Berita

ilustrasi, gas elpiji 12 kg

On The Spot

Pemilik Rumah Makan Naikkan Harga 20 Ribu

Dampak Kenaikan Gas Elpiji 12 Kg
MINGGU, 14 SEPTEMBER 2014 | 09:51 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Azan Ashar berkumandang, Pian, juru masak di rumah makan Bebek Goreng H Slamet di Jalan Hasyim Ashari Nomor 62 Cipondoh, Kota Tangerang, istirahat di sudut dapur. Aktivitas memasak menurun selepas waktu makan siang. Kembali meningkat pada waktu makan malam.

Sehari-harinya, rumah makan itu cukup ramai. Di jam makan siang maupun malam, belasan meja makan yang tersedia hampir dipenuhi pengunjung. Sebanyak 13 karyawan berbatik bersiap melayani konsumen.

Saat ramai order, aktivitas di ruang dapur tentu tinggi. Penggunaan gas sebagai bahan bakar utama untuk mengepulkan dapur juga meningkat. Pada hari biasa, satu tabung gas elpiji 12 kg habis dalam sehari. Jika ramai, dua tabung pun habis.

“Kita punya 10 tabung (gas 12 kg) jadi tidak pernah kehabisan. Kalau habis, langsung diantarkan,” ujar Pian.

Agar tidak kehabisan gas saat memasak, pihaknya menggunakan sistem stok. Biasanya, sepekan sekali dia mengisi ulang gas untuk memasak di dapur. Penggunaan gas dengan tabung biru 12 kg, kata dia,  jauh tahan lama dibandingkan dengan gas melon ukuran 3kg.

Sejak Rabu (10/9), PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga elpiji tabung 12 kg sebesar Rp 1500 per kilogram.  Dilansir dari situs resminya www.pertamina.com, untuk region tiga (Jabodetabek), harga gas ukuran 12 kg dijual dengan seharga Rp 111.900 per tabung. Di tingkat pengecer, harganya lebih tinggi.

Pian sebagai petugas di dapur mengaku tidak ambil pusing dengan kenaikan harga gas. Tugasnya hanya memasak. Sepanjang gas tersedia, bisa meracik menu pesanan. Namun, tidak bagi Endah, bagian kasir yang juga mengurus uang masuk maupun keluar. Kenaikan harga, membuat perubahan laporan keuangan harian.

Endah nampak sibuk mencatat uang masuk dan keluar di meja kasir. Sore hari, kala sepi pengunjung, dimanfaatkannya untuk mengurus administrasi.

Menurutnya, harga gas ukuran 12 kg yang dibelinya sudah naik dari Rp 102.000 menjadi Rp 120.000.

“Kemarin (Kamis) isi empat tabung,” ujar Endah sembari melihat kembali catatan tangan di buku kecil ketika ditemui Jumat lalu.

Apakah kenaikan harga gas ukuran 12 kg berdampak pada tempatnya bekerja? Endah mengaku cukup berdampak. Pasalnya, dengan penggunaan rata-rata satu tabung per hari, maka dia harus merogoh kocek lebih banyak.

Biasanya, setiap bulan akan ada rapat dengan pihak pengelola rumah makan. Jika pemasukan lebih kecil dari pengeluaran, solusinya adalah menaikkan harga makanan. “Satu ekor bebek tadinya kita jual Rp 75 ribu, sekarang Rp 95 ribu,” katanya.

Meski mendapat komplain dari pengunjung, Endah mengaku kenaikan harga makanan satu-satunya jalan keluar agar tempat kerjanya tidak merugi. Namun, dia memastikan kenaikan tidak akan dilakukan pada bulan ini. Pasalnya, dia sudah menyetok enam tabung yang belum digunakan.

“Kita karyawan aja ada 13 orang harus digaji semua,” pungkas Endah sembari membisiki omset bersih satu hari tempatnya bekerja mencapai Rp 5 juta.

Sementara, rumah makan Ayam Kampung Pinang, yang berada di Jalan KH Hasyim Ashari Nomor 16, Cipondoh, Tangerang, telah menaikkan harga ayam dari Rp 13 ribu per potong menjadi Rp 13.500. Kenaikan ini diberlakukan sejak harga gas elpiji 12 kg naik.

Aktivitas memasak di rumah makan ini tak pernah kendur. Hingga sore, pengunjung tetap rapat. Dari belasan meja yang tersedia, hanya dua yang kosong.

Ari, petugas di kasir menjelaskan, memasak ayam goreng butuh gas yang banyak. Dalam satu hari, sebutnya, dibutuhkan empat tabung gas ukuran 12 kg. Menurutnya, kenaikan harga gas elpiji, berdampak membengkaknya pengeluarkan rumah makan ini.

Kini, harga gas naik dari Rp 102.000 menjadi Rp 120.000. Dia tidak tahu pengelola akan menaikkan harga berapa lagi akibat naikknya harga gas.
“Gas naik sangat berpengaruh, nggak enak juga sama pelanggan harga baru naik, mau dinaikin lagi,” terangnya.

Menurut Ari, sempat ada rencana untuk pindah tabung dari 12 kg menjadi 3 kg. Pasalnya, gas ukuran 3 kg lebih murah. Per tabung hanya Rp 18 ribu. Jika dihitung harga per kilogram gasnya hanya Rp 6 ribu. Sementara untuk tabung 12 kg, harga gasnya Rp 10 ribu/kg.

Namun, melihat intensitas memasak yang tinggi, pengelola enggan beralih ke gas 3 kg. Pegawai di dapur bakal kerepotan karena harga bolak-balik ganti gas.

Untuk diketahui, PT. Pertamina memutuskan menaikan harga elpiji 12 kg menyusul tingginya harga LPG di pasar international dan lemahnya nilai tukar rupiah. Penyesuaian harga diputuskan sebesar Rp 1.500 per kg terhitung sejak tanggal 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat.

“Kebijakan korporasi ini ditetapkan setelah mendengar masukan pemerintah dalam rapat koordinasi di Kementerian Perekonomian 8 September 2014 lalu.

Sehingga Pertamina bisa menyesuaikan harga selaras dengan Permen ESDM Nomor 26 tahun 2009 tentang distribusi Liquefied Petroleum Gas,” ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya dalam jumpa pers di kantornya, Rabu, (10/9).

Dengan kenaikan ini, sambung Hanung, harga jual rata-rata elpiji 12 kg dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp 6.069 per kg. Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lainnya seperti transport, filling fee, marjin agen dan PPN, harga jual di agen menjadi Rp 9.519 per kg atau Rp 114.300 per tabung. Sebelumnya harga gas Rp 7.731 per kg atau Rp 92.800 per tabung.

Nilai tersebut, menurut Pertamina, jika dibandingkan dengan nilai keekonomian masih berada di bawah di pasar internasional. Berdasarkan rata-rata CP Aramco y-o-y Juni 2014 sebesar US$891,78 per metric ton dan kurs Rp 11.453 per US Dolar ditambah komponen biaya seperti di atas maka harga keekonomian elpigi 12 kg saat ini seharusnya Rp 15.110 per kg atau Rp 181.400 per tabung.

Penghuni Rusun Tak Dipusingkan Kenaikan Elpiji
Dipasok Gas Dari PGN

Heboh kenaikan harga gas elpiji 12 kg, membuat pengeluaran warga membengkak. Tidak sedikit, warga yang memilih beralih dari tabung gas berwarna biru itu, ke gas melon ukuran 3 kg.

Namun, kekhawatiran tidak nampak bagi warga penghuni Rumah Susun (Rusun) Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Warga di rusun percontohan itu tidak terpengaruh kenaikan harga elpiji. Selama ini warga yang tinggal di hunian vertikal memanfaatkan gas yang disalurkan PT PGN.

Salah satu penghuni rusun, Aji mengaku beruntung tinggal di rusun yang menggunakan gas dari PGN sehingga tidak perlu pusing memikirkan kenaikan harga gas elpiji Pertamina.

Ia menyebutkan pemakaian gas untuk kebutuhan rumah tangganya berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.

Pria yang telah menggunakan PGN sejak 1980-an ini mengungkapkan, selama ini belum pernah ada keluhan berarti dari penghuni rusun mengenai gas yang dipasok PGN.

Dari segi keamanan, sebut Aji, sampai saat ini tidak pernah ada kebakaran atau ledakan gas seperti yang biasa terjadi pada penggunaan tabung gas.

“Kalau bocor tinggal tutup kran saja. Tekanan juga stabil mau dibagi 10 kompor juga bisa. Kalau tabung meledak satu rumah bisa hancur,” ujar Aji.

Dirinya juga mengaku sudah sangat nyaman dengan pemakaian gas ini. Selain penentuan harga sesuai meteran seperti air dan listrik, dari tingkat keamanan juga terjamin.

“Saya sudah sering dengar ada masalah dengan tabung gas. Jadi saya rasa ini aman. Lagipula dari dulu belum pernah ada masalah seperti ledakan,” tutup Aji.

Senada, warga Rusun Klender lainnya Constinus mengatakan, dirinya tidak khawatir menggunakan gas bumi. “Ini kan gas alam, jadi tekanannya sudah diatur tetap sama dan aman,” kata Constinus.

Pihaknya mengaku berterima kasih kepada pemerintah. Rusun Klender Perumnas sendiri diketahui merupakan proyek percontohan rusun yang memanfaatkan gas bumi.

“Rusun ini sebenarnya proyek percontohan, seharusnya pemerintah dapat menjadikan contoh Rusun Klender ke rusun lain di Jakarta, karena dengan begini warga yang menengah bawah bisa jadi sejahtera,” ungkapnya.

Warung Makan Kecil Beralih Ke ‘Gas Melon’

Gas elpiji ukuran 12 kg melambung tinggi. Harga di tingkat eceran di Tangerang maupun Jakarta, naik dari Rp 105 ribu hingga Rp 120 ribu. Selisih kenaikannya, mencapai Rp 15 ribu per tabung. Alhasil, warung makan kecil, beralih dari penggunaan gas 12 kg menjadi 3 kg.

Eko Setiawan, pengusaha franchise ayam goreng Sogil di Pinang Baru, Kunciran, Tangerang mengaku sudah beralih dari tabung gas ukuran 12 kg menjadi 3 kg.

Pasalnya, kenaikan harga gas tabung biru itu sangat berpengaruh terhadap omset usahanya.

Sebelum gas naik, pria yang juga PNS itu mengaku bisa meraih omset rata-rata Rp 1 juta per hari. Keuntungan itu, akan dibagi dengan gaji karyawan hingga sewa kios seharga Rp 15 juta per tahun. Jika tetap menggunakan gas ukuran 12 kg, dia khawatir merugi.

“Naikin harga ayam sudah tidak mungkin untuk waktu dekat. Karena sudah naik pascalebaran,” ujar Eko.

Sehari setelah Pertamina menaikkan harga gas ukuran 12 kg, Eko langsung mengganti gas ukuran 12 kg itu dengan ukuran 3 kg. Menurutnya, penggantian itu ampuh menyiasati membengkaknya pengeluaran.

Diceritakan, isi ulang gas tabung 3 kg tetap bertahan di harga Rp 18 ribu per tabungnya. Menggunakan tabung lebih kecil, bukan tanpa kendala. Pasalnya, jika pelanggan sedang ramai, dua karyawannya harus menunda pekerjaan demi mengganti tabung gas.

Menurutnya, jika menggunakan tabung biru 12 kg bisa bertahan tiga hingga empat hari. Namun jika menggunakan tabung melon 3 kg paling lama bertahan dua hari. Untuk itu, dia sengaja menyetok empat tabung gas melon, agar pegawainya tidak kerepotan ketika gas habis. “Usaha kecil begini sangat menjerit dengan gas naik,” pungkasnya.

Senada, Sri Wahyuti, pengusaha warung makan di Jalan Anggrek Nomor 2 Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, juga beralih dari penggunaan gas 12 kg ke 3 kg. Peralihan itu, dilakukan karena dia enggan menaikkan harga makanan di warungnya.

“Gimana mau naikin (harga) pembeli saya itu buruh pabrik, bayar aja mingguan,” ujar Sri.

Pemilik warung yang memiliki omset Rp 1 juta per hari itu mengaku gas ukuran 12 kg mampu bertahan hingga dua hari. Kini, dia perlu dua tabung ukuran 3 kg, untuk kebutuhan memasak per harinya.

Sri mengaku tidak perlu membeli tabung baru ukuran 3 kg. Pasalnya, di rumah kontrakan yang tak jauh dari warung makannya, tersedia dua tabung. Namun, dengan isi tabung yang sedikit, dia harus rajin mengisi ulang jika habis.

Ibu Rumah Tangga Masih Khawatir Tabung Meledak
Beralih Ke Gas 3 Kg

“Breeep.” Tiba-tiba gas ukuran 12 kg milik Anis, warga Perumnas II Kota Tangerang, habis. Memasak sayur asemnya pun terhenti. Bergegas, dia langsung mengontak pengecer gas langganan. Dia terkejut diberitahu gas 12 kg naik dari Rp 105 ribu menjadi Rp 120 ribu.

“Hah, naik Rp. 15 ribu,” kata ibu rumah tangga itu kaget. Sejurus kemudian, dari pengecer menjelaskan kalau kenaikan terjadi memang dari Pertamina sejak Rabu lalu.

Anis pun tidak protes lantaran di televisi juga menyiarkan berita serupa. Alhasil, wanita satu anak itu langsung bertanya harga isi ulang gas ukuran 3 kg.

“Oh tetap Rp 18 ribu, pesan 3 kg saja satu,” pesan Anis kepada pengecer gas.
Diceritakan Anis, sebenarnya dia merasa lebih nyaman menggunakan gas ukuran 12 kg. Bisa dipakai lebih dari satu bulan. Selain itu, dia merasa lebih aman menggunakan gas bertabung biru itu. Dia seraing mendengar kabar bahwa gas melon  kg meledak saat dipakai.

Meski begitu, dia tetap menyimpan tabung 3 kg pembagian dari pemerintah beberapa tahun lalu. Sejak setahun lalu, dia beralih ke gas 12 kg. Kini, gas melon yang dia punya, kembali digunakan lantaran harga gas tabung biru meroket.
“Mau bagaimana, demi mengirit uang belanja,” katanya.

Selang 15 menit, pengecer gas yang dihubungi Anis via telepon, datang. Mengantarkan sebuah gas melon yang dipesan. Uang sebesar Rp 18 ribu berpindah tangan.

Meski begitu, ia tetap rasa was-was menggunakan gas melon. “Aman kan bang?” tanya Anis kepada pria pengantar gas.

“Aman bu,” jawab pria itu sembari menggantikan gas ukuran 12 kg dengan gas ukuran 3 kg. Aksi memasak sayut asem pun dilanjutkan.

Senada, Aam, warga Kelapa Dua, Tangerang, juga telah beralih dari gas 12 kg ke tabung ukuran 3 kg. Informasi kenaikan harga didapatnya dari televisi.

Setidaknya, dua tabung melon dibelinya untuk kebutuhan masak sehari-hari.
Menurutnya, kenaikan harga isi ulang tabung 12 kg terlalu tinggi dan berpengaruh terhadap uang belanja bulanan. Namun, di perumahan Kelapa Dua, kadang-kadang tak tersedia gas melon warna hijau.

Alhasil, wanita dua anak itu harus membawa tabung melon tersebut ke agen yang lebih besar di kawasan Medang, Tangerang. “Nggak jauh, 10 menit naik motor nyampe. Disana (Medang) pasti ada gas 3 kg,” pungkasnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

UPDATE

Muhibah ke Vietnam dan Singapura

Selasa, 08 Oktober 2024 | 05:21

Telkom Investasi Kesehatan Lewat Bantuan Sanitasi Air Bersih

Selasa, 08 Oktober 2024 | 04:35

Produk Olahan Bandeng Mampu Datangkan Omzet Puluhan Juta

Selasa, 08 Oktober 2024 | 04:15

Puluhan Anggota OPM di Intan Jaya Kembali ke NKRI

Selasa, 08 Oktober 2024 | 03:55

70 Hakim PN Surabaya Mulai Lakukan Aksi Mogok

Selasa, 08 Oktober 2024 | 03:30

Gotong Royong TNI dan Rakyat

Selasa, 08 Oktober 2024 | 03:15

Pemerintahan Jokowi Setengah Hati Bahas Kesejahteraan Hakim

Selasa, 08 Oktober 2024 | 02:50

Perkuat Digitalisasi Maritim, TelkomGroup Hadirkan Satelit Merah Putih 2

Selasa, 08 Oktober 2024 | 02:20

Prabowo Harus Naikan Gaji Hakim Demi Integritas dan Profesionalitas

Selasa, 08 Oktober 2024 | 01:55

Tertangkap, Nonton Perayaan HUT ke-79 TNI Sambil Nyopet HP

Selasa, 08 Oktober 2024 | 01:35

Selengkapnya