Perancah besi (scaffolding) didirikan di samping kanan dan kiri tiang-tiang beton di Jalan Cilincing Raya, Jakarta Utara. Bagian luar perancah ditutup terpal hitam berukuran besar. Sebuah eskavator menghantamkan mata bor penghancur (hydraulic breaker) ke tiang paling ujung. Bongkahan beton rontok dari tiang pondasi jalan layang tol akses pelabuhan Tanjung Priok ini.
Setelah hanya tersisa rangka besi, eskavator dengan lengan mata bor menyingkir. Giliran eskavator dengan lengan cakar besi yang bekerja, membersihÂkan sekeliling tiang. Bongkahan beton diciduk dan dimasukkan ke bak truk besar.
Pekerjaan berikutnya memÂbongkar rangka tiang yang terbuat dari besi cor berulir. Pekerjaan itu dilakukan manual dengan tenaga manusia.
Tiang-tiang jalan layang tol diÂbongkar lantaran tak memenuhi standar. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menginspeksi proyek ini menemukan beberapa tiang yang sudah dicor beton, retak. Diputuskan, 69 tiang yang sudah berdiri bahkan sudah disamÂbungkan dengan girder (balok beton), dibongkar dan dibangun ulang sesuai spesifikasi.
Pembongkaran tiang-tiang dimulai sejak Juli. Terpotong libur Lebaran, proses pembongkaran berlangsung lambat. Hanya tiga tiang yang sudah diÂbongkar. "Yang itu baru mulai dikerjakan. Makanya masih berbentuk," kata Rudianto, salah seorang pekerja.
Melakukan pembongkaran di area proyek yang sempit, operator eskavator ekstra hati-hati mengoperasikan alat berat ini. Pergeseran eskavator berlangÂsung lambat.
Area proyek ini berada di samping Jalan Cilincing Raya, salah satu akses utama ke pelabuÂhan. Pembatas area proyek denganbadan jalan hanyalah tiang-tiang dari kayu yang ditutupi spanduk informasi proyek ini.
Pembongkaran tiang pondasi ini membuat penyelesaian jalan layang tol ini mundur. Awalnya, tol ini ditargetkan sudah bisa digunakan pada Oktober 2015.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Hediyanto W Husaini penyelesaian tol ini akan terlambat 1,5 tahun. "Perkiraan selesai pada pertengahan 2017. Karena adanya, jumlah pilar yang harus diperbaiÂki sekitar 70-an. Bukan pekerjaan yang mudah," katanya.
Pembongkaran tiang dan pemÂbangunannya kembali akan berlangsung lambat lantaran kondisi lalu lintas di jalur ini sangat padat. Penurunan girder baru bisa dilakukan pada malam hari ketika lalu lintas senggang. Untuk menurunkannya mengÂgunakan crane besar.
"Jika dilakukan di pagi hari, akan menghambat akses menuju pelabuhan kan," terangnya.
Setelah girder dicopot, tiang bisa dibongkar. Pembongkaran bisa dilakukan pada siang hari karena eskavator bisa bekerja di area yang sempit.
Hediyanto meminta kontraktor segera menuntaskan pembongÂkaran tiang dan melakukan pemÂbangunan kembali. "Usahakan kerja 7 hari dalam sepekan, kerja secara shift" harapnya.
Kontraktor proyek tol akses pelabuhan seksi E2 adalah perusahaan Jepang Kajima Corporation dan BUMN PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Kedua perusahaan akan menanggung biaya pembongkaran dan pemÂbangunan ulang tiang pondasi jalan layang.
"Untuk merobohkannya saja butuh anggaran Rp 400 miliar. Membangunnya kembali butuh Rp 400 miliar lagi. Sisanya untuk proses lain, seperti menuÂrunkan dan memasang kembali girder yang sudah telanjur terÂpasang. Totalnya Rp 1,4 triliun," ungkap Hediyanto
Biaya tersebut sepenuhnya ditanggung pihak kontraktor karena merasa bertanggung jawab. Waskita juga ikut menanggung biaya pembongkaran dan pemÂbangunan tiang baru.
"Dari Rp 1,4 triliun, Waskita tanggung Rp 150 miliar sesuai dengan porsi di kerjasama itu," kata Hediyanto.
Corporate Secretary Waskita, Antonius Yulianto mengatakan pihaknya mengusulkan agar tiang yang sudah berdiri jangan dibongkar dulu.
"Kita uji dulu apakah bisa dipakai atau tidak," ujarnya.
Namun pihak Kajima selaku kontraktor utama (main contracÂtor) memutuskan tiang-tiang itu dibongkar dan dibangun baru. "Sebenarnya ada opsi tiang retak ini diperkuat saja, tetapi ternyata Kajima itu tidak ingin reputaÂsinya rusak, makanya mereka bilang ini tetap dibongkar saja dan mereka akan tanggung seÂmua dananya baik untuk memÂbongkar dan membangunnya kembali," kata Hediyanto.
Waskita akhirnya setuju setelah berunding dengan Kajima mengenai biaya yang harus ditanggung BUMN ini. "Porsi pembangunan kita dengan Kajima sebenarnya sebesar 40 persen, tetapi kita nego. Akhirnya kita hanya kena sekitar Rp 140 miliar," kata Anton.
Warga Keluhkan Banyaknya Debu dan Suara Bising
Belum rampungnya pembanÂgunan jalan tol akses Tanjung Priok menyebabkan jalan-jalan yang mengarah ke pelabuÂhan dilanda kemacetan parah. Panjang kemacetan bisa menÂcapai belasan kilometer.
Salah seorang pengendara motor. Teguh Paiman (45) mengatakan terpaksa mencari jalan alternatif lain menuju arah Koja lewat Jalan Kramat Jaya. "Macetnya parah, kemacetan ini hampir setiap pagi dari arah Cilincing ke arah Koja," ujar Teguh.
Agar tidak terjebak macet, dia terpaksa mencari jalan tiÂkus. Kalau biasanya cukup 20 menit sekarang bisa mencapai satu jam-an jika melewati Jalan Raya Pelabuhan.
Menurutnya, sebelum ada perbaikan jalan bisa dilalui 3 jalur dari kiri dan kanan. Tai sejak adanya proyek tol terjadi penyempitan jalan. Kemacetan semakin parah akibat antrean panjang ratusan kontainer yang akan menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
"Kemacetan tidak mengenal hari libur, dari pagi, siang dan malam juga terus berlangÂsung," pungkasnya.
Proyek yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini juga mengusik warga sekitar. Warga terganggu suara bising dan debu dari proyek.
"Toko harus dibersihkan minimal pagi, siang, dan malam. Kalau tidak, debunya bisa lebih tebal dari ini," ujar Sodikin.
Menurut dia, debu semakin banyak sejak pilar-pilar tol yang tepat berada di depan tokonya dibongkar pelaksana proyek.
Sejak proyek pembangunan Tol Tanjung Priok, khususnya Seksi E2 dimulai empat tahun lalu, setiap hari warga harus berjibaku dengan debu yang mengganggu aktivitas. Belum lagi soal kemacetan lalu lintas saban hari.
"Dampaknya sampai penuÂrunan omzet, sekitar 10 persen. Soalnya pembeli jarang yang mau ke daerah sini karena terkenal macet. Belum lagi dinding penghalang pengerjaan tol membatasi pengendara ke temÂpat kami. Jadi jualan semakin terganggu," ujarnya.
Ke Pelabuhan Lewat Jalan Biasa, Kontainer Terhambat Macet
Kontraktor pembanguÂnan jalan tol akses pelabuhan Tanjung Priok akan merobohÂkan 69 tiang di Seksi E2 yang berada di Jalan Cilincing Raya. Pembongkaran tiang-tiang itu akan tak sesuai spesifikasi.
Menurut A Tim Konsultasi Larangan Pembatasan Lembaga Konsultasi Kepabeanan KADIN Jakarta, Adil Karim, pembongkaran ini akan berÂpengaruh terhadap dwelling time.
"Dengan adanya pembongÂkaran ini berarti kita harus bersabar lagi 2-3 tahun dwellÂing time kita masih akan berÂmasalah," kata.
Adil menyampaikan, masalah akses jalan di darat turut mempengaruhi proses keluarnya barang dari pelabuhan. Proses keluarnya barang sendiri dihitung sebagai salah satau kegiatan yang menyumbang lambatnya proses dwelling time.
"Lambatnya penyediaan jalan yang baik. Ini turut memÂpengaruhi dwelling time. Itu mempengaruhi juga. Karena arus barang itu kan ada faktor daratnya," tuturnya.
Ia menyarankan agar ada penyediaan jalan alternatif sementara bagi akses keluar masuknya truk pengangkut barang dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengatasi masalah sementara.
"Sambil menunggu pemÂbangunan ulang Jalan Tol Akses Tanjung Priok selesai," imbuhnya.
Proses dwelling time menÂcakup pre-custom yaitu proses dokumen barang, lalu custom atau tahap pemeriksaan bea cuÂkai, hingga post custom yaitu proses keluar barang. Kondisi di sekitar pelabuhan dianggap juga mempengaruhi proses post custom, meski rangkaian terlama dwelling time ada di tahap precustom.
Dengan terselesaikannya seluruh kelima seksi pada Jalan Tol Akses Tanjung Priok, maka fungsi sistem jaringan JORR dari arah timur ke barat melalui sisi Utara dan sebaliknya akan terakomodasi dengan baik terutama untuk angkutan berat (angkutan khusus pelabuhan).
Mobilitas pelabuhan akan menjadi lebih tinggi mengingat Jalan Tol Akses Tanjung Priok ini mengakomodasi ramp on dan ramp off yang khusus disediakan untuk melayani kegiatan kendaraan angkutan peti kemas yang masuk dan keluar Pelabuhan Tanjung Priok dari atau ke arah barat maupun timur Jakarta. ***