Berita

jokowi saat umumkan kenaikan bbm

Culas, Ketum Kadin jangan Ajari Jokowi Berpolitik ala Pengecut

KAMIS, 20 NOVEMBER 2014 | 06:54 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pihak yang paling bersemangat dan berkepentingan dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) tampaknya adalah kelas borjuis, para pedagang yang hanya berpikir untung semata, dan tidak memiliki kepekaan dan rasa empati terhadap rakyat. Mereka jauh dari jiwa orang kecil kebanyakan.

"Kasihan Jokowi sudah mulai dikelilingi oleh orang-orang yang berkepentingan matrial belaka. Para pencuri keuntungan," jelas Sekretaris DPP Partai Demokrat Farhan Effendy (Kamis, 20/11).

Farhan Effendy menegaskan demikian menanggapi pernyataan Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Suryo Bambang Sulisto. Saat berada di Istana kemarin, Bambang menilai Presiden Joko Widodo hanya 'cuci piring atas pesta' yang dilakukan pemerintahan sebelumnya. Karena kenaikan harga BBM itu mestinya dilakukan oleh pemerintah SBY.


Menurut Farhan, kalau para pendukung Jokowi begini semua cara membela, pelan namun pasti Jokowi akan ditinggalkan oleh rakyat dan bahkan bisa-bisa berubah dibenci. Karena Jokowi tidak bisa membuktikan janjinya membangun kemandirian ekonomi, Trisakti jadi omong kosong belaka.

"Saya khawatir, Jokowi sudah mulai menelan virus-virus kenikmatan kekuasaan yang ditebar dan dikipas-kipaskan oleh kelompok yang mencari keuntungan semata, semacam Kadin ini," ungkapnya.

Karena Bagaimana bisa Ketua Kadin menganggap kenaikan BBM adalah hal biasa. Padahal dia juga tahu harga BBM dunia sedang turun, cashflow pemerintahan juga cukup. Tidak ada alasan logis untuk menaikkan BBM. Lebih-lebih di mata rakyat, kenaikan BBM adalah sesuatu yang menyakitkan.

"Dan saya tegaskan komentar Saudara Suryo, ketua Kadin yang mengatakan kenaikan BBM adalah cuci piring kotor SBY, sangatlah tidak etis, tendensius, dan penuh kepentingan. Tidak ada istilah persoalan warisan dalam hal ini," tekannya.

Karena masing-masing Presiden memiliki tanggung jawab dan persoalanya sendiri dalam menahkodai pemerintahan. Jadi tidak benar kenaikan BBM ini adalah warisan masalah SBY, ini menyesatkan.

"Jangan ajari pemerintahan Jokowi dengan berpolitik ala pengecut, tidak berani menanggung resiko. Mencari kambing hitam di hadapan rakyat. Bersponsorlah dengan benar meski dalam politik," tandasnya.

Lebih jauh dia menilai, gagasan serta kebijakan Jokowi terkait BBM ini tidak jauh dari skema Bank Dunia yang memandang masalah permanen beban Indonesia adalah mengenai subsidi untuk BBM. Bank Dunia pernah menyarankan untuk menyelamat kan fiskal Indonesia kedepan yaitu dengan kembali menaikkan harga BBM bersubsidi.

"Bahkan Bank Dunia menganggap hal ini adalah topik utama,karenanya akan memberikan tekanan terhdap kebijakan domestik-Indonesia. Kata Jim Brumby, Lead Economist World Bank , waktu itu. Jika skenario ini yang berjalan, lalu mana konsep ekonomi berdikari dan buku putih mengenai BBM yang dulu digembar-gemborkan akan dipraktekkan? Jangan ajari rakyat menipu," pungkasnya.

Sebelumnya, politikus Nasdem Effendi Choiri juga menyebutkan, Jokowi menaikkan harga BBM karena SBY meninggalkan bom waktu. SBY tidak berani menaikkan harga BBM saat masih menjadi Presiden karena menjaga citra pribadi. (Baca: Jokowi dan Barisan Pendukungnya jangan Merengek lagi!)

Padahal, harga BBM harus dinaikkan untuk kepentingan nasional. Meski menurut bekas politikus PKB yang akrab disapa Gus Choi ini, kenaikan harga BBM akan diimbangi dengan subsidi yang tepat sasaran kepada rakyat yang berhak menerima subsidi dan bersifat produkstif, bukan konsumtif. [zul]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Pesan Ketum Muhammadiyah: Fokus Tangani Bencana, Jangan Politis!

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13

Amanat Presiden Prabowo di Upacara Hari Bela Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12

Waspada Banjir Susulan, Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca di Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05

Audit Lingkungan Mendesak Usai Bencana di Tiga Provinsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04

IHSG Menguat, Rupiah Dibuka ke Rp16.714 Pagi Ini

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59

TikTok Akhirnya Menyerah Jual Aset ke Amerika Serikat

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48

KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam OTT Kepala Kejari HSU

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28

Bursa Asia Menguat saat Perhatian Investor Tertuju pada BOJ

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19

OTT Kalsel: Kajari HSU dan Kasi Intel Digiring ke Gedung KPK

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05

Mentan Amran: Stok Pangan Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Melangit!

Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya