Berita

megawati soekarnoputri/net

PILPRES 2014

Landscape Politik PDIP Pasca TK dan Ancaman Fatamorgana

SABTU, 10 MEI 2014 | 20:50 WIB | OLEH: TEGUH SANTOSA

TIDAK usah heran bila belakangan muncul berbagai spekulasi mengenai siapa tokoh yang akan mendampingi capres PDI Perjuangan Joko Widodo ke arena pemilihan presiden Juli mendatang.

Sebentar terdengar nama mantan ketua umum Partai Golkar Jusuf Kalla yang menguat. Atau nama mantan KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, atau ekonom senior dan mantan menko ekuin Rizal Ramli, juga Ketua KPK Abraham Samad. Biasanya, tak lama kabar-kabar itu akan dimentahkan oleh kabar-kabar berikutnya.

Nama mantan Menkeu Sri Mulyani pun sempat menguat, menyusul kehadirannya untuk bersaksi dalam persidangan kasus Bank Century di Pengadilan Tipikor, pekan lalu. Tetapi, hanya sehari, nama Sri Mulyani hilang lagi.

Selain Sri Mulyani, mantan mendag Rini pun pernah disebut berpeluang. Juga Luhut Panjaitan, mantan dubes, mantan mendag dan petinggi Partai Golkar. Kedua nama ini tak begitu lama mengudara. Lalu hilang begitu saja.

Kabar yang terus berkembang, yang up and down dalam waktu yang cukup singkat ini, dari sisi lain memperlihatkan dua hal yang tengah berlaku di kalangan petinggi PDIP.

Pertama, ia merefleksikan dinamika politik dan perbedaan pandangan di kalangan elit partai. Setiap tokoh yang disebut berpeluang jadi pendamping Jokowi punya kelompok pendukung masing-masing di kalangan elit partai banteng bermoncong putih itu.

Mereka-mereka inilah yang punya kepentingan untuk terus menerus mengudarakan nama jagoan mereka masing-masing.

Sementara sang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri masih menyimpan sikapnya rapat-rapat. Informasi yang patut dipercaya menyebutkan Mega semakin irit bersuara. Ia menjaga jarak dengan semua pihak yang punya kepentingan untuk posisi orang nomor dua ini.

Dia, misalnya, disebutkan menolak tiga tokoh nasional yang ingin menemuinya di Bali baru-baru ini. Ketiga tokoh itu ada yang menunggu di kota lain, ada yang menunggu di Denpasar, bahkan ada yang berusaha menemui Mega di sebuah pesta perkawinan. Tetapi ketiganya pulang dengan tangan hampa dan terpaksa menggigit jari.

Ada juga tokoh nasional yang akhirnya bertemu Mega di Jakarta. Tetapi tak banyak yang ia dapat kecuali gesture Mega yang kaku dan air mukanya yang dingin serta senyum yang sekadarnya.

Dan kini Mega memilih pergi dari Jakarta. Ada yang mengatakan kembali ke Bali. Ada yang mengatakan ke Hongkong.

Hal kedua, ini berkaitan dengan perubahan landscape politik PDI Perjuangan pasca Taufiq Kiemas. Ketika Taufiq Kiemas masih ada di antara kita, fragmentasi elit PDIP kalaupun ada ketika itu dapat dikonsentrasikan di dua kubu utama: kubu Mega dan kubu TK.

Membaca konflik kepentingan saat itu relatif lebih mudah mengingat variabel-variabelnya terbatas dan sederhana.

Bagi kalangan elit PDIP, landscape politik pasca TK ini benar-benar baru, dan memaksa mereka untuk belajar kembali bagaimana cara terbaik mengelola kepentingan yang berbeda di antara mereka. Terutama dalam hal mempertemukan sekian banyak kepentingan di balik duet capres dan cawapres PDIP.

Elit PDIP dan publik harus sabar menunggu sampai peluit terakhir ditiupkan Mega dengan caranya yang khas.

Sementara itu perlu kita catat bersama, bahwa kemenangan PDIP di arena pilpres sudah di depan mata. Tetapi kesalahan menghitung dan memperkirakan kandidat cawapres terbaik untuk mereka dan untuk Indonesia akan membuat bayangan kemenangan itu sebatas fatamorgana. [***]

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Anis Matta hingga Fahri Hamzah Hadir di Pelantikan Pengurus Partai Gelora 2024-2029

Sabtu, 22 Februari 2025 | 15:31

Fitur Investasi Emas Super Apps BRImo Catatkan Transaksi Rp279,8 miliar

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:48

Adian Napitupulu hingga Ahmad Basarah Merapat ke Rumah Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:35

Muslim LifeFair Bantu UMKM Kota Bekasi Naik Kelas

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:28

AS Ancam Cabut Akses Ukraina ke Starlink jika Menolak Serahkan Mineral Berharga

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:12

Kapolri Terbuka dengan Kritik, Termasuk dari Band Sukatani

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:58

Himbara Catat Kinerja Solid di Tengah Dinamika Ekonomi Global

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:56

Mendagri: Kepala Daerah Bertanggung Jawab ke Rakyat, Bukan Partai

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:21

Jual Ribuan Konten Porno Anak Via Telegram, Pria Ini Diringkus Polisi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 13:11

Trump Guncang Pentagon, Pecat Jenderal Brown dan 5 Perwira Tinggi Sekaligus

Sabtu, 22 Februari 2025 | 12:36

Selengkapnya