Berita

Chatib Basri

Bisnis

Dana Bansos Jatah Orang Miskin Kok Dibuat Nambal Subsidi BBM

Menteri Chatib Basri Ketar-ketir Lihat Ancaman Defisit APBN
SENIN, 19 MEI 2014 | 09:37 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan memangkas dana bantuan sosial (bansos) untuk mengantisipasi lonjakan subsidi BBM.

Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan, untuk menjaga defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun ini yakni memotong anggaran belanja mana saja yang bisa dihemat, termasuk dana bansos.

Menurutnya, pemangkasan bansos ini akan melibatkan masing-masing kementerian atau lembaga. “Kita tidak boleh potong sepihak saja,” ujar dia.


Kendati begitu, Askolani belum mau memberitahu dana mana saja yang akan dipotong. Pihak yang paling mengerti anggaran bansos adalah masing-masing kementerian dan lembaga.

Selain bansos, yang akan dipangkas dalam APBN-P tahun ini adalah belanja barang dan pegawai. Perjalanan dinas berikut belanja honor akan dilakukan pemangkasan.

Untuk diketahui, anggaran bansos dalam APBN 2014 sebesar Rp 91,8 triliun. Realisasi dana bansos dalam triwulan pertama 2014 mencapai Rp 13,2 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengaku pemerintah mulai khawatir dengan subsidi BBM yang kemungkinan melonjak pada kuartal II tahun ini.

“Sekarang kita berhadapan dengan kondisi di mana subsidi BBM naik lebih tinggi dari yang diperkirakan, sehingga dalam proses anggaran kita harus hati-hati terhadap semua belanja,” tuturnya.

Apalagi subsidi BBM pada kuartal I-2014 mencapai Rp 20 triliun. Subsidi BBM yang tidak terkendali akan menyebabkan defisit terhadap APBN menembus lebih dari 2,5 persen. Dengan alasan itulah pemerintah juga berupaya menekan belanja modal.

“Makanya yang dilakukan dalam APBN-P nanti anggarannya dipangkas, bukan hanya lambat, tapi juga dipotong,” katanya.

Selain melakukan pemotongan anggaran karena membengkaknya subsidi, pemerintah juga akan melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi dalam APBN-P.

Deputi Bidang Kemiskinan Ketenagakerjaan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rahma Iryanti mengatakan, pihaknya akan menghitung ulang target kemiskinan tahun ini terkait adanya koreksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5,5 persen dari target 6 persen.

Menurut dia, koreksi pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada target kemiskinan. “Kami akan menghitung ulang dan terus memantau inflasi karena menjadi faktor utama dalam kemiskinan,” kata Rahma.
 
Dia mengatakan, dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, kemungkinan pengurangan tingkat kemiskinan akan ikut melambat. Namun, dia optimistis angka kemiskinan tetap pada range target pemerintah, yaitu 10,55-10,77 persen.
“Potensi bertambah mungkin tidak, tapi jumlah orang miskin berkurang mungkin akan melambat,” ujarnya.

Menurut Rahma, jika pemerintah masih menginginkan angka kemiskinan di kisaran itu, diperlukan extra effort dengan memastikan program-program perlindungan sosial seperti bantuan sosial, Program Keluarga Harapan dan beras untuk rakyat miskin (raskin). Termasuk program-program di kementerian dan lembaga, penyalurannya harus tepat sasaran.

Selain itu, langkah yang harus dilakukan adalah menggenjot lapangan kerja. Menurut Rahma, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan lapangan kerja informal yang bisa menahan laju kemiskinan.

Sebelumnya, Kepala BPS Suryamin mengatakan, indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,75 persen Maret 2013 menjadi 1,89 persen pada akhir tahun.

Kemudian indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,43 persen (Maret) menjadi 0,48 persen.

Artinya, menurut Suryamin, tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia semakin parah. Sebab berada menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar.

“Indeks ini menyebutkan ada kecenderungan makin menjauh dari garis kemiskinan, ya semakin dalam dan parah,” katanya.

Dia mengatakan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase. Karena ada dimensi lain, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Tentunya akan membantu pemerintah dalam pengambilkan kebijakan. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya