Debat calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo pada Senin malam kemarin terus diperbincangkan masyarakat. Selain substansi, gaya komunikasi masing-masing juga menjadi sorotan.
Menurut pengamat komunikasi politik Hendri Satrio, Prabowo kembali menunjukkan ciri khasnya, yaitu ketegasan dengan jawaban singkat dan padat.
"Bahkan Prabowo beberapa kali menampilkan sisi humanis saat membanggakan anaknya, mengeluarkan sisi humor dan sportif terhadap pernyataan Jokowi yang tepat," jelas Hendri (Rabu, 17/6).
Sementara penampilan Jokowi pada debat capres kedua itu juga kinclong. Dia kerap menjawab dengan jawaban implementatif yang menjadi ciri khasnya. Jokowi juga kerap menunjukkan kemampuan pengalamannya sebagai kepala daerah dengan jawaban yang sesuai dengan kebijakan lapangan.
Bila jawaban Prabowo masih banyak yang terlalu mengambang, terlalu banyak frame dan sulit dipahami, sementara Jokowi mengambil kesempatan ini dengan jawaban-jawaban yang down to earth dan implementif sehingga mampu mengendalikan irama debat terutama di sesi awal.
"Pertanyaan yang dilancarkan Prabowo kurang tajam sementara Jokowi mampu mendikte Prabowo untuk bermain mikro dan implementif," ungkap dosen Universitas Paramadina ini.
Meski dia menjelaskan, Jokowi melakukan blunder saat menunjukkan kartu Indonesia pintar. "Program yang di Jakarta pun belum ketahuan tingkat keberhasilannya," tandasnya.
Namun yang jelas, kedua capres nampaknya merindukan para cawapres-nya untuk soal ekonomi, yang dalam pilpres ini masing-masing pendamping mereka adalah berlatar belakang ekonom. Prabowo dengan Hatta Rajasa, sementara Jokowi menggandeng Jusuf Kalla.
"Sama seperti debat pertama, untuk urusan penutup Prabowo menutup debat dengan lebih kuat," ungkapnya.
Sementara terkait moderator, Prof. Ahmad Erani Yustika, dia menambahkan, tampil lebih santai dan lebih akomodatif dalam mengakomodir jawaban, pertanyaan dan kehebohan pendukung masing-masing kubu.
[zul]