Berita

ilustrasi/net

On The Spot

Bor dari Jepang Dirakit di Bawah Patung Pemuda

Pembuatan Stasiun MRT di Jalan Sudirman
SENIN, 08 JUNI 2015 | 09:08 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pengerjaan proyek transportasi massal Mass Rapid Transit atau disingkat MRT di Patung Pemuda Membangun di bundaran Senayan, Jakarta Selatan terus berjalan. Air mancur dan taman yang biasanya tampak di sekitar patung sudah tak terlihat. Sebagai gantinya, alat-alat konstruksi terparkir di area sekitar patung yang diresmikan tahun 1972 itu.

Pada bagian tengah area proyek, terlihat kolom-kolom baja yang membentuk rangkaian rumit di bawah kaki patung. Rangkaian baja tersebut dibuat mengelilingi patung. Beberapa kolom baja tampak digunakan untuk menyangga patung ini, agar tak bergeser dari tempatnya.

Tanah di bawah kaki patung, sudah dikeruk sehingga mem­bentuk ruangan yang cukup besar. Ruangan ini rencananya akan dipakai sebagai tempat awal pengeboran, untuk pem­buatan stasiun disepanjang jalan Sudirman.

Bornya sendiri, sudah tiba di Jakarta. Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT MRT, Dono Boestami. Mesin tersebut akan segera diproses untuk melakukan pengeboran di bawah tanah.

"Satu unit mesin bor telah tiba di Jakarta, dari Jepang. Saat ini mesin bor itu masih di Pelabuhan Tanjung Priok," kata Dono.

Dono melanjutkan, nantinya bor tersebut akan digunakan untuk pembangunan stasiun bawah tanah pertama. Mesin bor akan dipakai untuk membuat terowongan di stasiun Bundaran Senayan. Pada titik ini, keda­laman penggalian tanah sudah mencapai kedalaman 12 meter.

"Sesuai dengan kedalaman maksimum yang direncanakan," sambungnya.

Bor tersebut dikirim dalam bentuk komponen-komponen. Rencananya, bor ini akan dirakit di bawah Patung Pemuda Senayan, Jakarta. Area penurunan bor ini akan jadi lokasi workshop, sekaligus area penurunan material galian. Tempat ini juga akan jadi penyuplai material berupa segmen beton ke Tunnel Boring Machine (TBM).

Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, M Natsir mengatakan, saat ini mesin bor raksasa terse­but masih dalam pengurusan ad­ministrasi. "Kalau site di Patung Pemuda Senayan sudah selesai, bornya akan dibawa. Sekitar 2 atau 3 minggu lagi," kata dia.

Menurut dia, saat ini seluruh lokasi stasiun bawah tanah telah siap untuk dilakukan pengebo­ran. Karena selama ini, pihaknya sudah mempersiapkan konstruk­si skala besar untuk membuat penguatan dinding, dan station box (kotak stasiun). Di mana akan menjadi pintu masuk bagi mesin bor terowongan.

"Namun begitu, mesin ini tak dapat langsung melakukan pengeboran. Mesin membutuh­kan waktu perakitan lebih dari sebulan. Sebab proses perakitan butuh waktu sekitar 1,5 bulan," terangnya.

Tak heran jika perakitannya cukup memakan waktu. Ukuran bor tersebut memang cukup besar. Bor raksasa MRT buatan Jepang ini memiliki lebar 6,65 meter dan panjang 9 meter. Bor berukuran raksasa tersebut ber­warna putih.

Pada bagian samping, terdapat nama-nama kontraktor, konsultan proyek pembangunan MRT ini. Sebelum melakukan pengeb­oran, alat ini harus diturunkan di kedalaman yang sudah ditentu­kan. Setelah dirakit, bor ini akan mulai membelah perut bumi di bawah jalan Sudirman.

"Lalu bor ini akan menembus sungai Ciliwung, yang ada di jalan Sudirman," papar Natsir.

Setelah mengebor sejauh be­berapa meter, bor raksasa ini bisa langsung memasang segmen beton untuk menyangga tero­wongan yang telah dibuatnya. Satu segmen beton meliki pan­jang 1,2 meter, lebar 4,2 meter dan tebal 30 centimeter (cm). Untuk membuat satu lingkaran dibutuhkan 6 segmen beton.

"Segmen beton ini nanti­nya dipasang menggunakan crane yang ada di dalam bor," tuturnya.

Tanpa bor raksasa ini akan butuh waktu lama untuk me­lubangi tanah. Apalagi kawasan Sudirman sangat sibuk, dan dan dipenuhi gedung bertingkat, sehingga sulit untuk membuat terowongan dengan pengeboran dari atas.

"Rencananya ada beberapa stasiun MRT yang ada di bawah tanah yaitu Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Budaran HI," kata Natsir.

Dia menambahkan, sambil menunggu bor itu selesai, peru­sahaannya juga menunggu satu bor raksasa tiba di Indonesia. Rencananya, bor pertama akan mulai bekerja di Patung Pemuda Membangun di Senayan, pada 17 Agustus 2015. Bulan berikut­nya, bor kedua akan bekerja dari Bundaran Hotel Indonesia.

"Dua mesin yang memiliki panjang sekitar 3 meter dengan diameter lingkaran 6,7 meter itu, akan bekerja selama 24 jam dalam sehari. Setelah mulai bekerja, kedua mesin tersebut diprediksi akan bertemu di Setiabudi pada 2016," kata dia.

Setelah itu, pihaknya akan langsung melanjutkan pekerjaan ke tahap kedua. Untuk tahap kedua, pengeboran akan dimulai pertengahan atau akhir 2016. Dua mesin bor itu akan datang lagi tahun depan.

"Jadi total ada empat mesin yang mengebor," jelas Natsir.

Sementara itu, salah satu kon­traktor pengebor dari SOWJ (Shimizu-Obayashi-Wika-Jaya Konstruksi), Kazuya Osako mengatakan, sebelum mesin bor raksasa didatangkan, perusahaan sudah meriset kadar dan jenis ta­nah di Jakarta untuk disesuaikan dengan mata pisau.

Kesulitan mengebor di Jakarta, ucap dia, hanya tenaga kerja yang kurang memadai dalam menggarap proyek MRT. "Tanah di Jakarta lebih halus dibanding­kan di Singapura yang berbatu," kata dia.

Bor Lubangi Tanah di Bawah Ciliwung


Salah satu tantangan yang di­hadapi di jalur bawah tanah MRT (rute Lebak Bulus-Bundaran HI) adalah sungai Ciliwung yang ada di Jalan Sudirman. Rencananya jalur MRT akan menembus bagian bawah sungai tersebut untuk mencapai Bundaran HI.

"Kira-kira nanti jalur MRT-nya akan ada di bawah Sungai Ciliwung, dengan kedalaman 10 meter," kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, M Natsir.

Dia menjamin, konstruksi di bawah Sungai Ciliwung ini aman, dan tidak akan menim­bulkan masalah. Sebab pihaknya sudah melakukan perhitungan, dengan seksama.

"Di luar negeri malahan kon­struksinya di bawah gedung-gedung bertingkat. Tapi tentu konstruksinya harus lebih da­lam," terangnya.

Nasir mengungkapkan, pihaknya sudah membangun ko­lom stasiun bawah tanah, atau kingpost, setelah pengerjaan dinding stasiun atau D-Wall rampung. Kolom stasiun meru­pakan struktur sementara, yang diperlukan untuk menopang lapisan permukaan tanah, saat dilakukan penggalian ruang stasiun bawah tanah.

Selain kolom stasiun, kata dia, pihaknya juga sudah melakukan persiapan dengan melindungi patung pemuda yang berada di Bundaran Senayan. Patung berbentuk lelaki yang sedang membawa obor tersebut sudah diberi penyangga, dan di seki­tarnya dijepit dengan menggu­nakan baja.

"Supaya tidak roboh jika dilakukan penggalian di bawah­nya," tuturnya.

Lebih lanjut Natsir mengung­kapkan, nantinya kedalaman stasiun bawah MRT di Jalan Sudirman akan bervariasi. Dia pun mencontohkan tinggi atap stasiun di Senayan dan Dukuh Atas. Atap stasiun bawah tanah MRT di Senayan, yang kedalamannya sekitar 2,5 meter. Sedangkan untuk Dukuh Atas, atap stasiun MRT akan jauh lebih dalam.

"Di sekitar Senayan relatif lebih bersih dari utilitas seperti kabel, pipa dan juga jaringan lainnya. Kalau di Dukuh Atas lebih banyak utilitas jadi lebih dalam," paparnya.

Ada 6 Stasiun MRT yang be­rada di bawah tanah ini adalah Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Bundaran HI. Rencananya untuk menghubungkan stasiun-stasiun tersebut akan dikerahkan 4 bor raksasa untuk mengebor Jl Sudirman. Dua bor akan menge­bor dari bawah Patung Pemuda Membangun arah HI.

Sedangkan dua bor lainnya akan mengebor dari HI arah ke Patung Pemuda Senayan.

Anggaran Proyek Membengkak Rp 1,3 Triliun
Rancangan Berubah

Penyelesaian proyek pembangunan MRT diperkira­kan molor. Pasalnya belum se­mua lahan yang terkena proyek itu bisa dibebaskan.

Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Muhammad Natsir menjelaskan, pihaknya tak bisa mengoptimalkan pengerjaan proyek. Penyebabnya, masih adanya lahan-lahan yang belum dibebaskan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Saat ini, kami hanya bergerak di titik yang status tanahnya sudah jelas. Kami tak tahu kapan hal itu bisa beres. Soal pembe­basan tanah ini sudah diserahkan sepenuhnya ke Pemprov DKI," ujarnya di Jakarta.

Selain kendala fisik, Natsir mengungkapkan, ada juga hambatan di sektor finan­sial. Biaya pembangunan MRT sendiri terancam membengkak sebesar Rp 1,38 triliun.

"Pembengkakan itu adalah efek dari tak kunjung tuntasnya pembebasan lahan di sejumlah tempat, perubahan terhadap standar penggunaan besi baja, dan perubahan rancangan," tuturnya.

Menurut dia, besaran terse­but didapat dari hasil penghi­tungan konsultan Jepang yang membawahkan proyek pem­bangunan MRT tahap satu. Biaya pembangunan MRT tahap pertama dikucurkan dalam dua tahap oleh Pemerintah Jepang.

"Soal kelebihan biaya masih dibahas oleh PT MRT Jakarta, Pemerintah Pusat, dan Pemprov DKI," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta, Dono Boestami mengaku, tidak tahu menahu seputar pihak yang nantinya akan menanggung biaya tamba­han pembangunan mass rapid transit (MRT). Sebab, kata dia, urusan pendanaan berada pada wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan penyandang dana utama proyek MRT di Jakarta, Japan International Coorporation Agency (JICA).

"Nanti akan ada duduk bareng antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan JICA. Nanti mereka akan diskusi ber­sama, baru nanti kelihatannya di sana," ungkapnya.

Dono menyatakan, pada proyek pembangunan MRT sendiri, PT MRT hanyalah pihak yang bertugas untuk melaksanakan pembangunan. Karena itu, PT MRT tidak akan mempermasalahkan sumber pendanaan yang nantinya akan digunakan.

"Kalau saya sih tidak mau mendiskusikan berapa besar biaya. Yang penting sumber pendanaan bisa segera ditandatangani. Terus pemerintah bisa memproses pendanaan untuk tahap selanjutnya. Itu lebih penting. Kami dari PT MRT intinya sih uangnya itu dari mana saja tidak terlalu masalah. Yang penting bersedia, kami akan kerjakan," tegasnya.

Biaya pembangunan MRT tahap pertama dikucurkan da­lam dua tahap oleh Pemerintah Jepang. Kucuran pertama sebe­sar 50 miliar yen dan kucuran yang kedua sebesar 75 miliar yen. Rute MRT tahap satu akan menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran HI. Rute yang membentang sepanjang 9,8 kilo­meter ini direncanakan akan beroperasi paling lambat pada tahun 2018. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jadi "Pengacara", Anies Ajak Publik Berjejaring di LinkedIn

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:09

Prabowo Tak Perlu Ganti Kapolri

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:05

Zaken Kabinet Prabowo Bakal Rekrut Profesional dari Parpol?

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:52

KPK Amankan Uang Lebih dari Rp10 Miliar dalam OTT di Kalsel

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:32

4 Boks Dokumen Disita Kejagung dari 5 Ruangan KLHK

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:23

Adi Prayitno: Sistem Pilkada Serentak Perlu Dievaluasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:00

Pemuda Katolik Sambut Baik Pengangkatan Uskup Bogor jadi Kardinal

Senin, 07 Oktober 2024 | 18:49

Andra Soni Janjikan Rp300 Juta per Desa Jika Jadi Gubernur Banten

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:45

Polda Metro Jaya Dalami Asal Puluhan Ribu Pil Ekstasi di PIK

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:21

Peringati Setahun Perang Gaza, Hizbullah Serang Kota Haifa Israel

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:18

Selengkapnya