Seorang pengendara motor terlihat sigap memarkirkan tunggangannya disudut pertigaan Jalan Mahakam, Blok M, Jakarta Selatan. Motor maticnya diputar menghadap jalan. Sebuah plang kayu bertuliskan ‘ojeg’ berdiri di sisi kiri barisan kuda besi.
Usai memarkirkan motornya, pria bernama Ale tersebut langÂsung duduk dibangku kayu temÂpat istirahat para tukang ojeg. SeÂmentara rekan lainnya, sibuk meÂnawarkan jasa kepada setiap peÂjalan kaki yang melintas.
Kedua kaki Ale diselonjorkan, jaket kulitnya dibuka. Keringat mengucur deras dari rongga kulitÂnya yang berwarna cokelat. Pria asal Larantuka, Nusa Tenggara TiÂmur (NTT) itu mengaku lelah usai antar penumpang dari kawaÂsan Setiabudi, menuju Plaza Blok M.
Parah macetnya,†ujar Ale sembari mengusap keringat deÂngan tangan kosong.
Lebih dari satu bulan, kata Ale, keÂmacetan kerap terjadi mulai dari Jalan Sudirman (sebelum bunÂdaran senayan) hingga ujung Jalan Sisingamangaraja. TepatÂnya di perempatan Plaza Blok M. Tiga jalur tersedia menuju arah JaÂlan Panglima Polim itu, tertuÂtup satu jalur oleh mega proyek Mass Rapid Transit (MRT).
Seruas badan jalan dibagian teÂngah itu, ditutup seng besi. Di daÂlamnya, terdapat sebuah alat berat berwarna kuning tertutup terpal hijau. Tidak terlihat aktivitas kerÂja di spot itu. Namun, di trotoar deÂÂpan Plaza Blok M, dua orang peÂÂkerja MRT terlihat menggali taÂnah. Penggalian itu, juga terÂtulis pengerjaan proyek MRT pada seng besi.
Sambil bersantai, Ale bercerita, dia mendapat penumpang dari PlaÂza Blok M menuju kawasan SeÂtia Budi Jumat sore. Dia semÂpat terdiam begitu mendengar tujuan calon penumpang. Bukan karena jauh, tetapi arah kembali ke pangÂkalan yang sedang macet parah.
Demi memutar roda ekonomi keÂluarga, order itu diambilnya. Dari Plaza Blok M, tempat Ale mangkal, sangat lancar menuju arah Senayan. Jarak tempuh kuÂrang dari satu kilometer itu, diÂtempuh sekitar 10 menit. MakÂlum, motor maticnya nampak masih baru.
Penumpangnya dia turunkan di kawasan Setia Budi, uang sebesar Rp 25 ribu, berpindah tangan. Ale pun bergegas balik kanan menuju pangkalan. Di kawasan perÂkanÂtoran Sudirman, sebelum bunÂdaÂran Senayan, seorang pria meÂlamÂbaikan tangan kepada Ale. Dia minta di antar ke Plaza Blok M, tempat Ale mangkal.
Searah, pria itu diangkutnya, naÂmun dengan negosiasi. Ale minÂta naik harga, dari pasaran Rp 25 ribu, menjadi Rp 35 ribu. AlasanÂnya, kemacetan yang parah. MeÂmang, calon penumpang itu menÂcari jasa ojek sebagai solusi keÂmaÂcetan. Jika menggunakan metÂromini, bisa sampai satu jam. PaÂdÂahal, jarak tempuh kurang satu kilometer.
Ternyata, naik Rp 10 ribu tak jadi masalah bagi calon peÂnumÂpang itu. Sambil tersenyum, pria itu dipersilahkan duduk dibelaÂkang Ale. Helm yang dicantel diÂbawah stang motor, diberikan keÂpada penumpangnya. KemaÂceÂtan, diterobos Ale.
Kemacetan terjadi hingga meÂlewati Patung Pemuda MemÂbaÂngun di bundaran senayan. Di jaÂlan itu, juga terdapat proyek MRT di tengah jalan. Setidaknya, terÂdapat lima alat crane menÂjuÂlang dari balik pagar seng.
Memasuki perempatan Jalan Sisingamangaraja, kemacetan sedikit terurai. Kuda besi Ale diÂgas cepat-cepat. Kepadatan arus, kembali terjadi tepat di depan KamÂpus Al Azhar. Hingga peÂremÂÂpatan Plaza Blok M, kemaÂcetan terjadi. Ambil memutar di perempatan, penumpang pria itu diturunkan sesuai pesanan, di deÂpan Plaza Blok M.
Uang sebesar Rp 35 ribu, maÂsuk ke jaket kulit yang dikenakan Ale. Dia pun langÂsung menuju pangkalan untuk antre mendapat penumpang.
Ale mengaku mendapat rezeki lebih atas berlangsungnya proyek MRT. Jasanya, menjadi incaran caÂlon penumpang yang biasa menggunakan angkutan umum. Pegawai kantoran, adalah peÂlanggan setia Ale cs.
Menurut Ale, jalur Sudirman hingga Plaza Blok M tidak seÂlaÂmanya macet. Pada pagi hari, jusÂtru jalan itu lancar. Aturan three in one bagi pengendara mobil, cuÂkup jitu mengurai kemacetan. NaÂmun, kelancaran arus mulai terÂsendat pada siang hari.
Begitu Azan Zuhur berkumanÂdang, kata Ale, kendaraan mulai berbaris panjang tepat di depan pangkalan ojeknya (Plaza Blok M). Tiga jalur tersedia hanya dua yang dapat dilalui. Itupun tidak mampu menampung jumlah kenÂdaraan yang kian menumpuk.
Suasana kemacetan itu, berÂlangÂsung hingga malam hari. MesÂki begitu, arus balik di area itu tidak terjadi kemacetan. YaÂitu, dari Plaza Blok M hingga BunÂÂdaÂran Senayan. Tidak ada penguÂrangan lajur atas proyek MRT di jaÂlan itu. Kemacetan, baru terjadi beÂgitu memasuki daeÂrah Sudirman.
PT Mass Rapid Transit (MRT) memulai pembangunan Jalan LaÂyang MRT di titik SisiÂngaÂmaÂngaraja, Blok M Plaza dan PangÂlima Polim. Pembangunan teÂrÂseÂbut bagian dari tahap pekerjaan ponÂdasi kolom di Stasiun Blok M yang menggunakan median jalan.
Direktur Utama PT MRT Dono Boestami menjelaskan, pekerjaan akan dimulai dengan pengeboran untuk tiang pondasi Viaduct dan pemasangan Pier di median jalan pada area Blok M dan akan berÂlanjut pada jalan SisingaÂmaÂngaÂraja dan Panglima Polim. PeÂngerÂjaan ini akan dimulai pada 1 November hingga pertengahan Januari 2015,†ujar Dono.
Besarnya skala konstruksi pada jalur layang yang ada di kawasan Blok M, kata Dono, berdampak langsung pada perubahan jalur di kedua ruas jalan baik di depan Blok M Plaza maupun Taman Martha Tiahahu. Sebab bagian tengah median jalan akan ditutup. Akan ada rekayasa lalu lintas dan sedikit pengurangan jalur,†jelas dia.
Seperti diketahui, kawasan Blok M dan sekitarnya meruÂpaÂkan titik kemacetan pada pagi dan sore hari. Dengan adanya peÂngerjaan konstruksi ini maka keÂmacetan di wilayah tersebut akan bertambah.
Manager Proyek Elevated Heru Nugroho mengatakan, kini proyek pembangunan elevated akan terfokus kepada pembaÂnguÂnan pondasi yang ada di wilayah Blok M. Kedalaman pondasi tersebut bervariasi mulai dari 45-65 meter. Pembangunan pondasi akan menjadi prioritas kami,†kata Heru.
Dia mengungkapkan, nantinya Stasiun Blok M plaza akan dibaÂngun sepanjang 26 meter dengan tinggi mencapai 18 meter dan leÂvel pertama stasiun dibangun deÂngan tinggi 8-10 meter.
Kami pasÂtikan Clearence jaÂlan akan lebih dari enam meter. SeÂhingga tidak akan mengÂgangÂgu pengguna jalan dibawah,†terangnya.
Dia juga menuturkan, nantinya MRT akan memasang ratusan tiang pancang untuk elevated diÂmulai dari Depo Lebak Bulus hingga masuk terowongan teÂpatÂnya di Jalan Sisingamangaraja.
Berapa tepatnya saya tidak tahu, yang jelas sepanjang 25 meÂÂter akan ditanam tiang,†pungÂkasÂnya.
Halte Transjakarta Al Azhar Akan Segera DibongkarHalte bus transjakarta Masjid Agung Al Azhar, yang berada di tengah ruas Jalan SisingaÂmaÂngaraja, Jakarta Selatan, cukup diminati warga sebagai lokasi naik dan turun penumpang. Di halte itu, tak jauh akses menuju kampus Al Azhar.
Sebentar lagi, halte tersebut tiÂÂdak lagi digunakan, alias diÂtuÂtup. Pasalnya, PT Mass RaÂpid Transit (MRT), akan memÂbongÂkar halte tersebut dan menÂjadÂiÂkÂan area kerja pemÂbaÂnguÂnan jaÂlur transisi pemÂbaÂnguÂnan MRT.
Jalur transisi adalah perÂpinÂdahan dari rute bawah tanah ke rute jalan layang MRT, dan seÂbaÂliknya. Sebagai pengganti akan dibangun halte sementara di depan Masjid Al-Azhar dan di ujung Jalan Hang Tuah III. Berbeda dengan halte yang diÂbongkar, dua halte sementara tiÂdak ditempatkan di median jaÂlan, melainkan di tepi jalan.
Perubahan halte transjakarta di area Jalan Sisingamaraja haÂrus dilakukan untuk menÂdukung pembangunan Stasiun MRT SiÂsingamangaraja,†ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami.
Dono menjelaskan, pekerjaan pembongkaran halte transÂjaÂkarta Masjid Agung akan diÂlaÂkuÂkan mulai pada November 2014. Meski demikian, kata dia, saat ini pembangunan halte pengganti telah selesai dan suÂdah mulai diuji coba.
Kami juga telah mengecat ‘karpet meÂrah’ sebagai peÂnanÂda jalur busway yang dialihkan dari median ke sisi jalan,†katanya.
Dono berharap karpet merah itu akan diperhatikan oleh pengÂguna jalan untuk memberikan jaÂlan terlebih dahulu kepada transÂjakarta yang melintas, meÂrapat ke halte di sisi jalan.
Selain masalah halte ini, Dono mengatakan pada bulan ini ada pengurangan jumlah lajur di Jalan Sisingamangaraja. Setiap jalur jalan dari arah utara maupun selatan akan berkurang satu lajur.
Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan masyarakat selama proses konstruksi MRT Jakarta ini berlangsung. DiÂhaÂrapÂkan kepada para pelintas kendaraan untuk mematuhi ramÂbu-rambu dan juga mengikuti petunjukpetugas di lapangan,†katanya.
Selain itu, Dono juga menÂceÂritakan nantinya sejumlah pusat perbelanjaan di sepanjang jalur MRT akan saling terhubung deÂngan stasiun. Langkah ini dinilai merupakan salah satu cara untuk memberikan kenyamanan seÂhingÂga pengguna kendaraan priÂbadi mau beralih ke MRT yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2017.
Direktur Konstruksi PT MRT JaÂkarta Muhammad Nasyir meÂngatakan, selain Plaza Blok M, beberapa pusat perbelanjaan lainnya juga yang telah meÂnyaÂtakan siap untuk terhubung deÂngan stasiun-stasiun MRT, tak hanya di jalur MRT koridor laÂyang, tetapi juga di jalur MRT koÂridor bawah tanah.
Selain Plaza Blok M, bebeÂrapa tempat lainnya yang telah menyatakan ingin terhubung dengan stasiun MRT adalah Wisma Sudirman, Pasar Blok A, dan salah satu showroom mobil yang ada di Jalan Fatmawati, Cipete. ***