Setiap kendaraan melintas di bundaran Patra Jasa, di Jalan Patra Raya Raya, Kuningan, Jakarta Selatan terlihat menurunkan kecepatan. Akses jalan menuju Rasuna Said dipangkas separuh. Pada sisi kiri jalan, ada mega proyek pembangunan kantor baru Kedutaan Besar (Kedubes) Australia.
Baik roda dua maupun empat harus antre untuk melintas. Pasalnya, jalan yang tadinya memiliki lebar lima meter menjadi dua meter. Di sebelah kiri, sudah berdiri pagar seng setinggi tiga meter. Agar kokoh, di bagian bawah pagar berwarna biru itu dibariskan beton. "Sudah lebih dua tahun jalan ketutup (separuh)," ujar pria yang akrab disapa Babe.
Berprofesi sebagai tukang kopi keliling, Babe selalu meÂmarkirkan sepedanya dekat bundaran Patra Jasa. Disebut begitu, karena tepat di tengah bundaran terdapat tulisan Patra Jasa. Tempat itu banyak dilintasi pengendara karena menjadi jalur alternatif bagi yang ingin ke Kuningan tanpa harus memutar di kolong
flyover Pancoran.
Ketika siang hari, area bunÂdaran itu menjadi tempat favorit pengemudi taksi maupun supir pribadi untuk mangkal maupun beristirahat. Namun, saat petang menjelang kendaraan yang parkir sejajar itu harus berlalu pergi. Pasalnya, intensitas kendaraan semakin tinggi. Kemacetan terÂlihat di bundaran.
Beruntung, penutupan jalan akibat proyek Kedubes Australia tidak menjadi penyumbang kemacetan. Kata Babe, saat sore hari jarang sekali kendaraan menuju arah Rasuna Said. Sebaliknya, kemacetan menuju arah Jalan Gatot Subroto dan Pancoran tidak terhindarkan. "Tapi gelap kalau malam," tambah Babe sembari menyeduhkan kopi untuk pelanggan setianya.
Proyek itu dimulai dari bundaran Patra Jasa. Tepatnya, dari Jalan Patra Kuningan I. "Waspada ada pekerjaan konÂstruksi" demikian peringatan yang ditulis di spanduk di bundaran. Pemberitahuan penyemÂpitan jalan pun terpampang di pagar. Di spanduk itu, tertulis dua kontraktor besar yang mengerjakan pembanguna Kedubes Australia: Total Persada dan Leightons (Asia).
Melintasi jalan menyempit, kendaraan harus berjalan pelan. Bukan karena kemacetan, namun pagar proyek terlalu memakan badan jalan. Salah-salah, bisa menyenggol pagar beton setingÂgi satu meter. Pagar setinggi tiga meter itu cukup panjang memÂbentang ratusan meter. Pagar proyek berakhir tepat di depan pos polisi Patra Jasa. Setelah itu jalan kembali melebar.
Tidak terlihat lampu penerang jalan di sana. Hanya ada lampu penanda berwarna kuning yang kelap kelip di atas pagar. Lampu itu selalu ada setiap 15 meter. Dibangun untuk kantor negara tetangga, pengamanan pembanÂgunan pun super ketat. Hanya ada satu akses masuk ke dalam. Yaitu pintu utama yang berada dekat dengan pos polisi.
Tepat di sebelahnya, berdiri kokoh kantor Kedubes Inggris. Bangunannya juga sudah lama rampung. Sejak tahun 2013, kantor Kedubes Inggris sudah meninggalkan lokasi lamanya yang berada tepat menghadap Bundaran Hotel Indonesia.
Akses masuk proyek kantor Kedubes Australia yang baru itu terbilang ketat. Tidak sembarang orang bisa parkir di bagian deÂpan pintu proyek. Pihak keamanÂan berseragam biru langsung menghampiri setiap orang yang menghentikan laju kendaraan. Akses ke dalam area proyek juga ketat. Para pekerja yang keluar-masuk, harus melalui pintu metal detector. Dilarang membawa benda tajam, alat komunikasi, hingga kamera.
Dibandingkan dengan kantor Kedubes Inggris yang sudah berpenghuni, pengamanan di kantor Kedubes Australia yang baru itu kalah ketat. Di depan Kedubes Inggris, standby petuÂgas bersenjata laras panjang. Di depan pintu proyek Australia, petugasnya tanpa senjata.
Arif, petugas keamanan proyek Kedubes Australia terlihat serius memperhatikan setiap pekerja yang keluar masuk area pemÂbangunan. Saat sore hari, mulai dilakukan pergantian jam kerja atau shift. "Ini area perumahan elite, nggak bisa kerja tiga shift (24 jam)," ujar Arif.
"Jam 10 malam juga sudah pulang pekerjanya," tambah Arif sembari menjelaskan para pekerja diberikan dua mess untuk tinggal tidak jauh dari area proyek.
Proyek itu diakui Arif mulai dibangun sejak dua tahun lalu. Gedung baru Kedubes Australia akan berdiri di atas lahan seluas 40.500 meter. Jika nanti dirÂesmikan, akab menjadi kantor kedubes negara sahabat terbesar di Indonesia. Untuk meramÂpungkannya, mempekerjakan sekitar 3.000 tenaga kerja.
Diceritakan Arif, pembangunan kantor Kedubes lengkap dengan fasilitas kediaman resmi duta besar, kompleks tempat tinggal bagi para diplomat hingÂga fasilitas rekreasi itu, seharusnya rampung bulan Agustus mendatang. Namun, hingga kini, baru selesai 80 persen.
"Kontraktornya pasti kena penalty nih," bisik Arif.
Untuk diketahui, total anggaÂran untuk membangun Kedubes Australia ini mencapai USD 230 juta. "Pengerjaan pasti mundur," tambah Arif.
Pria berkulit bersih itu menÂgaku pembangunan proyek tidak mengganggu arus lalu-lintas. Menurutnya, tidak pernah ada kemacetan panjang saat dia berjaga-jaga. Pembangunan pun menurutnya sudah tidak lagi menimbulkan bising. Pengerjaan mematok paku bumi sudah ramÂpung saat awal proyek.
Pemantauan
Rakyat Merdeka, crane yang tinggi menjulang sibuk berputar untuk memindÂahkan material berat. Sementara, belalai eskavator terlihat muncul sedikit dari balik pagar seng penutup proyek.
Pondasi bangunan besar lima lantai sudah jadi. Dari kejauhan terlihat para pekerja mengenaÂkan seragam kerja lengkap wara-wiri di setiap lantainya. Mereka terlihat mengecor temÂbok. Di balik pagar seng, sudah berdiri pagar beton setinggi emÂpat meter. Pagar itu seolah dibuat melingkari area proyek.
Tidak hanya Kedubes Australia yang merenovasi kantornya. Kedubes Amerika Serikat juga melakukan hal serupa. Bedanya, Kedubes Amerika tidak beranjak dari lokasi lama yang berada di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Namun, kantor tersebut diperluas hingga menÂembus Jalan Kebon Sirih.
Dari lantai sembilan gedung anggota DPRD DKI Jakarta yang hanya beberapa blok dari Kedubes Amerika, terlihat proses pembangunan massif dilakukan. Total enam alat crane menjulang tinggi di area proyek tersebut.
Tidak hanya itu, belasan esÂkavator nampak hilir mudik di area dalam. Pembangunannya, baru sebatas pondasi gedung. Meskipun terlihat sedang melakukan renovasi besar-besaran, sebuah bangunan lama berbenÂtuk huruf L, tidak dibongkar sama sekali.
Bangunan itu bersejarah bagi Indonesia. Dulunya, Perdana Menteri Sutan Sjahrir berkantor di sana. Gedung itu termasuk caÂgar budaya kategori A, atau tidak boleh diubah sama sekali.
Kedubes Lobi Pejabat Pemprov DKI & Kemenlu Disebut Nunggak Denda Puluhan Miliar Para diplomat Australia sebentar lagi pindah ke kantor Kedutaan Besar (Kedubes) yang baru di Patra Jasa, Kuningan, Jakarta Selatan. Dimulai sejak dua tahun silam, pembanÂgunan kantor Kedubes baru itu telah mencapai 80 persen.
Kompleks Kedubes Australia yang baru seluas 4 hektar. Akan dilengkapi rumah dinas untuk duta besar, asrama untuk para diplomat maupun sarana rekreasi.
Pembangunan kantor kedubes baru itu ternyata masih meninggalkan masalah. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengungkapka Kedubes Australia memiliki tunggakan keÂpada Pemprov DKI lebih dari Rp 30 miilar yang merupakan denda SP3L (Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lahan/ Tanah).
"Belum bayar tuh denda totalnya Rp30-36 M. Belum bayar dari 2012. Zamannya Pak Jokowi jadi Gubernur. Bayarnya ke saya (BPKAD)," ungkap Heru di Balai Kota beberapa waktu lalu.
Heru juga mengungkapkan, pihak Kedubes Australia perÂnah meminta keringanan pemÂbayaran kewajiban itu. Namun Pemprov DKI tak mau memÂberikannya. Alasannya tidak ada asas timbal balik terhadap Kedutaan Besar Indonesia di Australia.
Rakyat Merdeka mengonfirmasi hal tersebut kepada pihak Kedubes Australia. Wilda Anggraeni, selaku Senior Public Affairs Officer Kedubes Australia mengatakan pihaknya sudah melakukan klarifikasi atas beÂredarnya kabar tunggakan itu lewat email kepada media.
Klarifikasi yang disampaikan juru bicara Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Laura Kemp itu, membantah perwakilan negara tetangga itu masih memiliki tunggakan kewaÂjiban kepada Pemerintah DKI Jakarta.
Laura menegaskan Pemerintah Australia selalu mematuhi aturan yang berlaku di Indonesia. "Kami juga telah melakukan diskusi panjang denÂgan beberapa pejabat dari DKIJakarta dan diskusi ini masih terus berlangsung," kata Kemp seperti dikutip situs internet.
Pihak Australia, kata Kemp, terus berkomunikasi secara intens dengan Pemprov DKI Jakarta dan pejabat di Kementerian Luar Negeri terkait denda SP3L untuk menentukan timbal balik apa saja yang berÂlaku untuk pemerintah asing sesuai dengan konvensi yang sesuai.
"Pemerintah Australia meÂmastikan pembangunan geÂdung kedutaan yang baru tidak akan menganggu penghuni di kawasan tersebut. Malah akan memberikan manfaat," kata Kemp.
Izin untuk pembangunan gedung kedutaan, lanjut Kemp, telah dikantongi Pemerintah Australia. Proyek pembanguÂnan tersebut sudah berlangÂsung sejak beberapa tahun.
"Untuk gedung kedutaan yang baru akan terdiri dari beberapa bangunan, antara lain kediaman resmi kepala perwakilan atau duta besar, kompleks tempat tinggal bagi para diplomat dan fasilitas rekreasi," ujar Kemp.
Lahan Eks Kedubes Inggris Diincar Ahok Pintu baja sebagai akses masuk kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris di Jalan Patra Raya, Kuningan, Jakarta Selatan tertutup rapat. Di bagian depan, berdiri dua petugas keamanan bersenjata. Pengamanan ketat itu dilakuÂkan karena kantor itu sudah resmi digunakan sebagai perÂwakilan negara kerajaan yang dipimpin Ratu Elizabeth itu.
Lokasi Kedubes Inggris bersebelahan langsung dengan kantor baru Kedubes Australia yang masih tahap pembangunan. Arif, pengamanan di area pemÂbangunan Kedubes Australia itu mengatakan Kedubes Inggris sudah lebih dulu pindah ke lokasi baru itu. "Pembangunan perluasan (Kedubes Inggris) sudah lama selesai," ujar Arif.
Penyelesaian perluasan Kedubes Inggris terlihat dari pintu utama yang sudah berdiri kokoh. Tidak ada lagi pagar seng yang menutup akses Jalan Patra Raya. Hanya lokasi Kedubes Australia yang baru itu yang masih memakan sepaÂruh jalan raya.
Kedubes Inggris diketahui sudah memindahkan kantornya ke Patra Jasa sejak 2013. Kantor baru itu juga sudah diperluas. Lalu bagaimana nasib kantor lama yang berada di bunderan HI?
Sekalipun sudah tak dipakai, eks kantor kedubes itu dijaga beberapa petugas keamanan. Dua satpam berjaga-jaga di pintu belakang menuju eks kantor Kedubes Inggris itu.
Jalan masuknya pun, senÂgaja ditutupi tiga
rubber cone. Setiap orang mencurigakan, langsung ditanyai sang penÂjaga keamanan. "Masih dijaÂgain, aman deket polsek juga, wartawan juga banyak disini," ujar satpam penjaga pria di pos jaga.
Akses jalan pintu belakang eks Kedubes Inggris terlihat tidak terawat. Pohon-pohon menjulang tinggi, tak dipangÂkas. Eks kantor berlantai emÂpat terlihat kosong dari luar.
Pemprov DKI tertarik memÂbeli lahan eks Kedubes Inggris. "PT MRT mau ambil itu sekaÂlian," kata Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Menurut Basuki, jika lahan bekas kantor Kedubes Inggris tersebut jadi dibeli akan disatuÂkan menjadi ruang terbuka hijau berupa taman. "Memang awalnya, kita yang ingin memÂbeli lahan bekas Kedubes Inggris," ujar pria yang akrab disapa Ahok itu. ***