Semua pihak diminta untuk mempertahankan pemerintah SBY-Boediono sampai berakhir masa jabatannya.
“Saya mengajak masyarakat untuk tidak menjatuhkan pemeÂrintah SBY di tengah jalan. Itu carÂa inkonstitusional,’’ ujar Ketua Umum Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pepabri) Agum GuÂmelar kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Pada 25 Maret 2013 dikaÂbarkan akan ada aksi beÂsar untuk mengkritisi berbagai kebijakan pemeÂrintahan SBY.
Agum Gumelar selanjutnya mengatakan, pemerintah ini menÂdapat dukungan dari rakyat, sehingga jangan digulingkan di tengah jalan.
Berikut kutipan selengkapnya;Bagaimana kalau tetap ada demo besar itu? Kalau melakukan demo itu kan wajar saja. Nggak ada yang salah. Tapi saya himbau agar semua piÂhak memikirkan rakyat.
Yang demo itu juga mengaÂtasÂnamakan rakyat, ini baÂgaiÂmana?Bila SBY digulingkan dengan cara inkonstitusional pasti rakyat menderita. Ini yang perlu dipikirÂkan, kasihan rakyat kita. Makanya pemikiran-pemikiran untuk meÂlakukan tindakan inÂkonstitusioÂnal tidak boleh dipaÂkai. Kalau demo wajar, tapi jaÂngan sampai terkontaÂminasi oleh pemikiran yang salah.
O ya, bagaimana dengan tujuh jenderal purnawirawan yang mengajukan enam capres ke Presiden SBY?Saya kira itu hal yang biasa. Bukan sesuatu yang perlu dikhaÂwatirkan.
Kenapa Anda mengatakan itu adalah hal yang biasa? Memang itu kan biasa saja. Apalagi, Pak Luhut Panjaitan dan sejumlah teman-teman suka berÂtemu dengan Pak SBY. Wajar saja kan kalau mereka menguÂsulkan enam capres itu.
Bagaimana dengan Pepabri, apa mau bertemu dengan PreÂsiden?Loh, kami Pepabri yang terdiri dari purnawirawan angkatan darat, laut, udara dan polisi malah rutin diterima dan melakukan diskusi dengan Presiden SBY.
Apakah Pepabri menyamÂpaiÂkan nama-nama capres juga?Oh, tidak.
Masa sih ? Pepabri hanya menggodok kriteria
leadership saja untuk mendewasakan cara berpikir rakyat.
Apa saja kriteria itu? Soal kepemimpinan kita untuk ke depan di 2014 ada empat kriÂteÂria leadership dalam wacana inÂternal kami.
Apa itu?Pertama, pemimpin tidak ambivalensi untuk memimpin bangsa sebesar ini. Kalau amÂbivalen bahaya.
Kedua, pemimpin harusnya tidak takut untuk tidak populis. Artinya berani mengambil keÂputusan demi bangsa dan negara.
Ketiga, pemimpin harus punya keberanian sikap tegas. Tegas di sini maksudnya dalam koridor hukum, bukan tegas seperti dulu, main culik dan main libas.
Maka jangan salah mengarÂtikan tegas itu. Kalau dinilai SBY kurang tegas, lantas antitesanya mencari orang yang tegas. Tapi jangan keliru. Tegas itu bukan berarti main pukul, hantam dan lainnya. Bukan itu yang kita mau. Tegas yang dimaksud adalah teÂgas dalam koridor hukum.
Keempat, seorang pemimpin itu tidak mentolelir sesuatu yang salah di masyarakat. Kalau ada ormas yang salah, melanggar huÂkum, maka harus diproses secara hukum.
Ormas mana yang Anda maksud?Semua ormas yang melakukan pelangaran hukum, apa itu ormas Islam, Kristen, Hindu, Budha atau lainya, proses semuanya.
Pokoknya, siapa pun yang meÂlanggar hukum, baik tukang beÂcak, mahasiswa, menteri, atau preÂsiden sekalipun, maka harus diproses hukum.
Hukum itu harus kita impleÂmenÂtasikan, bukan sesuatu yang dikompromikan. [Harian Rakyat Merdeka]