pilox di badan­nya oleh petugas. Sapi itu masih berusia di bawah dua tahun. Sesuai syariat, sapi yang akan disembelih untuk kurban mini­mal berusia dua tahun.

Sebelum pergi, petugas me­masang stiker di pagar besi tempat penjualan sapi kurban ini. Stiker berlogo DKI Jakarta itu mencantumkan hasil pemer­iksaan. Termasuk informasi ada satu sapi yang belum cukup umur (BCU). Juga dibubuhkan tanda tangan pejabat berwenang.

Abdullah senang dengan pemasangan stiker hasil pemeriksaan ini. Stiker ini bisa menunjukkan bahwa sapi-sapi kurban yang dijual di tempat ini berkualitas baik.

Abdullah menuturkan dia ter­libat dalam pembelian sapi-sapi ini di Pasar Siyono Harjo, di antar ke Solo, kemudian dibawa ke Jakarta untuk dijual sebagai he­wan kurban. "Saya sendiri yang beri makan sebelum dibawa ke Jakarta. Begitu siap dibawa, saya ikut truk pengangkut sapi ke Jakarta," terangnya.

Di Jakarta, Abdullah pula yang mengurus sapi-sapi ini. "Kalau ada sapi yang sakit, saya tidak jual. Sapi akan dikembalikan," tandasnya.

Sapi-sapi yang dijual di tem­pat ini dikelompok jadi dua. Kelompok pertama sapi lokal yang berwarna putih. Jumlahnya 31 ekor. Tempat sapi-sapi ini dikelompokkan dinanungi terpal agar hewan ini tak kepanasan terpapar sinar matahari dan kehu­janan. Harga sapi lokal ini berkisar Rp 17 juta hingga Rp 18 juta.

Kelompok kedua sapi impor peranakan yang bibitnya diimpor dari Australia. Ukurannya lebih besar dari sapi lokal. Warnanya cokelat. Harganya lebih mahal: Rp 30 juta.

Abdullah mengungkapkan, sapi-sapi ini sudah dipesan. Dititipkan di tempat ini agar diurus makannya sampai hendak disembelih. "Mau lebaran haji bi­asanya pasti habis, kita masih pe­san 20 sapi. Nggak tahu diperiksa lagi apa nggal. Kalau mau periksa ya monggo," kata pria yang gig­inya sudah tak lengkap ini

Kepala Dinas KPKP DKI Darjamuni mengatakan pemer­iksaan ini dilakukan untuk me­mastikan bahwa hewan kurban yang dijual di Jakarta sehat dan sesuai dan syariat. "Kami sudah koordinasi dengan daerah pemasok agar ternak yang didatangkan atau dipasok disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter hewan berwenang dari daerah asal," katanya.

Ia memperkirakan kebutuhan hewan kurban di Jakarta tahun ini tak mengalami peningkatan berarti. Yakni sebanyak 10.037 sapi, 111 kerbau, 32.036 kambing dan 1.318 domba.

Sejauh ini, Dinas sudah melakukan pemeriksaan terhadap 49 tempat penjualan hewan kurban. Hewan yang telah diperiksa se­banyak 1.944 sapi, 407 kambing, 177 domba dan 13 kerbau.

Darjamuni mengimbau masyarakat tak sembarang membeli hewan kurban. "Kami mengan­jurkan panitia kurban membeli hewan kurban di tempat penam­pungan hewan di kawasan RPH seperti Pasar Ternak Cakung dan RPH Pulogadung, serta lokasi-lokasi penampungan atau penjualan yang telah ditetap­kan oleh lurah setempat," ujar Darjamuni.

Petugas akan turun ke tempat penampungan untuk memer­iksa kesehatan hewan kurban. "Tempat penampungan yang telah diperiksa akan diberi tanda stiker yang berarti hewan-hewan tersebut telah memenuhi syarat sebagai hewan kurban, yaitu se­hat, tidak kurus, tidak cacat, cukup umur dan berjenis kelamin jantan," tutur Darjamuni.

Hewan Tak Layak Diberi Tanda Pilox Silang Merah

"Hewan telah diperiksa oleh Petugas Suku Dinas Kelautan dan Ketahanan Pangan Kota Administrasi Jakarta Barat." Demikian pemberitahuan tertu­lis di pagar akses masuk lapak penjualan hewan kurban di Komplek Sandang, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

Seluruh hewan kurban yang berada di lapak penjualan hewan kurban yang dijaga Abdullah itu sudah melewati pemeriksaan kesehatan oleh petugas keseha­tan hewan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, melaku­kan sidak ke seluruh lapak penjualan hewan kurban sebagai upaya menjamin warganya dapat membeli hewan kurban dengan kualitas baik.

"Nggak masalah dicek, kasi­han warga kalau dapat sapi atau kambing jelek," ujar Abdullah.

Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Hewan Sudin KPKP Jakarta Barat Sri Astuti, sekali­gus pemeriksa kesehatan hewan di lapak yang di jaga Abdullah mengimbau, masyarakat se­baiknya membeli hewan dari penjual terpercaya.

Lebih aman lagi, kata Astuti, membeli hewan kurban di tem­pat yang sudah ada striker serta spanduk pemeriksaan keseha­tan hewannya. "Harus pintar juga memilih hewan kurban, misalnya kondisi hewan tidak kusam, gerakannya lincah, dan cukup umur saat disembelih. Cukup umur itu sudah berusia dua tahun," katanya.

Di Jakarta Barat saja, kata Astuti, pihaknya akan melaku­kan pengecekan ke sejumlah penampungan penjualan hewan kurban di delapan kecamatan hingga 23 september mendatang.

"Sudah kita siapkan 24 petu­gas untuk melakukan penga­wasan khusus hewan kurban. Nanti petugas kita akan dibantu juga dari dokter hewan, dan lainnya," tandasnya.

Sementara, Kepala Bidang Pertenakan Dinas KPKP DKI Jakarta, Agung Priambodo, mengatakan pemeriksaan kesehatan hewan kurban dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada anus, mata, telinga, hidung, mu­lut dan suhu tubuhnya.

"Pemeriksaan serentak kita lakukan di semua wilayah DKI Jakarta. Sudah dimulai sejak Rabu kemarin. Kita akan terus lakukan secara serentak hingga H+3 Hari Idul Adha," kata Agung.

Sejauh ini, lanjutnya, dari hasil pemeriksaan kesehatan hewan kurban, pihaknya belum menemukan adanya kasus he­wan kurban yang bermasalah. Juga belum ditemukan adanya penyakit yang biasa dialami hewan kurban. Seperti ping eye atau mata merah, flu, kembung, dan skabies.

"Semua jenis penyakit itu masih bisa diobati dan disem­buhkan, kok. Kecuali, kalau sudah terkena anthrax, hewan harus dibakar lalu dikuburkan," ujarnya.

Rata-rata hewan kurban yang masuk masuk ke Jakarta berasal dari Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali. "Jika ditemukan hewan tidak layak, maka akan dikasih pilox merah di tubuh hewannya. Kemudian jika sudah diperiksa dan bagus hasilnya maka akan diberikan stiker," jelas Agung.

Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Jakarta Selatan Sri Hartati mengingatkan, sebai­knya masyarakat jeli dalam mem­beri hewan kurban. Terutama, mewaspadai hewan kurban yang diberi tanda silang merah.

"Sebaiknya tak dibeli kalau ada tanda itu," pesan Sri sembari menjelaskan tanda silang terse­but sebagai penanda kalau hewan itu sakit atau belum cukup umur untuk dikurbankan.

Kakek Asal Solo Rela Tinggal di Bedeng Kayu

Jualan Sapi Kurban di Jakarta
Tanah kosong milik kelu­arga almarhum Haji Asmuri di Komplek Sandang, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, disulap menjadi lapak hewan kurban setiap jelang Idul Adha. Dua pekan sebelum "Lebaran Haji", lahan seluas 30 meter persegi itu dipenuhi 37 sapi yang dijual.

"Sampai lebaran (Idul Adha) saya di sini, habis itu kembali ke Solo," ujar Abdullah, pengurus sapi-sapi kurban di tempat ini. Gerah dengan cuaca ibu kota, pria lanjut usia hanya men­genakan celanan pendek dan peci penutup rambut kepalanya yang sudah memutih.

Sebelum ke Jakarta, Abdullah mencari hewan-hewan kurban yang akan dijual. Salah satu­nya ke Pasar Siyono Harjo di Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Hewan-hewan kurban dikirim bertahap ke ibukota. "Sudah ada 50 sapi sama 20 kambing. Yang sudah dikirim 37 sapi," ujar

Hewan yang dibeli tak langsung dikirim ke Jakarta. Namun digemukkan sedikit di Solo. Juga diperiksa kesehatannya oleh Dinas Peternakan setem­pat. Hasil pemeriksaan kemu­dian dituangkan dalam bentuk surat keterangan sehat.

Hewan kurban yang dia beli kebanyakan sudah cukup umur dan siap jual. Dia tinggal mem­beri pakan dan mengantarkan ke Jakarta. Tiga truk disewa untuk membawa 37 sapi dari Solo ke Jakarta. Lama perjalanan semalam.

Pria berusia uzur itu naik truk mendampingi pengiriman sapi ke Jakarta. Setibanya di Palmerah, sudah tersedia be­deng seadanya sebagai tempat tinggal Abdullah mengurus sapi-sapi kurban yang dijual.

Bedeng yang ditempati Abdullah jauh dari kata layak. Dindingnya terbuat dari triplek. Atap dari seng. Bagian depan­nya dibiarkan lowong tanpa pintu. Sebuah tirai bambu menjadi penghalang pandangan sekaligus udara dingin malam masuk ke bedeng.

Di ruangan itu, tersedia beragam kebutuhan Abdullah, mulai dari dispenser untuk minum, teko pemanas air lis­trik, hingga rice cooker untuk memasak naik. Lauknya beli di warung nasi terdekat.

Sudah satu pekan, Abdullah tinggal di bedeng itu. Jika se­mua sapi sudah laku, dia baru pulang ke Solo. Tentu dengan membawa upah mengurus hewan-hewan ini.

"Ya lumayan lah (upahnya)," Abdullah terkekeh.

Dari bedeng Abdullah, ter­lihat jelas dua lapak yang dipenuhi sapi. Satu lapak lagi masih kosong, namun segera diisi kambing. Menurutnya, tahun ini selisih keuntungan jualan kambing sangat kecil. Sebab, dia harga belinya saja sudah Rp 2 juta per ekor.

Sementara untuk sapi, har­ganya masih bersaing. Untuk sapi Jawa atau lokal, dia beli dengan harga Rp 17 juta hing­ga Rp 18 juta. Sapi ini bakal dijual dengan harga Rp 20 juta. "Di Solo saja pasarannya segitu, Rp 17 juta, kita beli di peternakan dengan harga murah tapi kualitasnya baik," terangnya.

650 Petugas Awasi Cara Pemotongan Hewan Kurban

Pemeriksaan ketat dilaku­kan terhadap hewan kurban yang dipasarkan di Jakarta. Mulai dari lapak penjualan hewan kurban dengan mem­berikan stiker atas kondisi kes­ehatan hewan, sampai proses pemotongannya.

Kepala Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta Darjamuni merincikan, pihaknya sudah mempersiapkan 650 personel gabungan akan mengawasi proses pemotongan hewan kurban di Hari Raya Idul Adha nanti. Nantinya, "tenaga ahli" itu akan disebar di tempat pemo­tongan hewan kurban.

"Ada 650 personel itu terdiri dari 300 personel dari dinas kita, 300 personel dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan 50 personel dari Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)," ujar Darjamuni.

Ratusan personel terse­but ditugaskan untuk me­meriksa kondisi kesehatan hewan kurban sebelum dan setelah disembelih. Selain itu, petugas juga diarahkan bagaimana tata cara pemotongan hewan kurban yang baik dan benar.

"Kita kumpulkan semua panitia kurban, baik itu pen­gurus masjid, dan lain-lainnya. Kita sudah adakan sosialisasi cara memotong hewan yang baik dan segala macam," terang Darjamuni.

Selain itu, Darjamuni men­gaku sudah berkoordinasi den­gan BUMD DKI PD Dharma Jaya agar menyiapkan rumah pemotongan hewan (RPH) di Pulo Gadung dan Cakung, Jakarta Timur, untuk menam­pung, memotong. dan menjual hewan kurban.

"Jadi buat warga yang mau potong hewan qurban di RPH Dharma Jaya, bisa telepon atau langsung bawa hewan kurban­nya ke sana," katanya.

Tidak hanya itu, Darjamuni juga mewajibkan tempat pe­motongan hewan kurban selain di rumah pemotongan hewan diwajibkan memiliki izin dari Kelurahan. Hal itu dilakukan terkait Instruksi Gubernur Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan yang diterbitkan dalam rangka Idul Adha tahun 2015.

"Lurah yang tahu lokasi-lokasi yang dimungkinkan baik untuk pemotongan he­wan," terangnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jadi "Pengacara", Anies Ajak Publik Berjejaring di LinkedIn

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:09

Prabowo Tak Perlu Ganti Kapolri

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:05

Zaken Kabinet Prabowo Bakal Rekrut Profesional dari Parpol?

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:52

KPK Amankan Uang Lebih dari Rp10 Miliar dalam OTT di Kalsel

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:32

4 Boks Dokumen Disita Kejagung dari 5 Ruangan KLHK

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:23

Adi Prayitno: Sistem Pilkada Serentak Perlu Dievaluasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:00

Pemuda Katolik Sambut Baik Pengangkatan Uskup Bogor jadi Kardinal

Senin, 07 Oktober 2024 | 18:49

Andra Soni Janjikan Rp300 Juta per Desa Jika Jadi Gubernur Banten

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:45

Polda Metro Jaya Dalami Asal Puluhan Ribu Pil Ekstasi di PIK

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:21

Peringati Setahun Perang Gaza, Hizbullah Serang Kota Haifa Israel

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:18

Selengkapnya