Berita

Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajoesman

Wawancara

WAWANCARA

Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajoesman: Apa Sih Untungnya Polisi Rekayasa Penembakan Teroris

SELASA, 07 JANUARI 2014 | 09:09 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Polri bikin gebrakan di awal 2014. Terduga teroris di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, disergap dan ditembaki. Sebagian orang memuji aksi Densus 88 itu. Sebagian lagi mengecam karena ada dugaan pelanggaran HAM.

Namun, menurut sesepuh Polri Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajoesman, penanganan aksi terorisme itu tetap berbeda dengan kejahatan biasa.

“Kondisi di lapangan sangat menentukan langkah petugas,” ujar Noegroho Djajoesman, kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.


Bekas Kapolda Metro Jaya dan pembina banyak ormas itu memuji tindakan Densus 88 tersebut. Patut diacungi jempol.

Berikut kutipan selengkapnya;

Pantaskah Dayat kacamata cs mati ditembaki Densus?
Apa yang dilakukan Polri dalam hal ini Densus 88 patut kita acungi jempol. Sebab, sudah dapat mencegah dan mengungkap ancaman yang sangat potensial dari jaringan terorisme yang akan berakibat fatal bagi masyarakat dan hubungan internasional.

Apa penembakan itu sudah sesuai prosedur?
Menurut saya sudah. Terorisme ini suatu kejahatan extra ordinary. Para pelakunya pun bisa berbuat yang tidak kita duga dan akan sangat membahayakan bagi petugas.

 Contohnya, kasus penembakan personel Densus 88 di Solo, penembakan personel polisi di Jabodetabek. Satu petugas juga tertembak saat penggerebekan lalu. Jadi, kondisi di lapangan sangat menentukan tindakan, langkah dari petugas.
 
Semua yang mati itu kan baru terduga teroris, ini bagaimana?

Istilah ini kan sebutan dalam hukum. Setiap kasus yang belum memperoleh kepastian hukum tetap selalu menggunakan istilah terduga. Tetapi, dengan diketemukannya bukti-bukti di tempat kejadian, tentu sebutannya jadi berubah.  

Ormas menganggap teroris seharusnya dilumpuhkan saja untuk kepentingan informasi dan HAM, menurut Anda bagaimana?
Saya setuju sekali untuk kasus-kasus lain. Tapi khusus untuk tindakan kepada para teroris ini harus jelas dan tegas. Sebab, kasus terorisme ini adalah suatu bentuk kejahatan yang dilatarbelakangi ideologi dan dapat berbuat hal-hal yang sangat berdampak luas bagi keamanan negara dan masyarakat.

Ada yang bilang, buku jihad, bahan peledak dan bukti lain itu sebelumnya sudah direkayasa oleh intelijen sebagai pembenaran?
Kenapa kok kita harus selalu berpikir negatif. Apa sih untungnya polisi merekayasa penembakan teroris. Marilah kita di alam demokrasi ini dapat menerima hal-hal yang positif.

Kalau suatu saat terbukti adanya rekayasa, silakan saja masyarakat menuntut dan menggugat pejabat Polri yang bersangkutan. 

Komnas HAM melansir, Polri lembaga paling banyak dilaporkan masyarakat melanggar HAM, pendapat Anda?
Saya dapat memaklumi karena pihak yang selalu bersinggungan dengan masyarakat adalah Polri. Dengan catatan, persinggungan ini sebagai akibat dari peran Polri dalam menegakkan Undang-undang, hukum dan peraturan.

Tapi mengapa pelayanan, pengayoman dan perlindungan yang sudah dilakukan Polri kepada masyarakat tidak pernah diapresiasi sebanyak kritik yang diberikan.

Penting atau tidak sih Polri memberi ganti rugi materi dan moril di tempat penggerebekan teroris?
Saya rasa perlu dan penting. Hal ini pun sudah disampaikan Kapolri. Misalnya memperbaiki rumah yang rusak akibat penggerebekan itu.

Oh ya, soal pengamanan Pemilu 2014, total anggaran untuk Polri Rp 3,5 triliun, apa sudah cukup?
Soal cukup tidaknya saya tidak tertarik membicarakannya. Tapi justru di tahun politik ini, Polri harus benar-benar bersikap netral. Sekali saja netralitas ini diabaikan, dampaknya besar sekali bagi institusi Polri.  Yang pasti, Polri akan ditinggalkan oleh masyarakat.

Kapolri Sutarman kan pilihannya SBY, apa jaminannya tidak ‘memprioritaskan’ lingkaran Istana dan Demokrat?
Soal Kapolri ditunjuk Presiden karena memang mekanismenya demikian. Toh, penunjukkan ini disetujui pula oleh DPR lewat forum fit and proper test. Jadi, tidak perlu dipermasalahkan. Yang penting, komitmen dari Kapolri sudah disampaikan. Masyarakat tinggal mengawasi saja.

Indonesia Police Watch (IPW) minta Jokowi diprioritaskan pengamanannya karena dianggap calon presiden yang paling disukai masyarakat,  ini bagaimana?
Saya rasa bukan Jokowi saja. Seluruh kandidat capres pun akan diberikan pengamanan khusus oleh Polri. Sebenarnya, bukan hanya pada saat Pilpres, tapi juga saat pemilihan legislatif, pilkada maupun pengamanan pejabat aktif tetap diberikan pengamanan oleh Polri. Bahkan bekas presiden pun diberikan pengamanan.

Kapolri sudah mencanangkan 12 program prioritas untuk perbaikan internal, Anda yakin realistis atau ada saran lain?
Saya sudah mengetahui dan mengkajinya, 12 program ini cukup bagus. Intinya adalah peningkatan pelayanan Polri, kedekatan Polri dengana masyarakat, soliditas internal dan pemberantasan korupsi. Yang harus diwaspadai, mengenai poin pemberantasan korupsi, baik di internal maupun di luar Polri. Mengapa? Karena masalah ini dicantumkan di awal poin 12 program. Artinya, pemberantasan korupsi menjadi prioritas.  

Saran Anda untuk Polri mulai awal tahun ini?
Jaga soliditas internal. Pembinaan harus dilakukan bukan hanya ditujukan kepada anggota yang berada di dalam struktur. Tapi juga terhadap mereka yang sedang melaksanakan penugasan di luar Polri seperti KPK, PPATK atau lembaga/badan negara lain.  Melaksanakan 12 program yang sudah dicanangkan Kapolri, mulai tingkat pusat sampai daerah dengan penuh tanggung jawab dan konsisten. Peka terhadap permasalahan yang setiap saat muncul di masyarakat dan berpotensi mengganggu keamanan. ***

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya