Berita

Lemhanas

On The Spot

Para Senator Dipanggil Masuk Aula Pakai Gong

Ikuti Pembekalan Di Lemhanas
SELASA, 28 OKTOBER 2014 | 09:17 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Dua bus hitam masuk lewat pintu belakang kantor Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Bus lalu diarahkan ke lobby aula Dwi Warna. Puluhan pria mengenakan setelan jas turun dari bus yang tiba paling awal. Bus berikutnya mengangkut perempuan. Semuanya mengenakan PIN di dada kiri.

Ada empat bus yang me­ngan­tarkan anggota Dewan Per­wa­ki­lan Daerah (DPD) periode 2014-2019 ke Lemhanas. Malam se­be­lumnya, anggota DPD menginap di tiga hotel yang disediakan: Bo­robudur, Mercure dan Aryaduta.

Anggota DPD itu akan “dis­e­ko­lahkan” di Lemhanas untuk me­mantapkan wawasan kebang­sa­an. Ucapan selamat datang di­sampaikan lewat spanduk di pagar belakang kompleks Lemhanas.

Sesampai di gedung Dwi War­na, anggota DPD diminta untuk melakukan registrasi. Di meja ab­sensi sudah tertera daf­tar nama anggota DPD yang akan me­ngi­kuti kursus di Lem­hanas ini. Pe­serta kursus diminta me­m­bu­bu­h­kan paraf sebagai bukti kehadiran.

Usai paraf, peserta mendapat kartu identitas yang harus dika­lungkan di leher dan buku pan­duan. Seorang perempuan ang­gota panitia mengarahkan peserta yang sudah paraf untuk foto di ruangan. Foto itu untuk ditempel di ijazah.

Tiba lebih cepat sebelum kur­sus dimulai, Dedi Iskandar Batu­bara, anggota DPD asal Sumatera Utara terlihat menyeruput kopi ditemani makanan ringan yang disediakan panitia. Di depan aula sebelum mengikuti kegiatan.

Pria berusia 35 tahun yang me­ngantongi dukungan 430.516 sua­ra pada Pemilu 9 April lalu itu, telah mempersiapkan diri me­ngikuti kursus di Lemhanas.

“Saya sempat belajar semalam di hotel,” katanya. Ia menginap di Hotel Aryaduta. Dedi merasa pembekalan ini penting karena dia orang baru di DPD.

Sekitar pukul 8, ang­gota DPD diminta memasuki aula. Dari jumlah paraf di lembar regis­trasi, hanya 113 anggota Dewan yang hadir. Jumlah seluruh ang­gota DPD berjumlah 132 orang. Meski jumlah pesertanya tak ge­nap, kegiatan tetap dimulai.

Sebelum kursus dibuka resmi, peserta mengikuti geladi. Tak lama setelah Gubernur Lemhanas Prof. Budi Susilo Supandji dan Ke­tua DPD Irman Gusman me­ma­suki aula, acara dimulai.

Dalam sambutannya, Budi Susilo menjelaskan, ada empat metode pembekalan ter­hadap anggota DPR. Yakni, le­wat ce­ramah atau tanya jawab, diskusi panel, dialog, dan out­bond. Se­jak DPD berdiri 2004, baru kali ang­gotanya diikutkan dalam kursus di Lemhanas.

“Bukan hal mudah bagi ang­gota DPD mengembangkan tugas sebagai wakil rakyat di tengah ke­terbukaan informasi. Karena itu dibutuhkan sikap dan cak­rawala pandang yang luas agar ti­dak terjebak konflik ke­pen­ti­ngan,” ujar Susilo saat membuka acara pembekalan.

Irman Gusman me­nambahkan, kerja sama ini ren­ca­nanya akan menjadi agenda jangka panjang DPD bersama Lem­han­nas. Me­lalui pelatihan ini, Irman ber­ha­rap, ang­gotanya tidak hanya se­kadar pa­ham kondisi di dae­rah­nya. Tapi juga memiliki wawasan ke­bang­saan nasional yang luas.

“Ada yang lebih tinggi dari se­ke­dar daerah, tapi bagaimana men­jaga keutuhan NKRI, Bhine­ka Tunggal Ika, memaknai un­dang-undang dasar dan me­ng­amalkan Pancasila. Bagaimana mengimplementasikannya tentu perlu diberikan pemahamam,” kata Irman.

Pembekalan ini akan ber­lang­sung selama delapan hari. Mulai Senin kemarin hingga Senin pe­kan depan. Berdasarkan jadwal, para Senator itu hanya akan ber­ada di Lem­hanas hingga Jumat. Akhir pekan, mereka akan mela­kukan outbond. Lokasi­nya ke­mungkinan di luar kota.

Hari pertama kursus, hanya tiga materi yang diberikan kepada anggota DPD. Yakni pengenalan lembaga, pemberdayaan wilayah dan pertahanan negara dalam perspektif geopolitik maupun geostrategi Indonesia, dan im­plementasi wasantara dalam ke­hidupan bermasyarakat, be­r­bang­sa dan bernegara.

Suasana pembekalan seperti diskusi ala meja makan. Puluhan meja bundar berselimut taplak hijau muda disediakan untuk anggota DPD. Setiap meja hanya setengah lingkaran yang diisi, yang menghadap ke podium di muka ruangan.

Azan Dzuhur berkumandang, waktunya istirahat. Para ang­gota beristirahat sekaligus makan siang. Usai makan siang, gong ber­­dia­meter 30 cm dipukul di tem­pat ma­­kan. Ini cara me­mang­gil pe­serta untuk masuk ke aula. Gong dipukul lima menit sebelum pem­bekalan dilanjut­kan. Beberapa anggota DPD tampak terkekeh melihat cara memanggil ini.  

Materi yang diberikan selepas ma­kan siang adalah pember­da­yaan wilayah dan pertahanan ne­gara dalam perspektif geopolitik dan geostrategi Indonesia. Pem­beri materinya Gubernur Lem­hanas. Beberapa anggota DPD tampak antusias ketika masuk sesi diskusi. Dalam sesi ini, se­orang anggota DPD akan di­tun­juk untuk menyampaikan per­tanyaan mewakili provinsinya.

Mewakili Provinsi DKI Ja­karta, Fahira Idris maju ke podi­um. Put­ri bekas Menteri Perin­dustrian Fahmi Idris itu meng­angkat soal kehidupan penduduk di per­batasan. Ia me­nyebutkan, 10 desa di Kecamatan Long Aparim Mahakam Ulu, Ka­li­mantan Timur, ingin bergabung dengan Malaysia, menjadi dasar. Ia bertanya apa yang harus di­lakukan DPD menghadapi per­soalan ini.

“Jawaban Prof, ternyata perlu per­hatian dari pemerintah. Dari situ kita yakin, memang harus se­ring turun ke daerah, karena kita wakil mereka,” tegasnya.

Pembekalan hari pertama ber­langsung hingga menjelang Mag­rib. Empat bus hitam terlihat berjajar di lobby aula Dwi Warna untuk mengantarkan anggota DPD ke hotel.

Tak semua anggota DPD naik bus itu. “Kalau saya nggak ting­gal di hotel, di rumah saja. Di ho­tel juga tidak ada agenda apa-apa,” ujar Fahira.

Diantar Jemput Dari Hotel Naik Bus Lemhanas


Anggota DPD yang mengi­kuti kursus pembekalan di Lem­hanas selama pekan diinapkan di tiga hotel. Ada empat bus Lem­­hanas yang akan men­jem­put ke hotel. Sore hari bus yang sama akan mengantarkan pe­serta pembekalan ke hotel.

Setiba di hotel usai mengiku­ti kursus, tidak agenda kegiatan untuk anggota DPD. “Tidak ada acara apa-apa,” ungkap Dedi Is­kandar Batubaru, anggota DPD dari Sumatera Utara.

Bekas dosen mata kuliah Pan­casila di Universitas Al Wa­s­hli­yah (UNIVA) Medan itu me­nya­yangkan, tidak ada kegiatan untuk anggota DPD pada ma­lam hari. Ia menyarankan agar pembekalan di perpanjang sam­pai malam hari agar tak banyak waktu yang terbuang percuma di hotel.

Senator berusia 35 ta­hun ini, berencana mengisi ma­lam de­ngan membaca lagi ma­teri yang sudah diberikan pada siang hari. Ia bisa leluasa me­ngulang “pe­lajaran” lantaran tinggal sendiri di kamar hotel. Anggota DPD yang mengikuti pembekalan mendapat kamar yang ditempati sendirian. Me­re­ka dilarang membawa keluarga.

Berasal dari daerah, Dedi cur­hat susahnya mencari tempat ting­gal di ibukota. Apalagi yang dekat dengan kantor DPD. Har­ga sewa apartemen di sekitar Se­nayan selangit. Ia pun memu­tuskan mencari tempat tinggal yang agak jauh, yakni di Apa­r­temen Mediterania Gar­den, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Harga sewanya Rp 8 juta per bulan.

Ia tak akan lama-lama me­nye­wa di tempat ini. “Paling satu bu­lan saja,” katanya sembari me­nyatakan masih mencari tempat yang lebih sederhana di kawas­an pemukiman dan dekat masjid.

Dedi masih memunggu DPD memberikan fasilitas tempat ting­gal bagi anggota yang ber­asal dari luar Jakarta. “Tunggu pu­tusan DPD saja bagaimana,” katanya.

Fahira Idris, anggota DPD asal DKI Jakarta tetap tinggal di rumahnya meski nanti DPD menyediakan fasilitas tempat tinggal. Ketika DPD menggelar kursus pembekalan untuk ang­gota baru di Lemhanas, dia me­milih pulang ke rumah ket­im­bang menginap di hotel yang disediakan.

Dia bisa leluasa pulang ke ru­mah karena anggota DPD tak di­karantina saat mengikuti kursus di Lemhanas selama sepekan. Sore hari usai pembekalan, dia pu­lang ke rumah. Besok pagi da­tang langsung ke Lemhanas.

Sejak DPD berdiri pada 2004, baru tahun ini anggota-ang­go­tanya mengikuti kursus di Lem­hanas. Kegiatan memberikan pembekalan kepada wakil dae­rah ini merupakan kerja sama Lemhanas dengan DPD.

Kursus berlangsung selama tujuh hari penuh. Anggota DPD tidak diharuskan mengikutinya. Alhasil,  hanya 90 persen ang­gota DPD yang tercatat me­la­ku­kan registrasi pada pagi ke­marin. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

UPDATE

Muhibah ke Vietnam dan Singapura

Selasa, 08 Oktober 2024 | 05:21

Telkom Investasi Kesehatan Lewat Bantuan Sanitasi Air Bersih

Selasa, 08 Oktober 2024 | 04:35

Produk Olahan Bandeng Mampu Datangkan Omzet Puluhan Juta

Selasa, 08 Oktober 2024 | 04:15

Puluhan Anggota OPM di Intan Jaya Kembali ke NKRI

Selasa, 08 Oktober 2024 | 03:55

70 Hakim PN Surabaya Mulai Lakukan Aksi Mogok

Selasa, 08 Oktober 2024 | 03:30

Gotong Royong TNI dan Rakyat

Selasa, 08 Oktober 2024 | 03:15

Pemerintahan Jokowi Setengah Hati Bahas Kesejahteraan Hakim

Selasa, 08 Oktober 2024 | 02:50

Perkuat Digitalisasi Maritim, TelkomGroup Hadirkan Satelit Merah Putih 2

Selasa, 08 Oktober 2024 | 02:20

Prabowo Harus Naikan Gaji Hakim Demi Integritas dan Profesionalitas

Selasa, 08 Oktober 2024 | 01:55

Tertangkap, Nonton Perayaan HUT ke-79 TNI Sambil Nyopet HP

Selasa, 08 Oktober 2024 | 01:35

Selengkapnya