Berita

ilustrasi

Bisnis

Hindari Broker, Perdagangan Dan Pengadaan BBM Wajib Diaudit BPK

Pemerintah Diminta Percepat Pembangunan Kilang Minyak
SENIN, 01 JULI 2013 | 10:04 WIB

Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia mahal karena belinya dari calo. Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) diminta mengaudit pengadaan dan produksinya.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, Jumat (28/6).

Mamit mengatakan, selama ini pemerintah selalu beralasan kenaikan harga BBM karena anggaran subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terus membengkak.


“Membengkaknya anggaran subsidi BBM tidak lepas dari semakin besarnya volume impor minyak ke dalam negeri. Di sini letak kesalahan pemerintah dalam pengelolaan bisnis migas nasional,” beber Mamit.

Faktor lain yang membuat anggaran subsidi membengkak adalah tingginya harga beli minyak. “Memang saat ini mereka sudah tidak menggunakan cara trader lagi dalam membeli minyak. Mereka langsung beli ke perusahaan minyak nasional negara penghasil minyak. Namun, penentuan beli ke perusahaan mananya tetap masih ada yang mengaturnya,” ungkapnya.

Mamit menilai, Indonesia salah satu negara yang unik. Sebab, Indonesia mempunyai cadangan minyak yang cukup, namun mengimpor BBM. Sementara yang tidak punya minyak seperti Jepang dan Singapura, malah tidak mengimpor BBM.

Pengamat ekonomi Faisal Basri meminta BPK melakukan audit untuk pengadaan dan perdagangan BBM di Indonesia yang dikelola pemerintah. “Tak hanya BPK, tapi tim investigasi khusus mesti mengungkap soal inefisiensi di dalam mata rantai perdagangan BBM di kita,” ujar bekas calon gubernur DKI yang kalah di Pilkada ini.

BPK, kata Faisal, harus mengaudit proses pengadaan impor BBM mulai dari produksi hingga sampai di jual ke pom bensin. Dia juga menduga ada permainan mafia minyak dalam pengadaan BBM di Indonesia, karena pemerintah membeli minyak dengan harga mahal.

“Kenapa kita beli yang mahal. Padahal rate harga minyak yang dikelola Venezuela dan Nigeria itu di bawah 100 dolar AS  per barel. Kenapa pemerintah tidak beli yang itu saja yang murah. Pasti alasannya spesifikasi, kilang kita tidak cocok,” sindirnya.

Direktur Indonesia Resources Studies(Iress) Marwan Batubara mengatakan, pengaruh para mafia impor minyak sangat besar. Bahkan, mereka terus menghambat pembangunan kilang baru di Indonesia karena akan mengganggu bisnis impor BBM mereka.

Padahal, sejumlah negara sudah menyatakan kesiapannya untuk membangun kilang di dalam negeri. Namun, tidak ada satupun yang dieksekusi pemerintah. “Dulu alasannya biaya besar dan margin kecil. Sekarang  beralih ke isu insentif,” kata Marwan.

Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir menjelaskan, pemerintah telah mematok harga penjualan BBM di tanah air berdasarkan patokan minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).

“Satu juta barel yang bisa diolah hanya 159 liter dan yang jadi BBM hanya 135 liter atau 85 persen. Dengan harga ICP 100 dolar AS per barel dan hasil pengolahan BBM tersebut didapatkan angka Rp 7.400 per liter sebagai biaya produksi,”  terang Ali.

Biaya produksi tersebut, belum termasuk biaya pengolahan yang rata-rata mencapai 15 persen dari harga pokok BBM. Dengan begitu, harga jual melebihi biaya produksi.

Ali juga membantah Petral menjadi ajang pedagang minyak untuk meraup untung berlebihan dari aktivitas impor. Dia mengklaim, mitra dagang Petral harus perusahaan yang punya laporan keuangan tiga tahun berturut-turut.

Menurutnya, Pertamina akan terus memakai jasa Petral buat mengurangi risiko bisnis migas internasional, dibandingkan Pertamina sendiri yang mendatangkan impor BBM. Dikatakan, tudingan soal mafia minyak ini kerap dilontarkan tapi tidak pernah terbuktikan.

Sebelumnya, kalangan aktivis hukum Johnson Panjaitan dan kader PAN Ade Daud Nasution pernah nyamperin Kantor Petral di Singapura. Namun, mereka akhirnya menerima penjelasan soal proses tender BBM yang dilakukan anak usaha Pertamina.
 
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik sebelumnya berjanji akan mempercepat pembangunan kilang minyak di Indonesia. Langkah ini penting dilakukan, agar stok BBM di dalam negeri bisa lebih lama atau lebih dari 21 hari. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya