Berita

amien rais

Ini Konteks Perang Badar Amien Rais yang Dipersoalkan Romo Magnis

JUMAT, 04 JULI 2014 | 20:38 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Istilah perang badar yang pernah disampaikan politikus senior Prof. Amien Rais pada akhir Mei lalu ternyata masih terus dipersoalkan, meski sebenarnya apa yang disampaikan  tokoh Muhammadiyah itu hanya disalah mengerti.

Namun yang lebih mencengangkan, istilah perang Badar itu diungkit kembali oleh rohaniawan Katolik, Prof. Romo Magnis Suseno lewat tulisannya, "Alasan Tidak Mendukung Prabowo."

Dalam tulisan yang mulai tersebar sejak Rabu lalu itu, salah satu alasan menolak mendukung Prabowo karena Romo Magnis mengkhawatirkan lingkungan pendukung Prabowo. Dia heran, Prabowo sekarang sepertinya menjadi tumpuan pihak Islam garis keras.


Seakan-akan apa yang sampai sekarang tidak berhasil mereka peroleh, sambungnya, mereka harapkan bisa berhasil diperoleh andaikata saja Prabowo menjadi presiden?

"Adalah Amien Rais yang membuat jelas yang dirasakan oleh garis keras itu: Ia secara eksplisit menempatkan kontes Prabowo-Jokowi dalam konteks perang Badar, yang tak lain adalah perang suci Nabi Muhammad melawan kafir dari Makkah yang menyerang ke Madinah mau menghancurkan umat Islam yang masih kecil! Itulah bukan slip of the tongue Amien Rais, memang itulah bagaimana mereka melihat pemilihan presiden mendatang," tulis Gurubesar Ilmu Filsafat STF Driyarkara ini.

"Mereka melihat Prabowo sebagai panglima dalam perang melawan kafir. Entah Prabowo sendiri menghendakinya atau tidak. Dilaporkan ada masjid-masjid di mana dikhotbahkan bahwa coblos Jokowi adalah haram. Bukan hanya PKS dan PPP yang merangkul Prabowo, FPI saja merangkul," sambungnya.

"Mengapa? Saya bertanya: Kalau Prabowo nanti menjadi presiden karena dukungan pihak-pihak garis keras itu: Bukankah akan tiba pay-back-time, bukankah akan tiba saatnya di mana ia harus bayar kembali hutang itu? Bukankah rangkulan itu berarti bahwa Prabowo sudah tersandera oleh kelompok-kelompok garis keras itu?" ungkap Romo Magnis mempertanyakan.

Amien sendiri menyampaikan istilah Perang Badar saat menghadiri acara Isra Mikraj di Masjid Al Azhar, Jakarta pada 27 Mei lalu. Saat itu, Amien hanya menegaskan, pihaknya belum memikirkan posisi menteri dalam koalisi Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta yang diperkuat Gerindra, PAN, PKS, PPP, Golkar, serta PBB tersebut.

Karena saat ini mereka, ungkap Amien saat itu, lebih konsentrasi memenangkan Pilpres. Untuk memenangkannya, Amien meminta pendukung Prabowo-Hatta menggunakan mental Perang Badar. "Dahulukan perjuangan ketimbang bagi-bagi harta rampasan perang. Jangan (mental dalam) Perang Uhud, wani pira atau bagaimana nanti rampasan perangnya," kata Amien.

Amien menjelaskan, prajurit umat Islam yang dipimpin Nabi Muhammad dalam Perang Uhud telah kemasukan kepentingan pribadi yang berorientasi dunia. Dalam Perang Uhud, prajurit berperang bukan untuk kebenaran dan keadilan, melainkan demi harta rampasan perang.

Tak pelak, dalam peperangan itu umat Islam menelan kekalahan. Bahkan, wajah Rasulullah terluka dan gigi gerahamnya tanggal. Banyak pasukan umat Islam yang terbunuh, termasuk Hamzah paman Rasulullah.

Sebaliknya, Amien menyebut bahwa perjuangan para prajurit dalam Perang Badar adalah ikhlas membela kehormatan diri dan Tanah Air. Karena itu, tutur Amien, kemenangan dapat digenggam dalam Perang Badar. Padahal saat itu, pasukan kaum Muslim hanya 313 orang. Sementara pasukan lawan berjumlah 1.000 orang.

Sebagai kaum Muslimin, Amien pun menganjurkan penggunaan mentalitas Perang Badar, bukan Perang Uhud. "Jadi, kalau mulai maju (niatnya seperti di) Perang Uhud, insya Allah kalah. Kalau (niatnya seperti di) Perang Badar, ini siapa, menterinya siapa, itu nanti. Insya Allah kita kali ini dimenangkan," ucap Amien, saat itu. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya