Berita

ilustrasi/net

On The Spot

Suplai Air Bersih ke Bandara Soekarno-Hatta Berkurang

Kemarau, Sungai Cisadane Menyusut Drastis
JUMAT, 31 JULI 2015 | 10:01 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Belasan orang bertelanjang dada nyebur ke Sungai Cisadane di depan saluran penyedotan air (intake) PDAM Tirta Benteng, Kota Tangerang. Menggunakan cangkul dan sekop, mereka menggali lumpur di tepi sungai.
 
Musim kemarau, ketinggian air sungai yang berhulu di Bogor ini menyusut drastis. Dasar tepi Cisadane berubah menjadi dara­tan. Endapan lumpur dasar sun­gai yang mengering bisa dipijak. Hanya bagian tengah sungai selebar 125 meter itu yang masih berair agak dalam.

Belasan meter dari tempat ini terdapat bendungan air. Warga Kota Tangerang menyebutnya Pintu Air 10. Sebab memiliki 10 pintu yang bisa dibuka-tutup untuk mengalirkan air.

Bendungan ini berfungsi se­bagai pengatur aliran Cisadane untuk keperluan irigasi pertanian di utara Tangerang. Beberapa hari lalu, pintu air nomor 6 jebol. Aliran air Sungai Cisadane jadi tak bisa diatur. Air mengalir tan­pa ada penghalang. Akibatnya, ketinggian permukaan air sungai ini menyusut hingga 2 meter.

"Airnya kering, nggak bisa masuk ke intake," kata salah seorang pekerja yang menggali lumpur di tepi Cisadane.

Para pekerja harian lepas dikerahkan untuk membuat sodetan dan kolam di depan saluran intake. Tujuannya agar air dari Cisadane bisa disedot. Intake terhubung dengan mesin penjernih air.

PDAM Tirta Benteng memi­liki tiga saluran intake di tepi Cidasane. Badan usaha milik Pemerintah Kota Tangerang ini mengolah air sungai Cisadane menjadi air bersih. Setelah proses penjernihan, air disalurkan ke masyarakat.

Berjam-jam menyibakkan lumpur dengan cangkul, sekop maupun tangan kosong, upaya para pekerja mulai membuahkan hasil. Air Cisadane mengalir ke kolam buatan lalu masuk saluran intake.

Air yang masuk saluran intake keruh: cokelat kehitaman. Juga penuh sampah. Seorang petugas PDAM terlihat mengangkat sampah-sampah dengan jaring. "Ini dapat ikan sapu-sapu juga," katanya. Sampah harus dibersi­hkan agar tak tersedot masuk ke mesin. Kesibukan juga terlihat di Pintu Air 10. Belasan orang memperbaiki pintu air nomor 6 yang rusak.

Edy Kurniadi, Staf Hubungan Kerjasama PDAM Tirta Benteng mengatakan pintu nomor 6 ru­sak sehingga tak bisa ditutup. Padahal, pihaknya sudah mem­inta aliran Cisadane dibendung sementara agar permukaan tetap tinggi. Sehingga bisa masuk ke saluran intake PDAM.

"Air tidak bisa masuk ke in­take karena sedimentasi dan air kering. Jadi harus dibendung," ujar Edy.

Edy menjelaskan endapan lumpur di tepi sungai yang mengering menghalangi air yang masuk ke saluran intake PDAM. Selasa lalu, pompa PDAM hanya bisa menyedot air sebanyak 50 liter per detik. Normalnya, bisa 455 liter per detik.

Berkurangnya air Cisadane yang bisa disedot, kata dia, menyebabkan air bersih yang bisa dialirkan ke warga Kota Tangerang ikut menurun.

"Air ke masyarakat sudah lama kecil, sempat mati juga," terangnya.

Edy berharap agar pintu air yang rusak segera diperbaiki. Jika dibiarkan, permukaan air Cisadane tetap rendah dan sulit masuk saluran intake PDAM. Warga Kota Tangerang maupun industri yang menjadi pelanggan PDAM Tirta Benteng terancam krisis air bersih.

Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah mengatakan pihaknya ikut turun tangan me­nambal kebocoran di Pintu Air 10 dengan karung-karung pasir.

Ia telah menghubungi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, meminta pintu air yang jebol segera diperbaiki. Rusaknya pintu air ini berpengaruh kepada produksi air bersih untuk warga Kota Tangerang.

"PDAM Tirta Benteng seka­rang sudah berhenti produksi. Suplai ke Bandara juga sudah tu­run 50 persen," terang Arief. Bandara yang dimaksudnya adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang berada di wilayah Benda, Kota Tangerang.

Arief bersama Kepala Dinas SDA dan Bina Marga, Nana Trisyana telah mengerahkan dua pompa untuk membantu PDAM Tirta Benteng agar air Cisadane bisa disedot masuk ke intake.

Strategi lainnya, mencari air baku dari saluran intake ke Jakarta dan Kali Angke untuk diolah menjadi air bersih.

Bukan hanya PDAM Tirta Benteng yang kesulitan air baku akibat menyusutnya permu­kaan sungai Cisadane. PDAM Kerta Raharja milik Pemerintah Kabupaten Tangerang juga mengalami krisis air baku.

Febi Wibowo, Kepala Bagian Informasi PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang menyebutkan ada 93 ribu pe­langgan yang terganggu pasokan air bersihnya akibat mengering­nya Cisadane. "Pelanggan kami yang jaraknya jauh dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) mungkin tidak mendapatkan air bersih," ujarnya.

Instalasi pengolahan air ber­sih PDAM Tirta Kerta berada di Cikokol. Juga berada di tepi Cisadane.

Febi menyebutkan puluhan ribu pelanggan yang menunggu pasokan air PDAM Tirta Kerta di tiga wilayah. Yaitu, di Wilayah 1 melingkupi 13 kecamatan di Kota Tangerang dengan total 19.497 pelanggan.

Kemudian, Wilayah 2 yang meliputi kawasan Kota Bumi dan Pasar Baru dengan pelang­gan sebanyak 47.048 pelanggan. Berikutnya, Wilayah 3 meliputi kawasan Perumnas Karawaci dan Kelapa Dua sebanyak 27.312 pelanggan.

Untuk mengantisipasi krisis air, kata Febi, pihaknya menyarankan para pelanggan me­nampung air saat ada aliran. "Sebaiknya segera stok tampun­gan air bersih di bak-bak yang ada," katanya.

Perbaikan Pintu Air 10 Baru Rampung 2 Bulan Lagi
Ditangani Pemerintah Pusat

Ketinggian permukaan air sungai Cisadane menyusut drastis sejak pintu air di Bendungan Pasar Baru atau biasa disebut Pintu Air 10 jebol. Air sungai mengalir ke utara Tangerang tanpa bisa diken­dalikan. "Sejak dua bulan lalu kita tutup (pintu air)," kata Sumarto, Kepala Pintu Air 10.

Sejak masuk musim kemarau, debit air dari aliran dari hulu di Bogor, Jawa Barat, berkurang . Sebab wilayah Bogor beberapa bulan tak mengalami hujan. Hal sama juga di daerah aliran sungai (DAS) Cisadane di Tangerang.

Menurut Sumarto, penutupan pintu air ini dilakukan agar permukaan Cisadane di wilayah Kota Tangerang tetap tinggi. Sehingga air bisa masuk saluran intake PDAM Tirta Benteng milik Pemkot Tangerang mau­pun PDAM Tirta Kerta milik Pemkab Tangerang.

Kedua PDAM itu menyalurkan air bersih untuk masyarakat maupun industri di wilayah Tangerang. Air bersih untuk Bandara Soekarno-Hatta juga dipasok dari Tangerang.

"Satu pintu rusak," kata Sumarto. Pintu nomor 6 tak bisa ditutup. Karet di pinggir pintu air dari baja sobek. Air pun menga­lir ke belakang bendungan yang lebih rendah.

"Yang rusak itu karet shield vertikal, sudah ditangani oleh pemerintah pusat. Satu atau dua bulan lagi selesai," katanya.

Selama menunggu perbaikan itu, warga Tangerang terancam krisis. PDAM kekurangan air baku. Saat ini debit Cisadane hanya 20 meter kubik per detik. Normalnya, berkisar 50-100 meter kubik perdetik.

Tidak hanya debit air, keting­gian air juga merosot tajam. Biasanya, ketinggian air normal di Pintu 10 adalah 1.240-1.250 cm. Saat ini, ketinggian air hanya 1110 cm. "Semoga hujan cepat datang," harap Sumarto.

Ia mengkhawatirkan jika tak kunjung turun Cisadane bisa men­gering. Wilayah Tangerang akan kesulitan sumber air baik untuk irigasi maupun air bersih.

Ladang Kekeringan, Petani Protes ke Kepala Pintu Air

Sumarto, Kepala Pintu Air 10 terlihat serius mengamati garis ukur ketinggian air sun­gai Cisadane. Ketinggian air menunjukkan angka 1.110 cm, tidak membuatnya senang.

"Normalnya, minimal 1.240 cm," ujar Sumarto sambil kem­bali ke ruang operator.

Menurut Sumarto, keting­gian air di bawah 1.200 meter berpotensi Cisadane men­geringi. Terlebih lagi, hujan sudah tidak datang sejak empat bulan silam. Agar Cisadane tidak mengering, pria berkulit cokelat itu menutup seluruh pintu 10. Sayang, satu di antaranya rusak.

Aksi membendung air sudah dilakukan sejak dua bulan silam. Tidak hanya pintu bendungan yang ditutup. Pintu air kecil seperti saluran induk barat, juga ditutup. Saluran itu, menuju daerah pertanian di Tangerang. Antara lain, daerah Mauk, Kronjo, Sepatan, dan Kemiri.

"Kita sudah tutup, petani su­dah nggak dapat air," katanya.

Di tutupnya pintu air ke daerah pertanian, kata Sumarto, mengundang puluhan petani datang ke Pintu Air 10. Pria yang akrab disapa

"Pak Bendung" itu sempat diomeli petani lantaran lahan pertaniannya tak dapat air. "Ini bagaimana Pak Bendung, to­long aliran air di buka," cerita Sumarto menirukan keluhan para petani.

Sumarto tidak banyak bicara menghadapi kemarahan petani. Ia pun mengajak pemrotesnya untuk melihat sendiri kondisi air Cisadane di bendungan ini.

Setelah itu, para petani itu pergi dengan sendirinya. Beruntung, sebagian besar petani sudah memasuki masa tanam (MT) tiga, untuk jenis tanaman palawija. Tanaman itu tidak butuh air terlalu banyak.

"Kalau MT1 dan 2 kita yang nangis, karena masih masa tanam padi yang butuh air cukup banyak," terangnya.

Sumarto berharap hujan segera turun. Pasalnya, jika berminggu-minggu lagi debit Cisadane tetap minim, wilayah Tangerang bakal kekeringan.

Selain itu, satu pintu dari Pintu 10 rusak dan jebol. Sehingga air yang dibendung mudah keluar dan semakin membuat permukaan Cisadane yang sudah rendah, cepat surut.

"Iya, tiang penyangga pintu­nya jebol dan membuat celah aliran air sekitar 30 cm," terang Sumarto, sembari menyatakan pintu itu sudah rusak sejak dua bulan lalu dan tengah proses perbaikan oleh pemerintah pusat.

Balai Besar Ciliwung-Cisadane Kirim Tiga Pompa
Sungai Cisadane menghidupi puluhan ribu rumah warga, pertanian, dan tak ke­cuali Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang. Bandara yang bera­da di wilayah Kota Tangerang itu, mengandalkan pasokan air bersih dari PDAM setempat.

Kemarau panjang mem­buat produksi air bersih yang sumbernya dari Cisadane, menurun. Selasa lalu PDAM Tirta Benteng sempat ber­henti beroperasi lantaran tak bisa menyedot air sungai. Penyebabnya permukaan air menyusut drastis.

Meski telah dibantu 3 pompa banjir dari Balai Besar Ciliwung-Cisadane, jumlah air yang bisa disedot ke saluran intake hanya sedikit. Kurang dari 150 liter per detik.

"Ini mengancam distribusi air ke masyarakarat, termasuk Bandara Internasional Soekarno Hatta," ujar Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah yang memantau debit air di Pintu Air 10 bersama Bupati Tangerang Ahmad Zaki, beberapa hari lalu.

Arief maupun Zaki menda­pat laporan bahwa salah satu pintu air di Pintu Air 10 ru­sak. Akibatnya air tak bisa dibendung.

Menurut Arief, selama ini pemerintah pusat melalui Dirjen Sumberdaya Air dan Balai Besar Ciliwung-Cisadane Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat hanya melakukan pemeliharaan terh­adap pintu air yang dibuat za­man Belanda itu. Padahal yang dibutuhkan adalah rehab total.

"Selama ini cuma perbaiki yang rusak, tapi tidak diganti. Sekarang sudah 8 pintu yang rusak, dan 1 yang jebol. Ini memang harus segera diganti semua," kata Arief.

Sementara menurut Zaki, pe­merintah pusat sudah berganti-ganti presiden namun perhatian terhadap kondisi Pintu Air 10 dan normalisasi Cisadane tetap minim. Padahal, pintu air ini mengatur aliran Cisadane menjadi sumber air banyak orang.

Menurut Zaki, jebolnya Pintu Air 10 telah berdampak pada saluran irigasi di Kabupaten Tangerang. Selain itu juga mengancam distribusi air ber­sih melaui PDAM Tirta Kerta Raharta ke-17 kecamatan. "Saluran irigasi sudah kering," jelasnya.

Dia berharap pemerintah pusat tidak hanya sekedar wacana, namun realisasi nyata. Pasalnya, desain utuk normalisasi Cisadane sudah ada, tinggal melaksanakan saja. Pintu Air 10 juga harus dire­hab total karena sudah hampir 100 tahun.

"Jadi kalau tidak segera melakukan normalisasi, per­cuma bicara penanganan ban­jir, air bersih atau ketahanan pangan, kondisinya sudah tidak memungkinkan," pung­kasnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jadi "Pengacara", Anies Ajak Publik Berjejaring di LinkedIn

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:09

Prabowo Tak Perlu Ganti Kapolri

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:05

Zaken Kabinet Prabowo Bakal Rekrut Profesional dari Parpol?

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:52

KPK Amankan Uang Lebih dari Rp10 Miliar dalam OTT di Kalsel

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:32

4 Boks Dokumen Disita Kejagung dari 5 Ruangan KLHK

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:23

Adi Prayitno: Sistem Pilkada Serentak Perlu Dievaluasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:00

Pemuda Katolik Sambut Baik Pengangkatan Uskup Bogor jadi Kardinal

Senin, 07 Oktober 2024 | 18:49

Andra Soni Janjikan Rp300 Juta per Desa Jika Jadi Gubernur Banten

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:45

Polda Metro Jaya Dalami Asal Puluhan Ribu Pil Ekstasi di PIK

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:21

Peringati Setahun Perang Gaza, Hizbullah Serang Kota Haifa Israel

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:18

Selengkapnya