Berita

Marzuki Alie

Wawancara

WAWANCARA

Marzuki Alie: Saya Tidak Akan Jadi Capres Atau Cawapres Jika Jadi Ketum Demokrat

JUMAT, 22 MARET 2013 | 09:23 WIB

Marzuki Alie sudah menyampaikan kepada Presiden SBY untuk tidak menjadi capres atau cawapres bila terpilih menjadi ketua umum (ketum) Partai Demokrat.

“Saya sudah menyampaikan hal itu kepada Pak SBY seminggu lalu,’’ kata Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.

Menurut Ketua DPR itu, ada lima poin yang disampaikannya kepada SBY mengenai  Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Bali, 30 Maret mendatang.


Berikut kutipan selengkapnya;


Apa lima poin itu?
Saya kira tidak etis menyebutkan semua yang disampaikan itu. Satu saja ya, yakni  tak akan menjadi capres atau cawapres bila saya terpilih menjadi ketua umum Partai Demokrat.

Apa SBY khawatir Anda menjadi capres atau cawapres?
Saya kira ini bukan soal kekhawatiran. Tapi Pak SBY memang menghendaki agar ketua umum Partai Demokrat itu konsentrasi mengurusi partai saja. Tidak direcoki urusan capres dan cawapres.

Saya kira itu bagus. Sebab, dengan cara itulah partai ini bisa diselamatkan. Ketua umum tidak boleh bermanuver soal capres dan cawapres.

Anda tidak tergiur posisi itu?
Sama sekali tidak tergiur. Saya bisa menjadi Ketua DPR saja, itu sudah sangat tinggi bagi saya dan luar biasa. Ini tidak pernah terbayang sebelumnya. Saya sangat bersyukur karena Pak SBY memilih saya menjadi Ketua DPR. Makanya saya menjaga lembaga ini dengan sekuat tenaga. Saya tidak mengharapkan lebih dari itu lagi.

Kenapa Anda ingin menjadi ketua umum Partai Demokrat?
Bukan saya yang ingin, tapi pengurus Partai Demokrat di daerah yang meminta saya agar bersedia dicalonkan. Tujuannya untuk  menyelamatkan partai ini, bukan semata untuk mencari jabatan.

Saya ini kan seorang pekerja, kerja, dan kerja. Apalagi, kondisi partai kami ini sedang terpuruk sekarang ini, tentu perlu kerja keras untuk memperbaikinya.

Soal capres dan cawapres siapa yang mengurusi?
Saya sudah sampaikan kepada Pak SBY soal capres dan cawapres diserahkan sepenuhnya kepada beliau selaku Ketua Majelis Tinggi dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.

Artinya, terserah Pak SBY, siapa pun nanti yang dipilih, tentu wajib bagi kami untuk mendukungnya.

Gara-gara bersedia dicalonkan, ada yang menduga hubungan Anda dengan SBY terganggu, apa benar?
Itu tidak benar. Hubungan kami tetap seperti biasa. Pak SBY pernah bilang bahwa beliau  punya mata hati. Walau orang itu dekat secara fisik, tapi belum tentu dekat secara emosional. Sebaliknya, walau orang itu jauh, tapi dekat di hati.

Anda merasa dekat di hati?
Tentu ya. Sebab, beliau memiliki mata hati. Beliau mempercayakan sejumlah tanggung jawab kepada saya tentu melalui proes yang panjang. Saya mengenal beliau tahun 2003 saat  ke Palembang. Pak SBY berpidato di sana, saya sangat terkesan. Beliau cerdas, pintar, dan bahasanya santun.

Setelah itu, saya sering kumpul dengan Pak SBY. Hingga suatu saat, beliau hendak ke Singapura, April 2004, memanggil saya ke Sheraton Hotel di Bandara Soekarno-Hatta yang katanya mau rapat. Tapi setelah saya sampai di sana, ternyata kami hanya berdua di situ.

Pak SBY menyampaikan secara khusus kepada saya, telah berpasangan dengan Pak Jusuf Kalla menghadapi Pilpres 2004. Hanya Pak Marzuki yang duluan tahu, partai belum saya kasih tahu. Begitu kata Pak SBY ketika itu.

Kemudian di situ juga, Pak SBY meminta saya berhenti dari BUMN.  Selanjutnya saya membantu-bantu setiap Pak SBY ke daerah. Pak Hadi Utomo, Jhonny Allen, dan saya yang mempersiapkan segala sesuatunya.
    
Bagaimana ceritanya dipilih menjadi Ketua DPR?
Saat itu saya diminta datang ke Cikeas. Pertama dulu disebut ada tiga calon. Beberapa hari kemudian, dipanggil lagi, lalu dibilang tinggal dua calon. Akhirnya saya ditunjuk.

Saya juga sebagai Sekretaris Pemenangan pasangan SBY-Boediono dalam Pilpres 2009. Kalau ada apa-apa, saya yang maju, termasuk membina hubungan dengan 24 parpol. Saya kira, ini semua cukup jelas untuk membantah bahwa tidak benar hubungan saya dengan Pak SBY terganggu.

Kenapa kadang terkesan ada perbedaan pandangan?
Itu biasa. Pak SBY melihatnya dari sudut lain, saya melihat dari sudut berbeda. Kadang  ada perbedaan pandangan karena kecintaan terhadap beliau.  Saya tentu ingin menyelamatkan beliau dari segala sesuatunya.  Pak SBY tahu niat saya baik. Sebab, beliau memiliki mata hati seperti pernah dikatakannya kepada saya. Itu yang saya pegang sampai sekarang.

O ya, ada yang mengharapkan SBY menjadi ketua umum Partai Demokrat, tanggapan Anda?
Pak SBY kan sudah mengatakan tidak akan menjadi ketua umum.  Biarlah beliau menjadi payung untuk mengayomi, melindungi dan mengarahkan.  Sebab, posisi beliau itu sangat-sangat terhormat. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

UPDATE

Selengkapnya