Baku tembak yang terjadi antara kelompok teroris dengan Tim Bravo Brimob Polda Sulawesi Tengah, menandakan masih ada jaringan teroris yang bersenjata di sana.
“Kami menduga penembakan dilakukan jaringan lama,†kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai, di gedung DPR, kemarin.
Seperti diketahui, Kamis lalu terjadi aksi baku tembak antara Brimob dan kelompok teroris terjadi di Desan Taunca, Poso Pesisir Selatan saat pihak kepolisian sedang melakukan penyisiran jejak teroris.
Lokasinya di perbukitan dan jauh dari pusat kota.Saat ditelusuri, kelompok bersenjata dalam insiden itu adalah kelompok teroris Santoso. Dalam kejadian itu, Bharatu I Putu Satria Wirayudha, tewas di lokasi kejadian. Bukan hanya Bharada yang meninggal dunia, salah satu anggota teroris juga tewas dan seorang lainnya mengalami luka tembak di bagian kaki.Santoso adalah gembong teroris yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO). Dia merupakan pimpinan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur dan juga buronan Tim Detasemen Khusus 88.Tokoh kelompok ekstrimis yang dekat dengan Abu Roban ini, diduga terlibat dalam sejumlah kasus teror di kawasan Timur Indonesia. Hingga saat pihak kepolisian masih melacak keberadaan Santoso.
Ansyaad Mbai selanjutnya mengatakan, wilayah Poso, Sulawesi Tengah masih menjadi pusat gerakan terorisme.
Berikut kutipan selengkapnya: Kalau pelakunya jaringan lama, berarti BNPT sudah tahu perkiraan lokasinya?Kami belum tahu persis. Tapi dapat dipastikan masih ada di Poso.
Belum ada perkiraan sama sekali? Belum, Poso itu kan luas.
Kapan kira-kira BNPT bisa menangkap jaringan tersebut?Kami upayakan segera. Karena kami juga tidak mau ada korban lagi.
Kenapa jaringan lama belum bisa diberantas sampai akarnya?Memberantas jaringan teroris itu tidak mudah. Mereka tumbuh terus meskipun kami dan Densus 88 sudah mencoba untuk memberantasnya. Dibutuhkan gerakan deradikalisasi yang menyeluruh untuk bisa mewujudkan itu. Kami sedang berupaya melakukan itu.
Deradikalisasi yang dilakukan BNPT seperti apa?Contohnya, kita sudah datangkan pimpinan JI Najhi dari Timur Tengah untuk membantu upaya deradikalisasi. Selain itu BNPT pun mendatangkan tokoh lainnya yaitu Syeh Ali Arabi. Keduanya telah dipertemukan dengan Abu Bakar Baasyir untuk upaya deradikalisasi. Bekas teroris lainnya juga sangat membantu menjadi narasumber dalam upaya deradikalisasi.
Mengapa harus datangkan dari luar negeri?Karena ada kecenderungan orang-orang yang berpaham akstrimis seperti itu lebih mudah mempercayai tokoh agama dari luar, terutama Timur Tengah. Karena pemahaman jihad itu kan berasal dari sana.
Kalau dari dalam negeri, apa ada?Banyak kok. Para tokoh dan alim ulama selalu mendukung upaya deradikalisasi yang kami usung.
Sejauh ini hasilnya bagaimana?Sejauh ini hasilnya bagus. Dr Najhi itu juga telah sukses melakukan deradikalisasi kepada puluhan ribu orang di negaranya. Yang dilakukan para bekas teroris juga bagus.
BNPT dinilai tidak ada kinerjanya, dan disarankan untuk dibubarkan, tanggapan Anda?Antara BNPT dan Densus 88 itu satu. Semua pejabat BNPT itu bekas pejabat teras Densus 88. Saya pun waktu diminta sebagai Kapala BNPT, saya minta dukungan kepada Kapolri. Agar Polri dan BNPT menjadi satu kesatuan di dalam memberantas terorisme. Kalau tidak didukung seperti itu, saya tidak akan mau.
Soal BNPT diusulkan dibubarin, saya kira itu pernyataan emosional. Saya pikir pernyataan itu tidak bisa diwujudkan.
Teroris selalu muncul dalam moment-moment tertentu, termasuk menjelang pemilu, ini bagaimana?Tidak benar kalau ada yang menyatakan terorisme sebagai pengalihan isu. Kami kan tidak bisa mengatur kapan mereka mau muncul. Kalau kami bisa tentu akan kami cegah. Kalau kami cegah kan reward dari masyarakat juga lebih besar.
Kalau saat pemilu pasti ada aksi teroris. Musuh utama terorisme kan demokrasi. Kami melihat kalau potensi munculnya terorisme merata di seluruh wilayah Indonesia. ***