Berita

ilustrasi/net

On The Spot

Rawan Terbakar, Gedung Pelni Dipasang Peringatan

Lift Mati, Tangga Darurat Tanpa Penerangan
JUMAT, 05 JUNI 2015 | 10:36 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

"Bangunan ini tidak memenuhi keselamatan kebakaran." Demikian tulisan di stiker merah yang dipasang di pintu kaca depan gedung penjualan tiket Pelni di Jalan Angkasa Nomor 18, Kemayoran, Jakarta Pusat. Segel ini dipasang setelah stiker tanda peringatan berukuran besar dipasang setelah Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta menginspeksi gedung yang pernah terbakar ini akhir Mei.
 
Melewati pintu kaca, tanda peringatan serupa juga dipasang antara dua lift. Tepat di atas prasasti peresmian ge­dung yang ditandatangani Dirut Pelni Roesman Anwar pada 27 September 1993. Dari prasasti itu bisa diketahui usia gedung ini sudah 22 tahun.

Penempelan tanda peringatan ini membuat resah Oji, karyawan PT Aspan, yang berkantor di gedung ini. Kantor tempat Oji bekerja, berada di lantai dua gedung 12 lantai itu. Selama ini dia selalu naik menggunakan anak tangga yang berada di sisi kanan bangunan. Bukan karena ingin berolah raga, tapi lantaran lift tidak berfungsi pascakebaran Agustus 2010.

Kebakaran itu menelan kor­ban jiwa. Usai api dipadamkan, dua karyawan ditemukan tewas di dalam lift di lantai tujuh. Keduanya ditemukan dalam posisi duduk. Diduga meninggal karena kehabisan oksigen.

Menuju anak tangga, tersedia meja resepsionis di sisi kanan tanpa penjaga. Menapaki anak tangga, suasananya sepi, seperti gedung tak berpenghuni. Semua bagian dalam gedung rusak. Plafon atap banyak terkelupas. Marmer yang melapisi dinding copot di sana-sini.

Tiba di lantai dua, cahaya lampu hanya menerangi dua ten­ant yang ditempati PT Aspan dan Solusi Integrasi utama. Keduanya anak perusahaan PT Pelni.

Di balik meja resepsionis PT Aspan, Oji menceritakan keresa­haannya atas musibah kebakaran yang pernah melanda gedung ini. Sebelum tanda peringatan itu dipasang pada akhir Mei lalu, pengelola gedung ini memang tak pernah menggelar simulasi kebakaran.

Meskipun tersedia selang pe­nyemprot air otomatis di plafon tiap lantai, menurutnya, itu tidak berfungsi. "Tapi hydrant-nya ada sih di bawah," katanya.

Oji menjelaskan, gedung Pelni Kemayoran itu sudah habis masa jayanya. Dulu puluhan perusahaan berkantor di sini. Pascakebakaran, satu per satu pindah. Tinggal em­pat yang masih bertahan.

Aktivitas perkantoran di gedung ini, ungkap Oji, tidak pernah lewat dari jam lima sore. Lagi-lagi lan­taran gedung ini dianggap angker. Entah siapa. "Memang angker gedung ini," bisik Oji.

Oji mengaku tak pernah be­ranjak dari kantornya di lantai dua sejak kebakaran. "Saya ng­gak berani naik ke lantai empat ke atas," bisiknya.

Ia menuturkan pernah punya pengalaman mengerikan ketika diminta memperbaiki jaringan wifi kantor yang putus. Jaringan itu berada di lantai tujuh. Ia pun naik lewat tangga darurat yang tidak diterangi lampu, karena lift tidak berfungsi.

Oji samar-samar melihat dua sosok yang mirip korban tewas dalam kebakaran lima tahun lalu. "Sejak itu saya nggak berani lagi naik ke atas".

Pemantauan Rakyat Merdeka, suasana di dalam gedung itu me­mang temaram. Selain jarang me­nemukan orang lalu lalang di setiap lantainya, lampunya pun cukup terbatas di tenant yang terisi saja.

Salah seorang pengelola ge­dung yang ditemui di lantai dasar mengungkapkan, suasana gedung sepi karena sejumlah perusahaan yang dulu berkantor satu per satu pindah setelah kebakaran.

Mengenai tanda peringatan yang dipasang di gedung ini, pria yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, bukan pihaknya yang bertanggung jawab mengurus penanggulangan kebakaran. Pengelola gedung ini hanya bertanggung jawab atas pa­sokan listrik dan air bersih. "Soal itu (penanggulangan kebakaran) dari pusat semua," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, Subejo mengamini pihaknya menyegel gedung Pelni Kemayoran karena rawan kebakaran. Penyegelan itu, sebagai upaya pengawasan sistem proteksi kebakaran pada seluruh gedung bertingkat di ibu kota.

"Kedua gedung yang disegel yakni Wisma Bumi Putera Jalan Sudirman dan Pelni Kemayoran, Jakarta Pusat," ujar Subejo di Balaikota, Rabu lalu.

Pemasangan stiker ini, lanjut­nya, diharapkan dapat memberi­kan sanksi sosial bagi pemilik dan pengelola gedung. Dengan adan­ya sanksi sosial dari masyarakat, menurut Subejo, pemilik atau pengelola gedung dapat segera bertindak memperbaiki sistem proteksi kebakaran.

"Setelah diperbaiki, kami akan verifikasi apakah benar telah diperbaiki atau tidak. Bila memenuhi syarat, maka stiker akan dicabut," tuturnya.

Bagaimana kondisi Wisma Bumiputera yang berada di kawasan elite Sudirman? Tak terlihat ada tanda peringatan yang dipasang. Ini juga diakui penghuni gedung.

"Baru tahu soal penyege­lan ini, tapi enggak ada tanda-tandanya," sebut Rahmat, se­orang office boy di gedung yang memiliki 20 lantai itu, kemarin.

Kabar Wisma Bumiputera dis­egel mengejutkan para pegawai yang berkantor di gedunh ini. Annisa misalnya, dia mengaku kaget mendapat informasi bahwa sistem proteksi gedung kantornya bekerja tidak sesuai standar. Raut mukanya tam­pak khawatir membayangkan kemungkinan terburuk yang mengancam keselamatan saat berada di gedung itu.

Pengelola Wisma Bumiputera membantah bahwa sistem pro­teksi kebakaran internal di ge­dung tersebut tidak lengkap. Sejumlah fitur penanggulangan kebakaran, seperti alarm, hidran air, sprinkler, dan tangga keba­karan telah tersedia.

"Saya tidak pernah mendapat laporan kalau gedung ini diang­gap tidak aman karena tidak lengkap sistem proteksinya. Ada semua," kata kepala bagian teknik Wisma Bumiputera, Firman.

Menurut Firman, fasilitas keselamatan di gedung ini dicek secara berkala, baik secara inter­nal maupun melibatkan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta. Sejumlah petugas juga mendapat pelatihan secara berkala untuk situasi seperti saat kebakaran.

"Pengecekan kami lakukan, kalau tidak salah bulan April atau Mei lalu pengecekan juga melibatkan Sudin Damkar. Petugas-petugas kami juga berikan pelatihan untuk menghadapi bencana, baik itu pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) maupun penanggulangan kebakaran," pungkasnya.

Karyawan Ngantor di Tempat Parkir
Wisma Kosgoro Belum Diperbaiki

Wisma Kosgoro masih terlihat gosong di bagian atasnya. Sejumlah kaca terlihat pecah-pecah. Mencegah puing terjatuh, jaring raksasa berwarna biru menjulur atap hingga ke dasar. Pascakebakaran 9 Maret silam, belum ada perbaikan fisik di gedung ini. Akibatnya, sudah nyaris tiga bulan, gedung itu tidak dipakai.

Pengelola mencegah para penyewa tenant di gedung itu kembali sebelum gedung itu benar-benar siap secara fisik. Tidak ada aktivitas di gedung yang tak jauh dari sentral ibu­kota ini.

Suasana ramai justru terlihat di tempat parkir mobil. Di be­lakang Wisma Kosgoro adalah gedung berlantai tiga yang menempel. Di gedung ini ken­daraan roda empat diparkir.

Lantai satu dan dua dipakai untuk kantor pengelola Wisma Kosgoro. Hanya lantai tiga yang dipakai untuk parkir mo­bil. Sedangkan lantai empat untuk masjid.

Arif, karyawan pengelola Wisma Kosgoro menyatakan, pascakebakaran pihaknya membuat kantor darurat di tempat parkir mobil. Sebab dalam gedung belum bisa dipakai.

Sekalipun bekerja di tempat parkir, menurutnya, tidak me­nyurutkan semangat pekerja. Semua pekerjaan bisa dilaku­kan tempat darurat ini. Fokus pengelola saat ini adalah mem­perbaiki gedung agar bisa ce­pat dihuni lagi. "Ini lagi pada rapat soal itu," bisiknya.

Pria itu menyebutkan, kantor darurat ini hanya untuk pengelola gedung. Perusahaan yang men­jadi tenant memilih pindah sementara ke tempat ini.

Pemantauan Rakyat Merdeka, di tempat parkir mobil berjejer meja kerja dengan sembilan komputer. Kabelnya menjuntai hingga ke lantai.

Sesekali terdengar suara khas printer mencetak doku­men. Pekerja tidak terganggu lalu lalang kendaraan. Sebab akses ke kantor darurat ini dipalang dengan bangku pa­jang. Seorang satpam berjaga di bangku ini. Pengemudi yang hendak parkir diarahkan ke lantai tiga.

Wisma Kosgoro terbakar pada 9 Maret malam. Semula api melalap lantai 16,17, 18, dan 19 dan bisa dipadamkan malam itu juga. Namun esok paginya, api kembali terlihat di lantai 20. Hingga kini pihak terkait belum mengumumkan penyebab kebakaran ini.

Untuk memperbaiki gedung ini, pimpinan Kosgoro meng­gelar Musyawarah Pimpinan Nasional di Surabaya, pada 25 Maret malam. Dalam forum itu, terkumpul uang "saweran" hingga mencapai Rp 150 miliar. Uang ini akan dipakai untuk merenovasi Wisma Kosgoro.

Selain dari perwakilan pengurus daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sumbangan juga diperoleh dari lembaga bentukan organisasi Kosgoro. Uang sumbang mulai dari Rp 1 miliar hingga Rp 20 miliar.

Menurut Ketua Umum Kosgoro, Hayono Isman, saw­eran ini sebagai bentuk gotong royong keluarga besar Kosgoro untuk membangun kembali bangunan yang memiliki nilai sejarah bagi organisasi ini.

"Saweran itu merupakan pengumpulan saham go pub­lic terbatas," ujar Hayono yang kini bernaung di Partai Demokrat. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jadi "Pengacara", Anies Ajak Publik Berjejaring di LinkedIn

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:09

Prabowo Tak Perlu Ganti Kapolri

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:05

Zaken Kabinet Prabowo Bakal Rekrut Profesional dari Parpol?

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:52

KPK Amankan Uang Lebih dari Rp10 Miliar dalam OTT di Kalsel

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:32

4 Boks Dokumen Disita Kejagung dari 5 Ruangan KLHK

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:23

Adi Prayitno: Sistem Pilkada Serentak Perlu Dievaluasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 19:00

Pemuda Katolik Sambut Baik Pengangkatan Uskup Bogor jadi Kardinal

Senin, 07 Oktober 2024 | 18:49

Andra Soni Janjikan Rp300 Juta per Desa Jika Jadi Gubernur Banten

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:45

Polda Metro Jaya Dalami Asal Puluhan Ribu Pil Ekstasi di PIK

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:21

Peringati Setahun Perang Gaza, Hizbullah Serang Kota Haifa Israel

Senin, 07 Oktober 2024 | 17:18

Selengkapnya