Berita

ramadhan pohan

Demokrat Heran Melihat PDIP, Dulu Cuap-cuap Tolak Kenaikan BBM

RABU, 27 AGUSTUS 2014 | 09:32 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

PDI Perjuangan ramai-ramai mendorong agar Presiden SBY menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebelum turun dari kursi RI 1. Bahkan, desakan itu disampaikan Presiden terpilih Joko Widodo.

Partai Demokrat heran dengan perubahan sikap politik partai besutan Megawati Soekarnoputri. "Masak baru satu tahun sudah berubah sikap," sindir Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan saat dihubungi Rakyat Merdeka Online pagi ini (Rabu, 27/8).

Ramadhan mengingatkan, PDIP selalu menolak kebijakan pemerintah kalau akan menaikkan harga BBM, termasuk pada 2013 lalu. Mereka beralasan cukup banyak cara yang bisa dilakukan daripada menaikkan harga BBM.

"Mereka dulu ngotot, tidak usah naikkan BBM karena bisa menyengsarakan rakyat. Kan bisa melakukan ini dan itu sebagai alternatifnya. Sekarang, ya lakukanlah.  Kenapa jadi tidak percaya diri," ungkap anggota Komisi I DPR ini.

Karena itu, Ramadhan Pohan menilai, mestinya sewaktu menjadi oposisi, PDIP harus tetap mengukur segala sikap politik yang akan diambil. Jadi tidak asal menolak. Saat ini, PDIP terkena karma.

"Dulu cuap-cuap. Ketika akan berkuasa, baru mereka ketakutan. Rakyat akan menagih janji mereka. Kalau mereka tidak bisa meng-address apa yang dimaui rakyat, pemerintahan Jokowi dan PDIP, tidak akan kuat," tekan Ramadhan.

Ramadhan berharap Presiden SBY tidak mau didikte oleh PDIP dan Jokowi itu. "Biar kan pemerintah berpikir tenang, tak usah diajari," tegasnya.

Apalagi, saat menaikkan atau menurunkan harga BBM dulu, Presiden SBY juga tidak terpengaruh dengan sikap politik PDIP.

"Ketika Pak SBY bergerak untuk kepentingan nasional, difitnah ditekan, dan diancam. Tapi Pak SBY jalan terus. Karena saat menaikkan atau menurunkan BBM, Pak SBY bukan karena tekanan. Pak SBY membuat kebijakan demi kepentingan rakyat," tandasnya. [zul]

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Muncul Petisi Agus Salim Diminta Kembalikan Uang Donasi

Rabu, 23 Oktober 2024 | 02:22

Bahlil Tunjukkan Kesombongan pada Prabowo

Jumat, 25 Oktober 2024 | 13:37

UPDATE

Polisi: Tak Ada Korban Jiwa dalam Peristiwa Truk Kontainer Ugal-ugalan

Jumat, 01 November 2024 | 10:05

Harga Emas Antam Terjun Rp20 Ribu, Satu Gram Jadi Segini

Jumat, 01 November 2024 | 10:02

Mendagri Bakal Lapor Prabowo soal Omnibus Law UU Politik

Jumat, 01 November 2024 | 09:50

Ketahuan Bawa Gepokan Dolar Hitam, WNI Ditangkap di AS

Jumat, 01 November 2024 | 09:46

Kemenkop Ingin Koperasi Dilibatkan dalam Swansembada Pangan

Jumat, 01 November 2024 | 09:42

Impor Baja Murah Ancaman Industri dan Keamanan Masyarakat

Jumat, 01 November 2024 | 09:40

Tidak Tepat Kebijakan Impor Gula Era Tom Lembong Diperkarakan secara Pidana

Jumat, 01 November 2024 | 09:36

Pakar: BPA Dalam Kemasan Pangan Masih Dalam Batas Aman

Jumat, 01 November 2024 | 09:29

Prabowo akan Kunker ke China, Kader PKS Singgung Kemerdekaan Palestina

Jumat, 01 November 2024 | 09:28

Perhakhi Dituntut Wujudkan Penegakan Keadilan di Masyarakat

Jumat, 01 November 2024 | 09:18

Selengkapnya