Tokoh Katolik Romo Franz Magnis Suseno menilai, salah satu makna perayaan hari raya Natal adalah peringatan kepada para pejabat negara agar menghindari tindakan korupsi dan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kekuasaan.
Umat Kristiani memiliki banyak harapan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara pada perayaan Hari Raya Natal tahun ini. Antara lain, di bidang sosial makna Natal dapat menciptakan kehidupan yang rukun antar umat beragama. Bidang politik, pemilu tahun depan dapat berjalan tanpa dikotori politik uang. Dan di sektor hukum, dapat menyadarkan pejabat yang doyan korupsi.
“Masalah intoleransi dan pemberantasan korupsi kami harapkan menjadi prioritas utama para pemimpin negara untuk membenahi bangsa ini menjadi lebih banyak,†katanya.
Berikut ini kutipan wawancara
Rakyat Merdeka dengan Romo Franz Magnis Suseno selengkapnya.
Apa makna perayaan Natal bagi umat Kristiani tahun ini?Bagi kami perayaan hari Natal sama pada setiap tahunnya. Bagi kami di Indonesia, saya mengharapkan agar Natal menjadi hari kegembiraan, hari saling menerima, hari saling memaafkan dan saling menghormati. Natal adalah dukungan sikap politis di hati setiap manusia.
Kita harus melihat pelajaran dari kisah Yesus. Yesus lahir di sebuah kandang, karena Maria dan Yosef tidak mampu menyewa penginapan. Yesus lahir di keluarga yang miskin, di tempat yang sangat sederhana. Hal itu menunjukkan bahwa yang besar di mata manusia belum tentu besar di mata Tuhan. Maknanya, kita bisa hidup terhormat dan bermartabat meskipun hidup sederhana. Makna Natal sebenarnya menjadi teguran bagi pejabat dan para pemimpin kita, yang mengikuti nafsu korupsi, konsumtif dan nafsu mencari status.
Apa harapan Anda terhadap kehidupan bernegara?Tahun 2014 adalah tahun yang menentukan bagi seluruh bangsa Indonesia. Saya betul-betul berharap bahwa peristiwa penting, baik pemilu legislatif (pileg) atau pemilu presiden (pilpres) bisa berjalan dengan lancar, saling menghormati dengan bertujuan untuk kemajuan bangsa. Karena, saya melihat tantangan tahun depan yang muncul nanti jauh lebih berat.
Apa tantangan itu?Menciptakan keadilan sosial dan membangun solidaritas. Itu saya anggap penting karena 60 persen rakyat Indonesia saat ini masih hidup pas-pasan.
Selain itu, menciptakan kerukunan beragama, karena kasus intoleransi masih marak terjadi pada tahun 2013. Kita harus belajar saling menghormati sesuai keyakinan masing-masing ber-dasarkan asas Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Anda menilai pemberantasan korupsi harus menjadi program prioritas para pemimpin bangsa. Memang seberapa buruk masalah korupsi di Indonesia?Itu saya anggap penting karena korupsi masih merajarela. Kita harus mencari pemicu utama maraknya korupsi, dan kemudian kita harus mengatasinya sampai akar-akarnya.
Misalnya, korupsi di bidang politik, ada yang menilai karena ada masalah struktural, sistem politik membuat proses politik mahal. Orang yang memiliki niat baik terjun ke politik sekarang harus kerja keras memikirkan sumber dana.
Karena sekurang-kurang untuk nyaleg harus memiliki dana Rp 1 miliar. Apakah banyak orang yang memiliki penghasilan sampai miliaran? Akibat tidak memiliki dana, mereka terpaksa mencari sponsor. Selain itu, mahalnya proses politik itu rentan terjadi praktik money politics. Oleh karenanya, kita harus benahi masalah itu untuk mencegah terjadinya korupsi.
Banyak yang menilai sistem pemilihan caleg secara langsung bagus untuk demokrasi...Memang kita membutuhkan pemilihan langsung, Saya kira perlu dicarikan solusinya.
Kalau tidak mau korupsi di politik terjadi. Proses politik harus murah. Banyak kok demokrasi tetapi tidak mahal. Saya ingin mengingatkan para caleg untuk menghindari politik uang. Karena, Anda memberi belum tentu dipilih.
Ada usulan agar pileg dan pilpres disatukan agar lebih efisien. Bagaimana pendapat Anda?Saya menyerahkan urusan itu kepada ke para ahlinya, yakni para ahli politik.
Tahun depan Indonesia akan menggelar Pilpres. Pemimpin seperti apa yang diharapkan umat Kristiani?Secara umum tentu kami inginkan pemimpin yang bisa menegakkan keadilan, menjaga keamanan, mengembangkan perekonomian dan menjaga ketentraman.
Secara khusus, kami hanya menginginkan agar kami bisa beribadat, pemerintah dapat menjamin golongan atau agama lain di dalam menjalankan peribadatan. Sebab, saat ini masalah intoleransi masih menjadi masalah serius. Banyak kelompok tidak diakui padahal mereka punya keyakinan.
Sudah banyak tokoh yang muncul ingin menjadi capres-cawapres. Bagaimana penilaian Anda?
Saya tidak ingin mengomentari para tokoh yang muncul. Kami hanya ingin mereka ketika terpilih menjalankan amanah.
Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Kami berharap, masyarakat dapat menggunakan hak suaranya dengan baik. ***